MoneyTalk, Jakarta – Pada 14 Oktober 2024, Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) mengadakan konferensi nasional bertajuk “Energi Mandiri, Ekonomi Berdikari,” yang menyatukan pengusaha muda dalam rangka kolaborasi menuju pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Acara ini menampilkan sesi diskusi yang membahas pentingnya pengembangan energi terbarukan dan hilirisasi sumber daya alam (SDA) sebagai upaya memperkuat kemandirian energi dan pertumbuhan ekonomi.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam konferensi ini menyoroti pentingnya pengelolaan gas bumi yang dapat membantu menekan angka impor dan meningkatkan ketahanan energi. Saat ini, Indonesia mengimpor sekitar 6,9 juta ton gas LPG setiap tahun, sementara konsumsi gas domestik hanya sekitar 1,7 juta ton. Ketergantungan pada impor gas ini menguras anggaran negara sebesar Rp 63,5 triliun per tahun.
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, pemerintah berencana mengembangkan jaringan gas (jargas) di seluruh Indonesia. Saat ini penyebaran jargas baru mencapai 6% di Jawa Timur, 4% di Jawa Barat, dan 2% di Jawa Tengah.
Menteri Bahlil juga menggarisbawahi pentingnya pembangunan infrastruktur pipa gas sebagai “jalan tol energi” yang akan menekan biaya konsumsi gas bagi masyarakat. Dengan membangun jaringan pipa ini, biaya gas diharapkan bisa menjadi lebih terjangkau, dan subsidi LPG yang mencapai Rp 60 triliun per tahun dapat ditekan.
Pemerintah juga mempertimbangkan hilirisasi gas bumi agar kualitas gas yang dihasilkan bisa langsung dikonversi menjadi LPG. Dengan adanya proyek ini, pemerintah berharap dapat memproduksi 1,5 hingga 2 juta ton LPG dari gas dalam negeri, mengurangi impor, dan meningkatkan kemandirian energi.
Selain di sektor energi, pemerintah juga mendorong hilirisasi di sektor mineral sebagai upaya meningkatkan nilai tambah ekonomi. Menurut Menteri Bahlil, hilirisasi mineral seperti nikel, tembaga, dan logam lainnya akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global, terutama dalam industri mobil listrik dan energi hijau.
Pemerintah telah membuat peta jalan hilirisasi yang mencakup 28 komoditas hingga tahun 2040 dengan potensi investasi senilai 618 miliar USD. Salah satu contoh keberhasilan hilirisasi adalah sektor nikel, di mana pada tahun 2017 ekspor nikel hanya menghasilkan 3,3 miliar USD, namun kini nilai ekspornya telah meningkat menjadi sekitar 34 miliar USD.
Indonesia juga telah membangun smelter terbesar di dunia untuk memproses nikel dan mineral lainnya, dengan tujuan agar produk mineral yang dihasilkan memiliki nilai tambah lebih tinggi dan dapat diproses secara domestik.
Pemerintah mendorong pengusaha muda, terutama yang tergabung dalam REPNAS, untuk berperan dalam proses hilirisasi ini. Dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia di dalam negeri, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menjadi pemain utama dalam pasar global, terutama dalam sektor energi hijau.
“Ini bukan hanya soal investasi, tetapi juga soal kedaulatan ekonomi dan pengurangan ketergantungan pada negara lain,” kata Menteri Bahlil.
Dalam konferensi ini, REPNAS juga memberikan penghargaan kepada perusahaan dan individu yang telah memberikan kontribusi besar dalam transisi energi di Indonesia. Acara ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pengusaha muda untuk berperan aktif dalam pengembangan energi terbarukan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan.
Di sisi lain, pemerintah juga mengajak pengusaha untuk berkolaborasi dalam mengembangkan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia melalui investasi teknologi dan hilirisasi SDA. Menurut Menteri Bahlil, langkah ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan per kapita tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, khususnya di daerah yang kaya akan SDA.
Dengan pendekatan ini, pemerintah dan sektor swasta diharapkan dapat mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang mandiri energi dan berdikari ekonomi. Terlebih dengan dukungan dari para pengusaha muda yang bersemangat, Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Pemerintah Indonesia bersama dengan REPNAS telah mengambil langkah strategis dalam memperkuat kemandirian energi dan ekonomi. Upaya hilirisasi gas dan mineral tidak hanya akan menekan ketergantungan pada impor, tetapi juga meningkatkan nilai tambah SDA dan menciptakan kawasan-kawasan ekonomi baru di seluruh Indonesia. Dengan peran aktif dari pengusaha muda, Indonesia optimis dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, menuju visi menjadi negara yang mandiri dan berdikari.(c@kra)