Indeks

Ilusi Game Changer! Uang 200T Cuma ‘On Call’, Risiko Bank Himbara Meledak?

  • Bagikan

MoneyTalk, Jakarta – Dalam podcast di kanal YouTube Awalil Risky pada Selasa (21/09), ekonom senior Yanuar Rizky menguliti kebijakan finansial terbaru pemerintah yang disebut-sebut sebagai game changer. Alih-alih membawa angin segar bagi dunia usaha, Yanuar justru menyebutnya sebagai jebakan likuiditas yang bisa menghantam Bank Himbara.

“Kalau pemerintah masuk dengan Rp200 triliun tapi sifatnya deposito on call dengan bunga di atas counter rate, itu bukan game changer, itu private banking biasa!” tegas Yanuar.

Menurutnya, kebijakan ini seperti matematika sederhana yang justru menjerumuskan. Bagaimana mungkin Rp200 triliun bisa menggerakkan pasar, jika dana pihak ketiga di perbankan mencapai lebih dari Rp2.300 triliun?

Apalagi, sebagian besar sudah terserap dalam SBN  (surat utang negara) dengan bunga tinggi. Hal ini berakibat pada Bunga Kredit Ketinggian Gara-Gara SBN ini.

Bunga dasar kredit sulit turun karena bunga SBN terlalu tinggi. “Mana ada bunga kredit di bawah bunga SBN,” ujarnya.

Jadi 200 triliun Cuma Ibarat Percikan di Lautan, atau hanya kerikil di lautan. Jika Dana 200 triliun dibandingkan total DPK Rp8.500 triliun. Tapi kalau nol persen, baru bisa game changer!” kata Yanuar.

Apalagi Pemerintah pakai instrumen deposito dengan bunga tinggi. Tidak mungkin dapat game changer karena logika game changer adalah memberi dana murah, ujarnya.

Risiko Bank Himbara

Bank Himbara dipaksa menyalurkan kredit murah. Jika macet, risiko impairment langsung menghantam ekuitas. “Kalau rugi jangan salahkan direksi bank, karena ini perintah!” sindir Yanuar.

Dan Stabilitas perbankan selama ini ditopang BI yang menahan harga SBN di kisaran 97–98. Tanpa itu, kata Yanuar, CAR perbankan bisa jeblok dan BPJS Ketenagakerjaan terancam insolven.

“Jangan-jangan 200T ini bukan menyelamatkan ekonomi riil, tapi justru bikin sakit kepala bank-bank BUMN!”

Ia bahkan menyebut, jika pemerintah tetap memaksakan model ini, konsekuensinya jelas: siap rugi, siap bancakan ekuitas bank negara.

  • Bagikan
Exit mobile version