MoneyTalk, Jakarta – Haris Azhar saat wawancara di podcast Inilah.com tayang pada Minggu (20/10), di mana ia mengungkapkan pandangannya tentang kondisi sosial-politik Indonesia, khususnya terkait dengan pemerintahan Jokowi dan harapan rakyat terhadap presiden terpilih, Prabowo Subianto. Dalam sesi ini, Haris menyentuh berbagai isu yang berkaitan dengan privilese, keadilan sosial, dan tanggung jawab pemerintah.
Privilese di Bandara
Haris memulai diskusinya dengan contoh yang sangat konkret: situasi di bandara. Ia mencatat perbedaan mencolok antara pengguna parkir di bandara yang menunjukkan strata sosial. Ia berpendapat bahwa parkir yang dikhususkan untuk pejabat dengan mobil berplat khusus mencerminkan ketidaksetaraan yang masih ada dalam masyarakat.
“Baik dan punya privil, begitu ya, ya gampangah ke bandara. Lihat tuh, siapa sih yang parkir di pinggir bandara?” tanyanya retoris, menunjukkan bahwa privilege masih sangat terasa di Indonesia.
Warisan Mentalitas VOC
Lebih jauh, Haris mengaitkan keadaan ini dengan warisan sejarah, terutama warisan VOC yang menurutnya masih berlanjut hingga hari ini. Ia menyatakan bahwa mentalitas yang terbentuk selama masa kolonial masih berdampak pada perilaku dan kebijakan saat ini.
“Jadi, VOC itu bukan soal istananya di mana, mentalitasnya, gitu. Masih terasa,” tegasnya.
Ini menunjukkan keyakinannya bahwa sejarah membentuk sikap dan kebijakan yang ada sekarang.
Harapan Terhadap Prabowo
Haris kemudian beralih ke harapan masyarakat terhadap Prabowo, yang baru saja dilantik sebagai presiden. Ia menekankan pentingnya untuk tidak hanya menunggu, tetapi juga menagih janji-janji yang diberikan.
“Kita tagih, karena sudah terlalu lama masyarakat mengharapkan itu,” ungkapnya.
Haris berharap Prabowo bisa memperbaiki kesalahan yang terjadi di era Jokowi. Ia menyebutkan sejumlah masalah yang perlu diperbaiki, merujuk pada hasil riset yang diambil dari Mahkamah Rakyat dan Tempo.
Tanggung Jawab Publik
Haris juga mengingatkan publik untuk tetap kritis dan tidak mudah terjebak pada ilusi bahwa segala sesuatunya akan berubah dengan sendirinya. Ia berpesan agar masyarakat aktif berpartisipasi dan mengawasi pemerintah.
“Anda mau berpartisipasi atau tidak? Negara itu bukan untuk kita percaya, tetapi untuk kita awasi dan kita tagih mana kewajiban kalian untuk memenuhi hak saya,” ujarnya.
Ini menjadi pesan penting untuk masyarakat agar tidak lagi kecewa seperti yang terjadi selama pemerintahan Jokowi.
Penutup: Menghindari Kesalahan yang Sama
Di akhir wawancaranya, Haris mengingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan mudah percaya pada janji-janji pemerintah. Ia menegaskan bahwa perubahan tidak hanya bergantung pada siapa yang memimpin, tetapi juga pada kesadaran dan keterlibatan masyarakat.
“Janganlah kalian nanti kecewa 9 tahun lagi bersama Prabowo,” tandasnya.
Haris Azhar memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini dan pentingnya peran serta masyarakat dalam mengawasi dan menagih janji-janji pemerintah. Dengan perspektif yang kritis, Haris menegaskan bahwa perubahan yang diharapkan tidak akan terjadi tanpa upaya bersama dari semua pihak.(c@kra)