banner 728x250

Artifisial Indonesia dan Kebangkitan Kepemimpinan Asli

  • Bagikan
banner 468x60

MoneyTalk, Jakarta – Dalam acara Kenduri Cinta yang berlangsung pada 13 September 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Dr. Hendri Satrio memaparkan pandangannya tentang fenomena “Artifisial Indonesia.” Dalam pidatonya yang penuh dengan kritik dan sindiran kepada kepemimpinan yang dianggap palsu dan hanya berfokus pada citra semu tanpa substansi nyata.

Example 300x600

Dr. Hendri Satrio, seorang akademisi yang kerap memberikan pandangan tajam dalam isu politik, memulai pidatonya dengan menekankan pentingnya masyarakat menyadari bahwa kepemimpinan yang mereka rasakan saat ini banyak yang bersifat artifisial—palsu dan tidak substansial.

“Artifisial itu adalah usaha untuk menutupi kenyataan,” tegas Hendri. Dan mencontohkan bagaimana berbagai kebijakan dan program pemerintah sering kali dipoles agar terlihat baik di mata masyarakat, meski kenyataannya belum tentu demikian.

Hendri menjelaskan konsep artifisial dari sudut pandang ilmu komunikasi, yakni upaya membangun citra atau kesan baik di benak orang lain. Dan merinci bahwa pencitraan membutuhkan keterampilan komunikasi, kemampuan mengorganisasi pesan, serta integritas personal yang terlihat utuh di permukaan, meski kerap kali hanya menjadi topeng belaka.

“Di Indonesia, kita seakan dipaksa memahami bahwa kita sejahtera,” kata Hendri. Ialu mencontohkan kasus bantuan sosial yang muncul saat masyarakat kekurangan, hingga munculnya calon pemimpin yang tidak lepas dari dinasti politik, seakan-akan dipaksakan sebagai pilihan terbaik.

Bahwa upaya-upaya seperti ini adalah bentuk pencitraan palsu yang tidak mencerminkan realitas ujar Hendri

Pidato Dr. Hendri Satrio tidak hanya berhenti pada isu politik, tetapi juga merambah ke fenomena sehari-hari yang kerap kita alami. Ia mengajak audiens untuk berpikir kritis terhadap segala bentuk “artifisial”

Dalam kehidupan, mulai dari penggunaan pinjaman online yang memberikan kesan semu seakan memiliki uang, hingga hubungan sosial yang tidak tulus. “Hati-hati dengan apa yang kita lihat dan dengar, karena belum tentu itu nyata,” tegasnya.

Dr. Hendri menutup pidatonya dengan sebuah seruan: sudah cukup masyarakat merasakan artifisial kepemimpinan. Saatnya masyarakat bangkit dan memilih pemimpin yang tidak hanya pandai berjanji tetapi juga mampu menghadirkan solusi nyata. Dan Artifisial bisa menipu, tapi kenyataan tidak bisa ditutupi selamanya.

Pesan ini menjadi relevan di tengah semakin berkembangnya teknologi pencitraan, di mana kepemimpinan sejati semakin sulit ditemukan di balik lapisan tebal artifisial. Hendri menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memilih pemimpin yang mampu memperjuangkan kepentingan publik secara nyata, bukan hanya sekadar tampilan luarnya saja.(c@kra)

banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *