Menyamakan Si Pitung dengan David Darmawan, Ini Kata Mus Gaber

  • Bagikan
Menyamakan Si Pitung dengan David Darmawan, Ini Kata Mus Gaber
Menyamakan Si Pitung dengan David Darmawan, Ini Kata Mus Gaber

MoneyTalk, Jakarta – Polemik seputar Pilgub Jakarta semakin memanas setelah munculnya sosok David Darmawan, seorang tokoh Ormas Betawi yang dikenal berani memperjuangkan nilai-nilai agama dan budaya Betawi. Baru-baru ini, Mus Gaber, Ketua Kejawen Daerah Khusus Jakarta, memberikan pernyataan kritis terhadap tindakan David.

Ia menilai bahwa perjuangan atas nama agama dan budaya sering kali menjadi alat politik yang dipakai untuk menjatuhkan lawan. Dalam konteks ini, Mus Gaber mempertanyakan apakah perjuangan tersebut murni demi nilai-nilai luhur atau hanya sekadar memihak salah satu pasangan calon (Paslon).

Keberanian David Darmawan yang mendapat julukan sebagai “Pitung Jaman Now” menuai respons beragam dari publik. David melaporkan Suswono, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, ke Polda Metro Jaya dan Bawaslu atas dugaan penistaan agama. Langkah ini disoroti oleh banyak pihak. Dinilai oleh sebagian kalangan sebagai wujud pembelaan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Betawi. Benarkah langkah ini dapat dibandingkan dengan perjuangan legendaris Si Pitung, atau justru menyimpang dari nilai-nilai yang ia anut?

Si Pitung adalah sosok legendaris dari Betawi yang dikenal sebagai Robin Hood lokal. Ia digambarkan sebagai pejuang keadilan yang melawan ketidakadilan pemerintah kolonial Belanda pada masa itu. Dalam banyak cerita rakyat, Si Pitung mencuri dari orang kaya yang berkolaborasi dengan penjajah dan membagikan hasil curiannya kepada rakyat miskin. Tindakannya dipandang sebagai perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan.

Bagi masyarakat Betawi, Si Pitung bukan hanya sekadar sosok pejuang, tetapi juga simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penegakan keadilan sosial. Keberaniannya diabadikan dalam berbagai cerita dan menjadi bagian dari identitas budaya Betawi. Dalam konteks politik dan sosial, nama Si Pitung sering digunakan sebagai metafora bagi mereka yang berani melawan ketidakadilan dan membela rakyat kecil.

David Darmawan muncul ke panggung publik sebagai sosok yang berani dan lantang dalam membela nilai-nilai agama dan budaya Betawi. Keputusannya untuk melaporkan Suswono ke Polda Metro Jaya atas tuduhan penistaan agama mendapat sorotan luas. Tidak hanya itu, David juga dikenal pernah melawan mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait pernyataan kontroversialnya tentang suara azan.

Perbandingan antara David Darmawan dengan Si Pitung dipertanyakan oleh Mus Gaber. Mus Gaber menekankan bahwa perjuangan sejati atas nama nilai tidak seharusnya memihak atau menjadi alat politik dari Paslon tertentu. Menurutnya, menjadi tidak elok jika perjuangan yang diklaim demi agama dan budaya justru digunakan untuk menjatuhkan pihak lain. Ia pun mempertanyakan, apakah langkah-langkah David murni atas dasar nilai-nilai keagamaan, ataukah ada motif politik di balik tindakan tersebut?

Demokrasi mengandaikan kebebasan untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini. Namun, ketika nilai-nilai agama dan budaya digunakan dalam kontestasi politik, batas antara perjuangan murni dan kepentingan politik sering kali menjadi kabur. Pernyataan Mus Gaber mencerminkan kekhawatiran bahwa ormas-ormas yang berjuang atas nama nilai keagamaan mungkin saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik.

Dalam kasus David Darmawan, langkahnya untuk melaporkan Suswono mendapat pujian dari sebagian masyarakat Betawi yang melihatnya sebagai wujud keberanian. Namun, apakah langkah ini benar-benar mencerminkan semangat Si Pitung yang sejati? Si Pitung dikenal sebagai pejuang yang tidak memihak, yang melawan penjajah demi keadilan. Sementara itu, tindakan David lebih terlihat sebagai bentuk keberpihakan dalam arena politik Pilgub Jakarta.

Menyamakan David Darmawan dengan Si Pitung tampaknya “jauh api dari panggang”. Si Pitung berjuang tanpa pamrih untuk masyarakat, tanpa agenda politik terselubung. Sebaliknya, tindakan David lebih terarah pada manuver politik, yang menurut kritikus seperti Mus Gaber, sarat dengan kepentingan Paslon tertentu. Meskipun David dikenal sebagai pembela agama dan budaya, tindakannya untuk melaporkan calon Pilgub justru menimbulkan pertanyaan: Apakah ia benar-benar berjuang demi nilai, ataukah demi kepentingan politik yang lebih besar?

Kontroversi mengenai perbandingan David Darmawan dengan Si Pitung menunjukkan betapa kompleksnya dinamika politik dan sosial di Jakarta menjelang Pilgub. Dalam konteks demokrasi, perjuangan atas nama nilai memang sah, namun tetap harus dilakukan dengan cara yang jujur dan tidak memihak. Mus Gaber mengingatkan kita bahwa dalam memperjuangkan nilai-nilai, penting untuk menjaga integritas agar tidak terjebak dalam permainan politik.

Akhirnya, publik perlu bijak dalam menilai sosok-sosok seperti David Darmawan. Apakah ia benar-benar “Pitung Jaman Now” atau hanya alat politik dari kekuatan tertentu? Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada sudut pandang masing-masing individu, namun yang pasti, menyamakan David Darmawan dengan Si Pitung adalah perbandingan yang perlu ditelaah lebih jauh, karena sejarah dan motivasi keduanya tampak berbeda secara fundamental.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *