Aksi Borong Saham yang Mencurigakan dan Kinerja Minor SIG Tahun 2024

  • Bagikan

MoneyTalk,Jakarta – Aksi Borong Saham PT Semen Indonesia (SIG/SMGR) serentak oleh direksi dan komisaris perusahaan bernama singkat SIG ini. Center For Budget Analysis (CBA) menyoroti kinerja minor PT SIG selama tahun 2024.

Nilai sahamnya pun fantastis, mencapai Rp6,57 Miliar pertanggal 1 Oktober 2024, yang menyerap 1.704.900 saham perseroan.

Borong saham itu terjad di tengah pengaduan soal transaksi mencurigakan pada laporan keuangan (lapkeu) terkait transaksi kepada Perum Perhutani di tahun 2022.

“Mungkinkah uangnya dibagi dalam bentuk saham sesuai tanggungjawab yang diemban Direksi dan Komisaris?” ujar Agus Satria, aktivis Antikorupsi Gerak Nusantara, Kamis (10/10/2024).

Mencermati pola besaran lembar saham yang dibeli dan sebaran rupiah yang masuk dalam bentuk surat berharga dengan nilai pembagian rupiah terpola, menurutnya tidak mustahil jajaran direksi dan komisaris itu memanfaatkan uang hasil transaksi di SIG dengan Perum Perhutani.

Berita lainnya Lapkeu SMGR Tidak Bisa Dimaafkan, Uchok: KPK Segera Keluarkan Sprindik!

“Masa iya tiga orang membeli saham sampai dua angka terakhir sama. Terlalu sempurna untuk masing-masing orang bisa membeli sendiri, kecuali ada anggaran satu truk tronton dibagi melalui pembelian surat berharga, kemudian dipublish seolah-olah mereka berniat mulia menyelamatkan perusahaan dengan cara membeli langsung tanpa perantara. Tanpa perantara atau broker, justru ini semakin mencurigakan indikasi TPPU,” ungkap Agus.

Dijelaskan, transaksi pembelian dilakukan dengan harga pelaksanaan Rp3.857,44 per eksemplar. Transaksi penambahan saham perseroan itu, melibatkan tiga komisaris, dan enam direksi.

“Hanya, data transaksi dan pembelian Lydia Silvanna Djaman belum terekspose dengan detail,” katanya.

Rincian transaksi pentolan perusahaan itu, lanjut dia, adalah sebagai berikut:

1. Komisaris Sony Subrata menjala 126.700 saham dengan harga pelaksanaan Rp3.857,44 per helai senilai Rp488,73 juta.

2. Yustinus Prastowo, memboyong 89.900 helai pada harga Rp3.857,44 per saham sebesar Rp346,78 juta.

3. Direktur Utama perseroan Donny Arsal, mengemas 312.900 helai pada harga Rp3.856,44 per saham sebesar Rp1,2 miliar.

4. Lalu, Direktur Supply Chain Yosviandri, mengemas 266 ribu saham dengan harga Rp3.857,44 per lembar Rp1,02 miliar.

5. Menyusul kemudian, lanjt dia, Direktur SDM & Umum Agung Wiharto yang menyapu 266 ribu lembar Rp3.857,44 per helai Rp1,02 miliar.

6. Direktur Keuangan & Manajemen Portofolio, Andrianto Hosny Panangian, membeli 266 ribu saham Rp3.857,44 per lesbar Rp1,02 miliar.

7. Direktur Bisnis & Pemasaran Subhan, memborong 188.700 helai Rp3.857,44 per lembar sebesar Rp727,89 juta.

8. Dan terakhir Direktur Operasi Reni Wulandari membeli 188.700 helai dengan harga pelaksanaan Rp3.857,44 perse saham senilai Rp727,89 juta.

Pihak PT Semen Indonesia pun berdalih, tujuan transaksi dilakukan dengan kepentingan investasi.

“Pembelian dilakukan dengan menyandang status kepemilikan saham secara langsung tanpa bantuan pihak ketiga,” tegas Mahreyni, Corporate Secretary Semen Indonesia dikutip dari emitennews.com.

Kinerja Minor SIG Tahun 2024

Mengutip Jakarta Satu, Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi membeberkan, berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2024, PT SIG atau SMGR itu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 4,93% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,29 triliun dari sebelumnya Rp27,66 triliun.

CBA menilai akibat tekanan beban operasi lainnya yang tercatat minus Rp30,41 miliar. Kontras dengan pos pendapatan operasi lainnya sebesar Rp85,21 miliar.

Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk longsor 58% menjadi Rp719,72 miliar per kuartal III/2024 dari Rp1,72 triliun per kuartal III/2023.

Menurut analisis pasar lanjutnya, SIG juga mengalami Penurunan Penjualan yang Signifikan pada tahun 2024 jika dibandingkan tahun 2023.

“Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan di sektor konstruksi, yang dipicu oleh stagnasi pertumbuhan ekonomi nasional dan kebijakan moneter yang lebih ketat,” jelas kata Ucok Sky Khadafi kepada wartawan, Sabtu, 18/1/2025.

“Banyak proyek konstruksi besar yang terpaksa ditunda, menyebabkan dampak langsung pada konsumsi semen,” imbuhnya.

Sektor industri semen di Indonesia juga dihadapkan pada sorotan yang semakin tajam terkait isu lingkungan seperti emisi karbon dan dampak pertambangan bahan baku semen.

Ia menuntut Semen Indonesia untuk menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan, meski perusahaan ini lamban dalam beradaptasi dengan tuntutan regulasi yang lebih ketat.

Selain itu SIG juga harus memperhatikan dampak negatif operasi pabrik semen terhadap ekosistem lokal, terutama dilingkungan sekitar tempat berproduksinya perusahaan plat merah itu.

“Semen Indonesia harus memperhatikan dampak negatif dari operasi pabrik semen terhadap ekosistem lokal agar dapat bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Mantan Koordinator Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) itu pun menegaskan pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN sebagai pemilik saham terbesar di SIG Semen harus mengevaluasi para direksi dan komisarisnya.

“Pemerintah sebagai pemegang saham di SIG harus evaluasi para komisaris dan direksi lantaran terjadi penurunan pendapatan, dan laba,” ujarnya.

Dia pun mengusulkan jika direksi lambat dalam melakukan tata kelola perusahaan seyogyanya di copot, karena pembangunan yang sudah berjalan tidak bisa tertunda.

“Bila perlu para komisaris dan direkturnya dicopot saja karena tidak bisa berbisnis semen karena dinilai lamban dalam beradaptasi dengan banyak proyek yang ditunda,” tegas dia.

Kebangkitan Kompetitor Baru

Ucok menuturkan di tengah penurunan kinerja Semen Indonesia, sejumlah pesaing lokal dan internasional mulai merambah pasar semen Indonesia dengan strategi agresif.

“Perusahaan-perusahaan baru yang menawarkan produk dengan harga lebih kompetitif dan teknologi ramah lingkungan mulai menarik perhatian konsumen,” kata Ucok Sky.

“Hal ini semakin membuat Semen Indonesia tertekan untuk berinovasi, namun tampaknya langkah yang diambil masih belum cukup untuk memulihkan pangsa pasar yang hilang,” tambah dia.

Seiring dengan penurunan pendapatan, harga saham Semen Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup dramatis.

Lebih lanjut, saham SIG anjlok sebesar 12,5% ytd saat ini harga saham SMGR menyentuh Rp 2.870,-. Investor mulai khawatir dengan utang perusahaan yang terus membengkak, sementara laporan keuangan menunjukkan adanya potensi untuk gagal bayar jika tren penurunan ini berlanjut.

Meskipun manajemen perusahaan berusaha meyakinkan pemegang saham akan adanya perbaikan di masa depan, banyak pihak meragukan kemampuan Semen Indonesia untuk segera bangkit dari krisis ini.

“Dengan rangkaian masalah yang dihadapi, tahun 2025 menjadi periodisasi yang krusial bagi PT Semen Indonesia,” jelas Ucok Sky.

“Apakah perusahaan ini mampu bertahan dan beradaptasi dengan cepat? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *