Kebangkitan Orde Baru dalam Konteks Reformasi

  • Bagikan
Kebangkitan Orde Baru dalam Konteks Reformasi
Kebangkitan Orde Baru dalam Konteks Reformasi

MoneyTalk, Jakarta – Pada Senin, 28 Oktober 2024, program Kuliah Akal Sehat menampilkan diskusi menarik antara Budiman Sujatmiko dan Rocky Gerung. Dalam pernyataan mereka, terungkap berbagai perspektif mengenai relevansi dan dampak mentalitas Orde Baru dalam era Reformasi. Diskusi ini mencakup analisis mendalam terhadap struktur politik Indonesia, pengaruh anggota kabinet era Orde Baru, serta pergeseran paradigma sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Kembali ke Mentalitas Orde Baru

Budiman Sujatmiko menekankan, meskipun secara formal Indonesia telah beralih dari Orde Baru ke era Reformasi, banyak elemen mentalitas Orde Baru yang masih bertahan dalam politik saat ini. Ia mengingatkan, banyak anggota kabinet yang berasal dari era Orde Baru, seperti Wiranto, masih memegang peranan penting dalam kebijakan keamanan nasional. Ini menunjukkan adanya kesinambungan antara kedua rezim. “Mentalitas Orde Baru” tidak sepenuhnya hilang, melainkan terintegrasi ke dalam struktur pemerintahan yang baru.

Rocky Gerung menambahkan, narasi yang menganggap ada pemisahan jelas antara Orde Baru dan Reformasi adalah keliru. Ia mengusulkan, sebenarnya tidak ada “retakan” (rupture) yang nyata; kedua rezim tersebut terjalin dalam pola-pola kekuasaan serupa, dan pandangan ini sering kali diabaikan dalam wacana politik mainstream.

Proses Demokratisasi dan Ketakutan

Budiman juga mencatat bahwa ketakutan menjadi salah satu komoditas dalam politik. Ketika ketakutan terhadap masa depan dan perbedaan meningkat, hal ini menciptakan kebutuhan akan perlindungan dari otoritas. Dalam konteks ini, banyak politisi berusaha untuk menarik simpati publik dengan nostalgia terhadap masa lalu yang lebih otoriter, menciptakan pola-pola perilaku politik yang mengarah pada kembali ke rezim otoriter.

Rocky Gerung menggarisbawahi bahwa penguatan otoritas ini dapat mengakibatkan pembentukan kembali struktur kekuasaan yang mirip dengan Orde Baru. Ia menunjukkan bagaimana elemen-elemen populis dalam retorika politik dapat mengarahkan masyarakat kembali pada pola-pola pemikiran yang lebih tradisional dan hierarkis, bahkan di tengah arus reformasi yang sedang berlangsung.

Inovasi dan Harapan di Era Digital

Salah satu aspek menarik dalam diskusi ini adalah seruan Budiman untuk mendorong inovasi di kalangan masyarakat. Ia menyebutkan bahwa meskipun tidak memiliki sumber daya finansial yang besar, tantangan untuk menciptakan gerakan inovasi bisa menjadi pemicu untuk membawa perubahan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk akademisi dan pelaku industri, Budiman berupaya menciptakan “renaissance” bagi Indonesia di era kecerdasan buatan dan teknologi tinggi.

Pentingnya adaptasi terhadap perubahan teknologi dan cara berpikir baru juga disoroti. Budiman menjelaskan bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan, cara orang mengelola negara dan berinteraksi satu sama lain kini dapat dipahami dan dianalisis secara lebih kompleks. Ini menuntut perubahan paradigma dalam cara kita melihat politik dan pengelolaan sumber daya manusia.

Diskusi antara Budiman Sujatmiko dan Rocky Gerung dalam Kuliah Akal Sehat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia di era Reformasi. Keduanya mengajak kita untuk merenungkan kembali struktur kekuasaan yang ada, pengaruh sejarah Orde Baru, dan perlunya inovasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Sementara kekhawatiran akan kembalinya pola-pola otoriter masih membayangi, ada harapan bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, masyarakat Indonesia dapat menemukan cara baru untuk menghadapi tantangan di era modern ini.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *