Indeks

Yanuar Rizky Sindir Purbaya,Ngomong Melulu, Ekonominya Belum Jalan

  • Bagikan

MoneyTalk, Jakarta – Pengamat pasar modal Yanuar Rizky menohok keras gaya komunikasi Kepala Badan Pengelola Investasi Danantara dengan menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa yang dinilainya lebih sibuk bangun citra di media ketimbang menggerakkan ekonomi riil.

“Gaya-gaya orang capital market, ngomong dulu baru lihat kejadiannya,” ujar Yanuar dalam podcast Forum Keadilan TV, Minggu (19/10).

Menurut Yanuar, strategi “ramai dulu, realisasi belakangan” hanya masuk akal bila pelakunya market maker sejati, seperti Alan Greenspan, mantan Gubernur The Fed AS.

“Tapi kalau bukan market maker, ya cuma jual persepsi. Ini bukan kebijakan ekonomi, ini personal branding,” sindirnya tajam.

Yanuar menilai, kemunculan Purbaya di tengah kejenuhan publik terhadap Sri Mulyani dimanfaatkan sebagai momen membangun popularitas. “Orang udah bosan sama Sri Mulyani yang konservatif. Sekarang muncul Purbaya tampil di media, ramah sama wartawan baru, bisa diajak bercanda. Jadilah dia media darling,” ujarnya.

Namun, Yanuar mengingatkan, citra gemerlap tak menjamin kepercayaan publik. “Kalau ekonomi enggak membaik, ya dia bakal bernasib sama kayak Sri Mulyani dan Erick Thohir. Dulu dielu-elukan, sekarang dilupakan,” ucapnya.

Dana 200 Triliun Itu Apa Sih?

Lebih jauh, Yanuar mempertanyakan klaim fantastis Purbaya soal dana Rp200 triliun yang disebut bisa menstimulasi ekonomi. Ia menyebut angka itu cuma setetes di lautan, karena saldo anggaran lebih (SAL) pemerintah hanya sekitar Rp350 triliun, sedangkan kredit perbankan yang belum terserap mencapai Rp2.700 triliun.

“Kalau duit segitu dibilang hebat, itu bombastis! Masyarakat yang enggak ngerti data pasti bilang ‘wah keren’, padahal realitanya kecil banget,” tegas Yanuar.

Ia juga menyinggung langkah pemerintah memindahkan dana SAL dari Bank Indonesia ke bank-bank Himbara. “Katanya buat dorong kredit investasi dan lapangan kerja. Tapi info yang saya dengar dari para bankir, malah cuma dipakai buat kredit modal kerja. Jadi apa bedanya?” cetusnya.

Bangun Persepsi, Bukan Ekonomi

Menurut Yanuar, kebijakan ekonomi semestinya diukur dari transmisi nyata, bukan dari kehebohan di media sosial.

“Jangan-jangan semua ini cuma soal viral. Yang penting tampil di TV, masuk headline, dibilang tegas. Tapi setelah itu, ada enggak kebijakan konkret? Jangan cuma jadi pejabat rasa influencer,” sindirnya.

“Kebijakan ekonomi enggak bisa dibangun dari like dan trending topic. Kalau ekonomi enggak bergerak, semua personal branding itu cuma fatamorgana!”

  • Bagikan
Exit mobile version