Optimisme dan Tantangan Pertanian Indonesia
MoneyTalk, Jakarta – Menteri Pertanian menghadiri rapat dengan Komisi IV DPR-RI di Kompleks DPR Senayan pada Jumat malam (06/09). Dalam rapat tersebut, Menteri Pertanian menyampaikan berbagai pencapaian dan tantangan dalam sektor pertanian Indonesia. Ia menyoroti keberhasilan Indonesia dalam beberapa komoditas pertanian yang menempatkan negara ini di peringkat global, meskipun juga mengakui adanya berbagai tantangan yang harus diatasi.
Menteri Pertanian mengungkapkan bahwa setelah 40 tahun, Indonesia berhasil menerima penghargaan dari Agricola sebagai salah satu negara terbaik di dunia dalam bidang pertanian. “Kita tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada yang berhasil. Indonesia diakui sebagai negara nomor tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana untuk beberapa komoditas. Sementara untuk kelapa sawit, kita menduduki posisi kedua dunia dengan menguasai 58% pasar global,” ujar Menteri Pertanian.
Dalam diskusi dengan anggota Komisi IV DPR-RI, beberapa perwakilan dari Fraksi Partai Gerindra menyoroti program cetak sawah yang digagas Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian menjelaskan bahwa program cetak sawah sebesar 1 juta hektar telah dilakukan di berbagai wilayah, seperti Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Namun, ia mengakui bahwa terdapat kendala, terutama terkait dengan ketersediaan tenaga kerja.
“Salah satu kelemahan adalah minimnya tenaga kerja di daerah-daerah seperti Merauke dan Kalimantan Tengah. Kami mencoba mengatasi masalah ini dengan menggunakan teknologi mekanisasi dan mendatangkan tenaga kerja terlatih dari perguruan tinggi,” jelas Menteri Pertanian.
Menteri Pertanian juga mengungkapkan bahwa program cetak sawah ini memerlukan dukungan teknologi tinggi dan sinergi antar pihak untuk mencapai hasil optimal. “Kami membentuk brigade khusus di Papua dan Kalimantan Tengah untuk mengelola lahan ini menggunakan alat mekanisasi yang canggih. Traktor dan alat pertanian lainnya didatangkan dengan kapal untuk mempercepat pekerjaan,” tambahnya.
Menteri Pertanian menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian. “Kita memiliki bonus demografi dengan 60% penduduk merupakan milenial dan generasi yang melek teknologi. Kami mengajak mereka untuk tidak hanya bergantung pada pekerjaan di sektor formal, tetapi juga untuk terjun langsung ke sektor pertanian,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pendapatan bagi tenaga kerja di sektor pertanian harus minimal Rp.10 juta per bulan agar menarik bagi generasi muda. “Kami mencoba membuat skema di mana 60% pendapatan dari hasil pertanian masuk ke pekerja, sementara 40% sisanya disimpan untuk membeli alat berikutnya,” jelasnya.
Namun, beberapa anggota Komisi IV DPR-RI, termasuk dari Fraksi Partai Gerindra, mengingatkan akan pentingnya keberlanjutan program cetak sawah. “Setelah sawah dicetak dan ditanam, tantangannya adalah memastikan keberlanjutan dan siapa yang akan mengelola lahan tersebut,” kata salah satu anggota DPR.
Dalam tanggapannya, Menteri Pertanian menekankan perlunya pendekatan yang konsisten dan komprehensif dalam mengatasi tantangan ini. Ia juga menyinggung pentingnya penyesuaian anggaran pertanian agar mampu mendukung keberlanjutan dan kemandirian pangan nasional.
Hal ini mencerminkan semangat optimisme sekaligus tantangan nyata dalam mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki dan upaya kolaboratif yang terus dilakukan, Indonesia diharapkan mampu mengukuhkan posisinya sebagai salah satu negara pertanian terbaik di dunia. Namun, keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya konsisten dalam penyediaan tenaga kerja, teknologi, dan keberlanjutan kebijakan.
Menteri Pertanian yang menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun sektor pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan. “Kita harus berani melakukan langkah-langkah nyata untuk mencapai ketahanan pangan dan kemandirian pertanian,” pungkasnya.(c@lra)