Yield Curve Dis-Inverted, Pertanda Kehancuran Ekonomi Amerika Dimulai?

  • Bagikan
Yield Curve Dis-Inverted, Pertanda Kehancuran Ekonomi Amerika Dimulai?
Yield Curve Dis-Inverted, Pertanda Kehancuran Ekonomi Amerika Dimulai?

MoneyTalk, Jakarta – Narasi dari Akela Trading System, tayang Rabu (30/10), Akhir-akhir ini, perbincangan seputar resesi global yang dipicu oleh ekonomi Amerika Serikat semakin hangat. Banyak pihak termasuk analis, media, hingga tokoh-tokoh terkemuka di dunia keuangan, memperingatkan tanda-tanda yang menunjukkan resesi di Amerika akan segera terjadi. Salah satu sinyal utama yang menjadi sorotan adalah fenomena “dis-inversi” pada kurva yield (yield curve dis-inverted). Fenomena ini dianggap sebagai indikator awal resesi, di mana kurva imbal hasil obligasi yang sebelumnya berada dalam kondisi “inverted” kembali menjadi positif. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan yield curve dis-inverted ini, dan apakah benar ekonomi AS tengah menuju ke jurang resesi?

Apa Itu Yield Curve dan Inversi?

Yield curve adalah grafik yang menampilkan perbedaan antara imbal hasil obligasi jangka pendek dan jangka panjang. Secara umum, obligasi jangka panjang seharusnya memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding obligasi jangka pendek, karena risiko yang lebih besar untuk periode yang lebih panjang. Namun, ada kalanya kurva yield ini mengalami “inversi”, yakni ketika imbal hasil obligasi jangka pendek lebih tinggi daripada obligasi jangka panjang, yang menandakan kekhawatiran pasar atas prospek ekonomi jangka pendek.

Inversi kurva yield sering dianggap sebagai tanda resesi yang akan datang, dan sejarah membuktikan bahwa hampir setiap kali kurva yield AS terinversi, resesi akan menyusul. Tokoh-tokoh ekonomi, seperti Jeffrey Gundlach, menggunakan inversi kurva yield sebagai indikator utama dalam memprediksi resesi.

Dis-Inversi: Tanda Resesi Telah Dimulai?

Fenomena “dis-inversi” terjadi ketika kurva yield yang telah terinversi kembali menjadi positif. Jeffrey Gundlach, yang dikenal sebagai “Raja Obligasi”, meyakini bahwa dis-inversi kurva yield justru menandai bahwa resesi telah dimulai. Dalam analisis ini, dis-inversi bukan sekadar perubahan dalam pola grafik tetapi merupakan sinyal kuat bahwa ekonomi tengah memasuki fase penurunan.

Setiap kali kurva yield berbalik menjadi positif setelah inversi, resesi di AS seringkali segera terjadi. Misalnya, pada tahun 2000 dan 2007, dis-inversi pada kurva yield mendahului krisis ekonomi besar. Pada tahun 2024, dis-inversi kembali terlihat pada kurva yield AS, khususnya pada selisih obligasi 10 tahun dan 2 tahun, yang menimbulkan kekhawatiran akan resesi yang akan datang.

Bagaimana The Fed Bereaksi?

Saat ini, inflasi yang stabil dan angka pengangguran yang relatif rendah menambah kompleksitas dalam menentukan arah kebijakan The Fed. The Federal Reserve diperkirakan akan mempertimbangkan kebijakan suku bunga dalam rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pada 7 November mendatang. Mengingat tanda-tanda dis-inversi, para pengamat memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan menunda atau bahkan menurunkan suku bunga demi menyeimbangkan risiko resesi.

Namun, angka-angka makroekonomi lain menunjukkan tanda-tanda yang berbeda. Tingkat pertumbuhan GDP AS masih sekitar 3%, sementara tingkat pengangguran di angka 4,1% yang masih tergolong rendah secara historis. Data ini memunculkan pertanyaan: jika ekonomi AS memang berada di ambang resesi, mengapa indikator seperti GDP dan pengangguran tidak mencerminkan kondisi tersebut?

Efek Terhadap Perekonomian Dunia

Sebagai perekonomian terbesar di dunia, resesi di AS akan memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian global. Investor dari seluruh dunia tengah bersiap menghadapi ketidakpastian ini, karena resesi di AS cenderung mempengaruhi perdagangan internasional, nilai tukar mata uang, hingga aliran modal global. Negara-negara yang bergantung pada ekspor ke AS atau investasi langsung AS mungkin akan merasakan dampak paling besar.

Dis-Inversi dan Masa Depan Ekonomi AS

Analisis Jeffrey Gundlach tentang dis-inversi yield curve sebagai penanda awal resesi memang memiliki basis historis. Namun, perbedaan situasi makroekonomi saat ini, seperti tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan GDP yang relatif stabil, membuat prediksi resesi tidak sesederhana mengikuti pola dis-inversi semata. Di tengah perdebatan ini, pasar keuangan dan investor global perlu lebih berhati-hati dan mempertimbangkan semua variabel yang terlibat sebelum menyimpulkan masa depan ekonomi AS.

Dis-inversi pada kurva yield memang membawa tanda-tanda ancaman, namun apakah benar ini adalah awal dari kehancuran ekonomi AS atau hanya “gerhana sementara” dalam siklus ekonomi?(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *