Teka-Teki Megawati Soekarnoputri dalam Menentukan Cawapres GP

  • Bagikan

JAKARTA, MoneyTalk – Saat ini PDI Perjuangan (PDIP), dan Megawati Soekarnoputri sedang mencari sosok cawapres (Calon Wakil Presiden) Untuk mendampingi Capres GP (Ganjar Pranowo).

Dalam proses mencari Cawapres, sebetulnya ada yang menarik. Yaitu, ketika sosok cawapres itu sudah ditemukan, dan ditangan Megawati Soekarnoputri. Maka biasa Megawati Soekarnoputri
sebelum “dilaunching” atau melemparkan ke publik, lebih dulu “mengkonsultasikan” ke kyai-kyai NU.

Itulah cara Megawati Soekarnoputri yang selalu menghormati NU. Tahu adab, tahu sopan santun dalam berpolitik yang generasi muda harus mencontohnya. Dan Megawati Soekarnoputri itu, sebetulnya tidak sombong, atau tinggi hati, tapi rendah hati, demi selalu menjaga konstitusi Negara.

Nah!, Sekarang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah menerima 10 tokoh. Mereka tengah mengantre dan menunggu dipilih jadi cawapres untuk mendampingi Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.

Dari 10 Tokoh ini, sebetulnya yang pertama dicari PDI P adalah cawapres yang berasal NU. Beliau Selalu mengutamakan NU dulu, dan tentu NU asli. Bukan kader NU yang punya sertifikat – sertifikatan, atau kader NU sudah merasa dinaturalisasi. Hal ini dilakukan, untuk menghindari NU hanya dipakai sebagai kuda tunggangan di pilpres 2024.

Selanjutnya, alasan pertama, PDI P memilih kader NU bukan karena PDI P selalu dekat dengan NU.Tapi yang lebih penting, memilih cawapres dari NU, berarti bisa untuk menghilangkan image partai bahwa PDI P selalu dituding Anti Islam. PDI P dinilai tidak ramah pada umat islam. Yang paling sadis, PDI P sangat benci dengan umat Islam.

Kemudian, alasan kedua mengapa PDI P harus memilih kader NU, adalah untuk memecah kekuatan basis suara NU di pulau Jawa. Agar basis suara NU tidak semuanya digenggam pasangan Prabowo – cak imin. Atau semua basis suara NU dikuasai Anies – Khofifah.

Tetapi, kalau PDI P “ngotot” tidak akan pilih orang NU sebagai cawapres GP, maka nasib GP akan seperti Prabowo. Seumur hidup tidak bakalan bisa jadi Presiden, atau bisa memenangkan Pilpres 2024. Coba lihat Probowo dua kali menjadi Capres, dan tidak mau memilih calon wakil presiden dari kalangan NU, yang akhirnya kalah capres melulu.

Dan terakhir, cawapres yang dicari PDI P adalah kader NU yang berasal luar pulau Jawa. Karena GP dari Jawa, maka yang lebih cocok mendampingi GP adalah cawapres NU yang berasal dari luar pulau Jawa.

Dengan memilih cawapres NU dari luar pulau Jawa, diharapkan bisa mencuri atau mendulang suara dari basis basis Prabowo, dan Anies di luar pulau Jawa.

Selain itu, rakyat di luar Jawa akan memberikan apresiasi yang cukup positif buat PDI P dan GP karena berani mengakomodasi tokoh – tokoh luar Jawa dalam pentas Nasional.

Memang sulit, atau tidak begitu banyak untuk mengakomodasi Kader atau tokoh – Tokoh NU dari luar Jawa itu. Kalaupun ada, sudah bergabung dengan Prabowo, atau Anies. Tetapi masih tersisa nih, yaitu Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.

Tokoh NU KH. Nasaruddin Umar ini berasal dari Makassar. Beliau sangat cocok untuk mendampangi GP karena apolitis, tidak neko – neko, dan selalu membawa islam yang ramah di ruang Publik.

Tetapi Kalau PDI P tidak mau memilih
KH. Nasaruddin Umar sebagai cawapres. Dan akan tetap memilih Erick Thohir, atau Sandiaga Uno, bisa bisa hal ini akan merepotkan posisi GP ketika sudah jadi Presiden. Kedua orang ini pengusaha besar, dan banyak duit. Tentu akan banyak menekan atau mempengaruhi GP untuk membela kepentingan bisnis perusahaan kedua orang kaya ini.

Dan daripada Megawati Soekarnoputri memilih Erick Thohir atau Sandiaga Uno, akan lebih baik tetap menilih Tokoh NU yang bernama As’ad Said Ali yang sangat Nasionalis, religius, dan Anti korupsi. (MT)

Uchok Sky Khadafi
Direktur Eksekutif CBA
(Center For Budget Analysis)

 

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *