Meningkatkan Daya Beli di Tengah Tantangan Ekonomi

  • Bagikan
Meningkatkan Daya Beli di Tengah Tantangan Ekonomi
Meningkatkan Daya Beli di Tengah Tantangan Ekonomi

MoneyTalk, Jakarta — Isu daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah, terus menjadi perhatian utama menjelang akhir tahun 2024. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian, kenyataannya daya beli masih mengalami tekanan yang cukup signifikan. Ketergantungan pada sektor ekspor, dampak dari pandemi, serta tantangan dalam sektor manufaktur menjadi faktor-faktor yang memperburuk situasi ini. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, dan bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia ke depan?

Salah satu faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat adalah dampak dari pandemi COVID-19. Meskipun ekonomi global dan Indonesia mulai kembali ke jalur normal pasca-pandemi, banyak sektor yang belum sepenuhnya pulih, terutama sektor yang sangat bergantung pada ekspor, seperti pertambangan dan manufaktur.

Menurut para ahli ekonomi, Indonesia masih menghadapi “scarring” akibat pandemi, yang mengharuskan negara ini untuk beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang tidak lagi sama seperti sebelum pandemi. Pada saat pandemi, Indonesia sempat mendapat keuntungan dari surplus komoditas, namun kini negara kembali pada realitas di mana sektor ekspor tidak lagi dapat diandalkan sepenuhnya, terutama karena ketergantungan pada pasar China yang belum sepenuhnya pulih.

Seiring dengan perbaikan ekonomi yang lebih lambat dari yang diharapkan, daya beli masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke bawah, semakin tertekan. Data dari Bank Negara Indonesia (BNI) mengungkapkan bahwa dalam enam bulan terakhir, ada penurunan yang signifikan pada pengeluaran untuk kebutuhan primer, sementara pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier cenderung meningkat. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai mengurangi pengeluaran mereka untuk kebutuhan dasar, seperti pangan dan perumahan, dan lebih mengutamakan pengeluaran untuk barang-barang yang dianggap kurang esensial.

Fenomena ini tentu menjadi peringatan bagi pemerintah karena daya beli yang melemah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, terutama di sektor konsumsi yang menjadi pilar utama perekonomian Indonesia. Selain itu, penurunan jumlah anggota BPJS Ketenagakerjaan yang tercatat pada periode April hingga Agustus 2024 menunjukkan adanya pengurangan jumlah pekerja yang terdampak oleh pemutusan hubungan kerja, yang pada gilirannya berpengaruh pada daya beli masyarakat.

Dalam menghadapi tekanan terhadap daya beli ini, pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah untuk mendongkrak perekonomian. Salah satu langkah yang telah diambil adalah dengan meningkatkan belanja pemerintah, khususnya di sektor infrastruktur, yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan merangsang konsumsi domestik. Pada 2024, belanja pemerintah sudah dimulai lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang dimulai pada bulan Januari. Ini diharapkan dapat memberikan dorongan pada sektor-sektor yang tertekan, termasuk manufaktur.

Namun, sektor manufaktur Indonesia, meskipun tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, masih mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Oleh karena itu, pemerintah perlu mencari alternatif untuk memperkuat daya beli, seperti dengan meningkatkan sektor-sektor berbasis jasa yang lebih banyak menyediakan peluang kerja di sektor informal.

Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis digital menjadi salah satu strategi yang disarankan oleh banyak ekonom. Sektor ekonomi digital, yang meliputi e-commerce, fintech, dan layanan berbasis aplikasi, memiliki potensi besar untuk menggenjot ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, sektor jasa dan ekonomi digital dapat menjadi “bumper” bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Salah satu solusi untuk meningkatkan daya beli adalah dengan memaksimalkan potensi sektor jasa, yang berhubungan dengan ekspor jasa dan pariwisata. Selain itu, sektor ekonomi digital juga dapat menjadi sumber pendapatan baru yang mendukung pertumbuhan sektor UMKM. Pemerintah dapat menciptakan insentif pajak atau stimulus untuk sektor ini, agar para pelaku usaha digital dapat memperluas pasar dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan kebijakan yang dapat meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sektor-sektor yang berbasis pada tenaga kerja dengan keterampilan yang relatif tersedia, seperti sektor jasa, pariwisata, dan sektor ekonomi digital.

Mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri juga bisa menjadi salah satu solusi untuk mendapatkan devisa negara dan menambah pendapatan bagi masyarakat. Hal ini tentu saja membutuhkan kebijakan yang mendukung, seperti mempermudah proses pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dan memberikan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar global.

Dalam menghadapi tantangan daya beli yang melemah, kebijakan moneter juga sangat penting. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan menurunkan suku bunga agar biaya pembiayaan lebih rendah, sehingga mendorong permintaan masyarakat terhadap produk dan jasa. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa inflasi dapat dikendalikan agar daya beli masyarakat tidak semakin tertekan.

Sektor UMKM di Indonesia, yang terdiri dari lebih dari 60 juta usaha, menjadi pilar utama dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, menjaga agar sektor ini tetap bertahan sangatlah penting. Pemerintah perlu memberikan dukungan melalui program-program yang dapat membantu UMKM untuk berkembang dan meningkatkan daya saing mereka, seperti akses ke pembiayaan murah, pelatihan keterampilan, dan pemasaran digital.

Menghadapi tantangan daya beli yang melemah di akhir tahun 2024, pemerintah Indonesia harus terus berupaya mengatasi ketimpangan ekonomi dengan fokus pada sektor-sektor yang dapat memberikan dampak langsung pada masyarakat, seperti sektor jasa, ekonomi digital, dan UMKM.

Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung investasi, mengurangi beban pajak untuk sektor tertentu, dan membuka peluang kerja yang lebih banyak. Dengan strategi yang tepat, diharapkan perekonomian Indonesia dapat pulih dan tumbuh lebih kuat di tahun-tahun mendatang.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *