Mengungkap Fakta di Koperasi BLN dan Pertanyaan tentang Skema Investasi

  • Bagikan
Mengungkap Fakta di Koperasi BLN dan Pertanyaan tentang Skema Investasi
Mengungkap Fakta di Koperasi BLN dan Pertanyaan tentang Skema Investasi

MoneyTalk, Jakarta – Pada episode pertama program Investigazi yang ditayangkan di YouTube pada Kamis (10/10), Roy Shakti, seorang pembuat konten dan analis investasi, mengungkapkan pandangannya mengenai Koperasi Bahana Lintas Nusantara (BLN).

Didirikan pada tahun 2020, koperasi ini menawarkan pengembalian investasi sebesar 4% per bulan. Dalam video tersebut Roy menekankan pentingnya kehati-hatian bagi mereka yang ingin berinvestasi di koperasi ini. Ia mengungkapkan sejumlah fakta menarik yang ditemukan selama penelusurannya, yang mengarah pada dugaan bahwa BLN berpotensi menjadi skema Ponz.

Koperasi BLN mengklaim mampu memberikan pengembalian 4% per bulan, atau sekitar 48% per tahun. Angka ini sangat menarik, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Tak heran banyak investor, bahkan karyawan bank, yang tertarik berinvestasi di sini. Penawaran ini semakin menarik karena dibalut dengan pendekatan religius dari pemilik koperasi, yang dikenal sebagai Pak Nikolas.

Strategi Pemasaran dan Keanggotaan Koperasi. Roy menjelaskan bahwa koperasi seperti BLN menarik karena tidak harus berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini membuatnya lebih mudah bagi koperasi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat.

Anggota koperasi bisa melakukan simpan pinjam sesama anggota tanpa harus memenuhi persyaratan ketat yang berlaku pada perbankan. Inilah yang membuat koperasi sering kali digunakan sebagai alat penggalangan dana di luar pengawasan OJK, meskipun risiko untuk anggota bisa lebih tinggi.

Menurut Roy, pemilik Koperasi BLN, Pak Nikolas, memiliki jejak digital yang menarik. Pada masa lalu, ia pernah terlibat dalam memasarkan skema MMM (Mavrodi Money Machine), sebuah skema Ponzi yang terkenal dari Rusia.

Pada tahun 2020, setelah pandemi COVID-19, Pak Nikolas mengalihkan model bisnisnya ke Koperasi BLN. Menurut Roy, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang latar belakang dan pengalaman Pak Nikolas dalam menjalankan bisnis investasi yang sah.

Roy menekankan bahwa BLN kemungkinan menggunakan skema Ponzi yang dikenal dengan prinsip “memberi pengembalian lebih besar dalam waktu singkat.” Hal ini berarti BLN mungkin membayar pengembalian investor awal menggunakan uang yang disetorkan oleh anggota baru. Model ini bisa bertahan lama selama ada arus masuk dana dari anggota baru. Namun, Roy mengingatkan bahwa skema Ponzi pada akhirnya akan runtuh ketika tidak ada lagi anggota baru yang bergabung.

Legalitas dan Transparansi BLN telah terdaftar secara resmi, tetapi belum memiliki sertifikasi yang diakui. Hal ini, menurut Roy, menandakan adanya celah yang mungkin digunakan untuk menjalankan operasi tanpa pengawasan ketat.

Model bisnis yang dipakai koperasi ini memungkinkan siapa saja untuk menjadi anggota dan menyetorkan dana, yang kemudian dikelola sebagai investasi, mirip dengan praktik yang dilakukan oleh koperasi bermasalah seperti Indosurya dan Mina Padi.

Roy menggarisbawahi bahwa penawaran BLN, yang tampak sangat menguntungkan, membawa risiko besar bagi investor. Ia memberikan peringatan bahwa skema Ponzi cenderung jatuh dengan cepat, dan mengingatkan penonton untuk mempersiapkan diri jika mereka memutuskan untuk bergabung. Ia juga menyoroti pentingnya memahami bahwa keuntungan tinggi biasanya datang dengan risiko yang sebanding.

Pengaruh Terhadap Masyarakat dan Dampak Sosial Koperasi BLN telah menarik perhatian banyak orang dari berbagai kalangan. Roy menjelaskan bahwa popularitas Pak Nikolas di antara para anggota koperasi telah membentuk komunitas fanatik. Beberapa anggota bahkan menjual aset mereka untuk berinvestasi di BLN. Roy mengingatkan bahwa kondisi ini mengingatkan pada beberapa kasus lain di mana komunitas fanatik membela pemimpin mereka meskipun terdapat indikasi kuat bahwa mereka terlibat dalam skema Ponzi.

Dalam episode pertama InvestigaZi, Roy Shakri mengajak penonton untuk berpikir kritis dan melakukan riset sebelum berinvestasi. Ia menekankan pentingnya memahami risiko dan melihat tanda-tanda potensi skema Ponzi dalam berbagai model bisnis. Meskipun BLN masih berjalan dan terus membayar pengembalian investasi, Roy menyarankan agar para investor tetap waspada dan tidak menginvestasikan dana yang tidak sanggup mereka rugikan.

Peringatan untuk Investor Potensial Roy mengakhiri dengan mengingatkan bahwa keuntungan besar yang dijanjikan mungkin hanya sebuah umpan, dan investor harus siap menghadapi risiko kehilangan dana yang diinvestasikan. Ia juga berharap pemerintah akan lebih tegas dalam mengatur dan mengawasi koperasi yang mengumpulkan dana dari masyarakat.

Bagi mereka yang tertarik untuk berinvestasi di koperasi seperti BLN, Roy menyarankan untuk melakukan analisa mendalam dan menghindari keputusan impulsif. Ujungnya, keputusan ada di tangan setiap investor. Dengan informasi yang cukup, diharapkan investor dapat mengambil langkah yang lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *