MoneyTalk, Jakarta – Dalam wawancara talkshow Rosi di Kompas TV pada Minggu (10/11), Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, berbicara dengan jujur mengenai permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan tinggi di Indonesia.
Salah satu poin penting yang muncul dalam wawancara tersebut adalah pesan yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Satryo, yang menyatakan, “Kalau nanti kamu nggak bisa bereskan, saya copot.” Pesan ini tidak hanya menunjukkan tekanan yang diterima Satryo, tetapi juga mencerminkan urgensi bagi pemerintah untuk segera membereskan kondisi pendidikan tinggi di Indonesia yang selama ini dianggap carut-marut.
Disini sangat penting untuk memahami konteks di balik pernyataan Presiden Prabowo. Dimana Dunia pendidikan tinggi Indonesia memang menghadapi berbagai masalah serius.
Seperti Regulasi yang tumpang tindih, fokus yang salah pada pencapaian ranking dunia, dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan praktis masyarakat menjadi beberapa isu utama yang disoroti oleh Satryo dalam wawancara tersebut.
Satryo menyatakan bahwa banyak perguruan tinggi di Indonesia yang lebih fokus pada pencapaian ranking dunia dengan menuntut banyak publikasi ilmiah. Namun, hal ini justru menimbulkan dampak negatif, karena kampus-kampus lebih peduli untuk menghasilkan karya ilmiah, yang meskipun penting, seringkali tidak relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Menurut Satryo, Indonesia tidak bisa terus bergantung pada teori-teori ilmiah yang tidak aplikatif. Negara ini membutuhkan karya ilmiah yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam bidang pangan, energi, dan teknologi, yang menjadi salah satu prioritas utama Presiden Prabowo.
Banyak regulasi yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan selama ini yang lebih berfokus pada pencapaian peringkat dunia, yang tidak sesuai dengan kebutuhan nyata perguruan tinggi dan masyarakat Indonesia. Kampus-kampus terlalu sibuk dengan pencapaian ranking dunia dan publikasi internasional, sementara mereka gagal memenuhi harapan masyarakat akan pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat secara praktis, jelas Satryo.
Yang lebih penting kata Satryo bahwa pendidikan tinggi di Indonesia harus lebih banyak berkontribusi pada pengembangan industri dalam negeri. Indonesia memiliki potensi besar di bidang teknologi, seperti pembuatan mobil listrik dan pengembangan energi terbarukan,(c@kra)