MoneyTalk, Jakarta – Hingga saat ini, nama Anies Baswedan belum diumumkan sebagai calon yang akan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk Pilkada Jakarta 2024. Meskipun beredar kabar bahwa Anies telah hadir di kantor DPP PDIP sebelum pengumuman pada Senin siang lalu, teka-teki mengenai pencalonannya masih belum ditetapkan. Apakah ini merupakan penundaan pengumuman, atau ada faktor lain yang menghalangi pencalonan Anies Baswedan?
Untuk membahas dinamika ini, kami mendapat tanggapan dari , Thomas Lembong, mantan Menteri Perdagangan RI periode 2015-2016 sekaligus pendukung Anies Baswedan, dan Ahmad Choirul Umam dari Institute for Democracy and Strategic (INDOSTRA) pada Senin (26/08).
Berdasarkan pernyataan Megawati saat mengumukna calon Gubernur jawa tengah dan banten di gedung DPP PDIP, khususus untuk calon Gubernur Jakarta belum dimumumkan menjadi rasa penasaran bagi masyarakat apakah ini merupakan spekulasi Penundaan Pengumuman.
Thomas Lembong menekankan bahwa situasi yang terjadi saat ini memerlukan perhatian ekstra. “Jika memang pendaftaran pencalonan besok, keputusan hari ini bisa dianggap tergesa-gesa. Penundaan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk proses negosiasi dan kompromi yang belum selesai antara PDIP dan Anies Baswedan,” ujarnya.
Ahmad Choirul Umam juga menambahkan bahwa beberapa spekulasi telah muncul terkait kekuatan yang berusaha menggoyang pencalonan Anies. “Ada isu-isu lama yang kembali mencuat, seperti kasus-kasus yang pernah ditangani KPK beberapa tahun lalu, yang sekarang coba dihidupkan kembali. Ini tentu bisa mempengaruhi proses pencalonan,” jelasnya.
Hubungan Kompleks PDIP dan Anies Baswedan merupakan hubungan yang sangat rumit.
Menurut Choirul Umam, hubungan antara PDIP dan Anies Baswedan tidaklah sederhana. “PDIP dan Anies seolah berada dalam posisi yang berbeda secara ideologis. PDIP sering dianggap sebagai representasi kekuatan nasionalis, sementara Anies memiliki kedekatan dengan kekuatan Islam kanan konservatif. Ini bisa menjadi ganjalan dalam proses pencalonan,” katanya.
Thomas Lembong menambahkan bahwa proses pendekatan politik yang dilakukan oleh kedua belah pihak akan sangat menentukan. “Jika pendekatan ini tidak dilakukan dengan baik, ini bisa memproduksi ketegangan, bukan hanya di internal PDIP, tetapi juga di kalangan pemilih loyal PDIP pada Pilkada nanti,” jelas Lembong.
Kedua narasumber sepakat bahwa situasi ini adalah bagian dari dinamika politik yang kompleks menjelang Pilkada Jakarta 2024. “Tantangan besar masih menunggu, terutama dengan adanya kekuatan besar lain yang juga akan bertarung di Pemilu 2024,” kata Choirul Umam.
Lembong menutup dengan menekankan bahwa, “Yang lebih memahami situasi ini tentu adalah lingkaran internal PDIP sendiri. Namun, kita harus bersiap menghadapi berbagai kemungkinan dan dinamika yang terjadi.”
Dengan masih belum diumumkannya nama Anies Baswedan, spekulasi mengenai nasib pencalonannya terus berkembang. Apakah ini hanya menunggu waktu, atau ada hal lain yang lebih mendasar yang perlu diselesaikan? Waktu yang akan menjawab.(c@kra)