Waspada! Modus Pengelola Dana Trader Gunakan Identitas Palsu
MoneyTalk, Jakarta – Pada Selasa (24/09), Podtrade menayangkan sebuah investigasi mengenai modus penipuan pengelolaan dana trader yang menggunakan identitas palsu. Penipuan ini telah merugikan ratusan orang di Indonesia dengan total kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Narasumber yang hadir dalam program ini adalah Dr. Gema Merdeka Goeyardi, pendiri dan CEO Astronacci Internasional, serta Rivan Kurniawan, seorang value investor terkenal.
Penipuan Berkedok Investasi Menguntungkan
Menurut Dr. Gema, modus penipuan ini melibatkan penawaran pengelolaan dana dengan iming-iming keuntungan cepat dan besar, hingga 30% dalam seminggu. Korban seringkali dijanjikan keuntungan instan dengan syarat mentransfer sejumlah dana kepada pelaku. Yang lebih mengejutkan, pelaku menggunakan identitas palsu termasuk foto, nama, dan dokumen resmi yang direkayasa. Hal ini untuk meyakinkan korban bahwa mereka berinvestasi pada sosok terkenal seperti Rivan Kurniawan.
Rivan Kurniawan menegaskan bahwa dirinya tidak pernah terlibat dalam pengelolaan dana seperti yang dituduhkan. Ia mengungkapkan bahwa dalam dua bulan terakhir, namanya, fotonya, dan identitas lainnya telah disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “Mereka menggunakan nama saya untuk meyakinkan korban. Modusnya klasik, seperti menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat,” jelas Rivan.
Rivan juga menjelaskan bahwa para pelaku bahkan menggunakan KTP palsu yang menampilkan namanya, namun dengan detail yang diubah. Seperti tempat tanggal lahir dan agama.
“Ini benar-benar KTP palsu, tanda tangannya pun bukan milik saya. Mereka menggunakan data ini untuk meyakinkan korban,” tambah Rivan.
Lebih lanjut, Rivan mengungkapkan bahwa pelaku berhasil membuka rekening bank menggunakan nama dan foto dirinya dengan memanfaatkan teknologi deepfake. Salah satu rekening yang digunakan berada di Bank BNI cabang Warung Buncit.
“Saya tanyakan ke customer service, kenapa ada rekening atas nama saya padahal saya tidak pernah membuka rekening tersebut. Mereka mengakui bahwa foto di KTP adalah foto saya, tetapi data lainnya berbeda. Sepertinya mereka menggunakan teknologi deepfake untuk membuat KTP palsu ini,” papar Rivan.
Dr. Gema mengingatkan, kasus seperti ini menunjukkan betapa canggih modus penipuan saat ini. Terutama dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan pelaku memalsukan identitas publik figur.
“Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Apalagi jika yang menawarkan adalah sosok terkenal tanpa verifikasi yang jelas,” ujarnya.
Rivan menutup dengan saran agar masyarakat lebih waspada dan selalu melakukan verifikasi jika ada penawaran investasi yang mencurigakan. “Jangan mudah percaya dengan identitas yang kelihatannya resmi. Selalu periksa ulang dan pastikan melalui saluran resmi,” pesannya.
Fenomena penipuan ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi keuangan agar masyarakat tidak mudah tergoda dengan janji-janji manis. Diskusi ini menjadi peringatan bagi publik untuk selalu berhati-hati dalam berinvestasi dan tidak mudah terbuai dengan tawaran keuntungan instan. Terutama yang mengatasnamakan figur publik yang terkenal. Gunakan akal sehat; jika ada yang menawarkan profit ganda dalam waktu singkat, pastikan itu penipuan.(c@kra)