Pasir Laut vs Sedimen, Memahami Perbedaan dan Implikasinya pada Eksploitasi Pasir Laut
MoneyTalk, Jakarta – Ungkapan yang disampaikan oleh Andang Bachtiar, seorang alumni Geologi ITB ’78, dalam tulisan yang diterima oleh MoneyTalk ID pada Kamis (26/09), mengungkap pemahaman mendasar tentang perbedaan antara sedimen laut saat ini dan pasir yang dieksploitasi dari laut dangkal di Paparan Sunda. Bachtiar memberikan perspektif geologis yang penting terkait asal-usul pasir laut dan bagaimana eksploitasi ini berkaitan dengan sejarah geologi.
Menurut Andang Bachtiar, pasir-pasir yang saat ini berada di tengah laut dangkal dengan kedalaman 10-100 meter di Paparan Sunda (seperti di perairan Riau, Teluk Thailand, Natuna, dan utara Jawa) bukanlah hasil pengendapan sedimen modern. Sebaliknya, pasir-pasir tersebut merupakan hasil sedimentasi dari sungai-sungai purba yang mengalir di wilayah Paparan Sunda sekitar 20.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, pada masa ketika Paparan Sunda masih merupakan daratan.
Pada masa itu, sungai-sungai purba membawa material pasir dari daratan ke kawasan yang kini menjadi laut dangkal. Material pasir ini kemudian terkumpul dan mengendap di dasar laut. Seiring dengan naiknya permukaan laut sekitar 10.000 tahun yang lalu, kawasan daratan tersebut terendam, namun pasir-pasir yang telah terendapkan tetap berada di lokasi tersebut hingga saat ini.
Bachtiar juga menjelaskan bahwa sungai-sungai besar yang saat ini mengalir ke laut dangkal Paparan Sunda (periode geologi Recent, yakni sejak 10.000 tahun yang lalu) hanya mengendapkan lumpur, lempung, dan lanau. Material-material ini terbentuk dari suspensi ketika terjadi banjir besar yang biasanya terjadi dalam siklus 5-25 tahunan.
Ini berarti, sedimen yang dihasilkan oleh proses pengendapan sungai-sungai modern di laut dangkal tidak berupa pasir, melainkan lumpur, lempung, dan lanau. Material ini sangat halus dan memiliki butiran yang jauh lebih kecil dari pasir. Karena sifatnya yang mudah terdilusi dan terabrasi oleh ombak, lumpur dan lempung tidak bisa digunakan sebagai bahan utama untuk proyek reklamasi pantai, berbeda dengan pasir yang memiliki butiran lebih besar dan lebih stabil.
Eksploitasi pasir di laut dangkal Paparan Sunda saat ini, menurut Bachtiar adalah proses penambangan pasir purba. Artinya, pasir yang ditambang dari dasar laut merupakan hasil pengendapan ribuan tahun yang lalu, dan bukan sedimen yang dihasilkan oleh sungai-sungai modern. Hal ini penting untuk dipahami karena pasir ini telah lama berada di lokasi tersebut dan tidak berhubungan langsung dengan proses pendangkalan muara sungai saat ini.
Lebih lanjut, Bachtiar juga menyoroti bahwa pasir-pasir purba yang terletak di daerah meandering (tikungan sungai purba) bisa menyimpan deposit emas plaser (placer gold) serta mineral-mineral berat yang menjadi “tuan rumah” bagi unsur tanah jarang (rare-earth elements). Unsur tanah jarang ini sangat bernilai dalam industri teknologi tinggi, menjadikan pasir purba di Paparan Sunda bukan hanya berharga sebagai material reklamasi, tetapi juga berpotensi menyimpan kekayaan mineral strategis.
Pemahaman tentang asal-usul pasir yang ditambang di laut dangkal Paparan Sunda memiliki implikasi penting bagi kebijakan lingkungan dan ekonomi. Penambangan pasir purba, meskipun dapat menguntungkan secara ekonomi, juga menimbulkan pertanyaan tentang dampak jangka panjang terhadap ekosistem laut. Pasir yang telah terkumpul selama ribuan tahun memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekologi dasar laut, dan penambangannya dapat mempengaruhi habitat laut, serta menyebabkan kerusakan ekosistem yang sulit dipulihkan.
Sebagai tambahan, keberadaan mineral berat dan unsur tanah jarang di dalam pasir purba ini menjadikan eksploitasi pasir laut semakin kompleks. Diperlukan pendekatan yang hati-hati dalam mengeksploitasi pasir ini, mengingat potensi nilai ekonominya yang tinggi dan dampak lingkungannya yang signifikan.
Andang Bachtiar melalui tulisan ini menegaskan bahwa pasir laut di Paparan Sunda bukanlah produk pengendapan modern, melainkan warisan geologi dari masa purba. Pemahaman tentang asal-usul pasir ini penting untuk menghindari kesalahpahaman mengenai dampak lingkungan dan eksploitasi pasir laut. Di satu sisi, penambangan pasir purba dapat memberikan manfaat ekonomi yang besar, namun di sisi lain, harus dilakukan dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan potensi kerusakan ekosistem laut yang tak tergantikan.(c@kra)