Noorsy: Indonesia Negara Importir

0

MoneyTalk, Jakarta – Pada Selasa, 24 September 2024, Rasil TV menayangkan narasumber Ichsanuddin Noorsy untuk membahas isu-isu ekonomi yang kian menjadi sorotan di Indonesia. Diskusi ini menyoroti bagaimana Indonesia telah menjadi negara importir besar dalam banyak sektor, meski memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.

Salah satu poin utama yang dibahas adalah mahalnya harga beras di Indonesia, yang diklaim menjadi yang tertinggi di ASEAN, namun ironisnya, petani tetap hidup dalam kemiskinan. Ichsanuddin Noorsy mengangkat bagaimana kebijakan pertanian selama ini lebih banyak menguntungkan para oligarki dan pengusaha besar dibanding petani kecil. Menurutnya, jika pemerintah, termasuk Presiden terpilih Prabowo Subianto, berencana untuk mencetak sawah baru di Merauke demi mencapai swasembada pangan, masalah utama adalah di mana pemerintah akan menemukan petani yang bersedia bekerja dengan kondisi saat ini.

Program cetak sawah di Papua, menurut Noorsy juga harus diperhitungkan dengan baik karena berpotensi merusak hutan dan ekosistem setempat. Selain itu, kekhawatiran akan campur tangan oligarki juga menjadi isu penting dalam pelaksanaan program ini.

Isu ekspor pasir laut juga menjadi topik perdebatan di kalangan politisi. Gerindra, partai yang diketuai Prabowo Subianto, meminta agar ekspor pasir laut ditunda, memicu spekulasi tentang potensi ketegangan antara Gerindra dan Presiden Jokowi, yang diketahui mendukung kebijakan ekspor tersebut. Ichsanuddin Noorsy melihat ini sebagai salah satu tanda adanya dinamika politik internal yang berpotensi mempengaruhi stabilitas kebijakan ekonomi nasional.

Menurut Noorsy, ekspor pasir laut merupakan salah satu sektor yang sangat menguntungkan bagi segelintir orang. Ini menjadi pertanyaan besar mengapa pemerintah bersikeras untuk terus mengekspor sumber daya alam yang seharusnya dapat dikelola dengan lebih baik untuk kepentingan dalam negeri.

Dalam diskusi ini, Noorsy juga menyoroti lonjakan utang negara yang mencapai hampir 10.000 triliun rupiah, dengan laporan bahwa Presiden Jokowi telah menghabiskan kas negara sebesar 1.368 triliun dalam delapan bulan. Meskipun DPR baru saja menyetujui pendapatan negara sebesar 3.000 triliun, Noorsy memperingatkan bahwa beban pajak yang semakin tinggi akan membebani rakyat, terutama dengan adanya kenaikan PPN dan pajak tambahan seperti pajak parkir.

Noorsy menekankan bahwa kesulitan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dari pajak berakar pada ketundukan mereka terhadap lobi-lobi korporasi. Ia menyarankan agar para birokrat dan teknokrat berhenti menjadi “kaki tangan korporasi” dan lebih fokus pada upaya peningkatan pendapatan negara tanpa harus membebani rakyat kecil.

Diskusi juga menyentuh isu geopolitik internasional, terutama ketegangan di Timur Tengah. Noorsy menyoroti serangan Israel ke Lebanon yang melibatkan Hizbullah, serta bagaimana Amerika Serikat turut campur dalam konflik ini. Menurutnya, perang di Timur Tengah tidak hanya didorong oleh agama, tetapi juga oleh kepentingan ekonomi global. Ia menambahkan bahwa harga energi dan emas cenderung akan terpengaruh oleh ketegangan ini, yang pada akhirnya juga berdampak pada nilai tukar mata uang global, termasuk dolar Amerika.

Diskusi yang disampaikan Ichsanuddin Noorsy di Rasil TV membuka wawasan mengenai tantangan besar yang dihadapi Indonesia sebagai negara importir, dengan kebijakan yang belum optimal dalam mengelola sumber daya alamnya. Dari tingginya harga beras hingga ketergantungan pada utang luar negeri, Indonesia harus berupaya keras untuk mengatasi masalah-masalah ini jika ingin menjadi negara yang lebih mandiri secara ekonomi.(c@kra)

Leave A Reply

Your email address will not be published.