Antara Warna Jokowi dan Arah Baru di Berbagai Sektor

  • Bagikan
Antara Warna Jokowi dan Arah Baru di Berbagai Sektor
Antara Warna Jokowi dan Arah Baru di Berbagai Sektor

MoneyTalk, Jakarta – Kabinet Prabowo Subianto yang baru dilantik membawa nuansa dan harapan baru bagi masa depan Indonesia. Akan tetapi, juga memicu diskusi tentang sejauh mana perubahan atau kelanjutan yang akan diterapkan dibandingkan dengan Kabinet Jokowi. Podcast “Bebas Aktif” yang menghadirkan Kenzie Ryvantya mengeksplorasi secara mendalam peran strategis kementerian, dinamika politik dalam pemerintahan, hingga tantangan implementasi kebijakan yang mungkin terjadi selama lima tahun ke depan.

Bapenas dan Kementerian Keuangan, Seberapa Efektif Pembagian Tugasnya?

Menurut Kenzie, meski Bapenas seharusnya bertindak sebagai perencana utama dalam hal strategis kebijakan pembangunan, sering kali Kementerian Keuangan menjadi penentu prioritas karena kontrol terhadap anggaran. Kondisi ini menciptakan ketergantungan pada kuasa fiskal yang dipegang Kementerian Keuangan, seakan lembaga ini berperan sebagai “dewa.” Ada gagasan untuk memberikan peran yang lebih signifikan pada Bapenas, bukan hanya sebagai pengembang dokumen teknokratik, tetapi juga dalam implementasi kebijakan secara penuh. Harapannya, anggaran mengikuti rencana, bukan sebaliknya.

Pengaruh Nama-nama di Kabinet

Strategi Kompromistis atau Strategi Efektivitas? Kabinet Prabowo menggambarkan kolaborasi lintas dukungan politik, di mana terdapat 17 tokoh dari lingkaran Jokowi dan sisanya adalah loyalis Prabowo serta beberapa figur baru. Seiring waktu, warna Jokowi diprediksi akan mulai “luntur” melalui reshuffle atau mekanisme politik lainnya. Namun, pada masa awal ini, strategi kompromistis masih menjadi pendekatan utama. Mengakomodasi banyak pihak dapat memberikan stabilitas, tetapi dalam jangka panjang, hal ini harus diimbangi dengan kompetensi dan arah yang jelas.

Prabowo dan Visi Kebijakan Luar Negeri

Lebih Hands-On Prabowo dikenal memiliki kepentingan besar dalam diplomasi dan geopolitik, tampak dari pidato MPR-nya yang memuat kritik terhadap kebijakan Jokowi dan pandangan yang lebih tegas pada isu-isu global. Untuk pertama kalinya setelah era Alwi Shihab, seorang diplomat karir kembali mengisi posisi Menteri Luar Negeri. Langkah ini menunjukkan komitmen Prabowo untuk memantau secara langsung kebijakan luar negeri Indonesia, dan mempertegas bahwa ia ingin kebijakan luar negeri yang lebih proaktif dan mencerminkan visinya.

Kementerian Pendidikan

Dipecahnya Kemdikbud dan Afiliasi Muhammadiyah Dalam kabinet ini, posisi di sektor pendidikan diberikan kepada tokoh-tokoh yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, seperti Abdul Muti dan Satrio. Ini menarik karena Kemdikbud yang sebelumnya satu kesatuan, kini dipecah menjadi dua kementerian untuk menangani pendidikan dan riset secara terpisah. Pendekatan ini dapat dianggap sebagai langkah menegaskan peran organisasi keagamaan dalam bidang pendidikan. Di sisi lain, Kenzie mencatat bahwa Abdul Muti pernah diberhentikan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, yang menimbulkan tanda tanya mengenai arah dan kebijakan yang akan diambil oleh kabinet ini, khususnya terhadap program “Merdeka Belajar” dan inisiatif zonasi.

Pertanian dan Pangan di Papua

Apakah Food Estate Akan Terus Berlanjut? Dalam kabinet ini, Prabowo menunjuk menko pangan baru, yang langsung menekankan Papua sebagai potensi “food estate” utama Indonesia. Langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa kebijakan food estate yang sebelumnya telah diluncurkan akan terus berlanjut. Meskipun terdapat kontroversi mengenai keberhasilan dan keberlanjutan program ini, terutama mengingat tantangan ekologis dan sosial di Papua, Prabowo nampaknya tetap berkomitmen pada peningkatan ketahanan pangan nasional dengan Papua sebagai basis utamanya.

Pengelolaan Konflik Kepentingan dan Kelompok Elite

Kenzie juga menyoroti peran elit dalam kabinet Prabowo, khususnya yang terkait dengan sektor tambang dan energi. Dalam beberapa laporan, nama-nama tertentu terindikasi memiliki afiliasi bisnis atau kepentingan pribadi, yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam penugasan portofolio di kabinet ini menjadi krusial. Hal ini untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya menguntungkan pihak tertentu, tetapi benar-benar mengarah pada kesejahteraan masyarakat luas.

Kabinet Prabowo memulai masa tugasnya dengan spektrum warna yang kaya, dari kesinambungan kebijakan hingga elemen-elemen perubahan yang menarik. Kolaborasi antar kementerian, keseimbangan dalam pengaruh politik, serta kepentingan berbagai pihak yang terlibat akan menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan kabinet ini. Kabinet ini masih dalam masa pembentukan, layaknya sebuah “permainan kartu” di mana setiap menteri kini tengah menyiapkan strategi untuk mengimplementasikan programnya.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *