MoneyTalk, Jakarta – Adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) terus meningkat seiring dengan kemajuan pesat generative AI seperti ChatGPT dari OpenAI. Tren ini membuka peluang baru dalam berbagai bidang, mulai dari bisnis hingga pendidikan. Namun, seiring dengan popularitas ini, muncul pertanyaan besar: Apa yang akan terjadi setelah generative AI?
Menurut William Lim, CEO Glair AI, teknologi AI berikutnya yang akan mendominasi pasar adalah AI Agents. Berbeda dengan generative AI yang fokus pada pembuatan konten, AI Agents dirancang untuk membantu manusia dalam menjalankan tugas-tugas tertentu. AI Agents bekerja dengan dua pondasi utama: Large Language Model (LLM) dan Multimodal Interaction. LLM berperan sebagai “otak” yang memungkinkan agen-agen AI ini untuk menganalisis dan menyediakan data serta informasi, sementara Multimodal Interaction memungkinkan AI menerima dan merespons input dalam berbagai format, seperti teks, grafis, dan audio.
Contoh nyata dari AI Agents dapat dilihat dalam aplikasi Copilot dari Microsoft dan Gemini Live dari Google. Copilot dirancang untuk bekerja bersama pengguna, memberikan saran dan rekomendasi, bukan sepenuhnya otomatis seperti agen AI lainnya. Di sisi lain, Gemini Live memungkinkan interaksi langsung dengan pengguna, bahkan mampu memberikan respons terhadap objek visual melalui kamera.
Staf Ahli Menkominfo, Wijaya Kusumawardhana, mengutip data dari McKinsey dan Kearney & CSET 2023 yang memperkirakan bahwa pada tahun 2030, AI akan berkontribusi sekitar US$13 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global. Di kawasan ASEAN, kontribusi AI diperkirakan mencapai US$1 triliun, dengan Indonesia sendiri menyumbang hingga US$366 miliar. Jika melihat PDB Indonesia pada tahun 2023 yang mencapai US$1,4 triliun, kontribusi AI di Indonesia bisa mencapai 26 persen.
Potensi ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha di berbagai sektor untuk memanfaatkan teknologi AI, baik di industri teknologi maupun sektor lainnya. Pemanfaatan AI yang efektif dapat membantu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi di berbagai bidang.
Salah satu tantangan utama yang muncul dalam pengembangan AI Agents adalah kompleksitas teknologi yang harus mampu menangani tugas-tugas yang semakin rumit. Meskipun agen-agen AI seperti chatbot sudah ada sejak lama, evolusi ke AI Agents yang lebih canggih membawa peluang untuk menciptakan sistem otomatis yang dapat menjalankan alur kerja secara mandiri.
Namun, dengan perkembangan ini juga datang tantangan dalam hal regulasi dan etika. Bagaimana AI digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana dampaknya terhadap pekerjaan manusia menjadi topik diskusi yang terus berkembang. Selain itu, adopsi AI secara masif juga menimbulkan kekhawatiran terkait privasi, keamanan data, dan potensi penyalahgunaan teknologi.
Adopsi AI yang terus tumbuh dan berkembang membawa banyak peluang baru di berbagai sektor. Tren AI Agents yang diprediksi akan menjadi fokus utama berikutnya, berpotensi mengubah cara manusia bekerja dan berinteraksi dengan teknologi. Namun, agar manfaat teknologi ini dapat dirasakan secara maksimal, penting bagi pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, sekaligus menjaga aspek etika dan keamanan dalam penggunaan AI.(c@kra)