MoneyTalk, Jakarta – Dalam pidato terbarunya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan rencana ambisius untuk membentuk perusahaan investasi milik negara berkelas dunia. Rencana ini mirip dengan Temasek Holdings milik Singapura.
Rencana ini bukan tanpa alasan. Singapura melalui Temasek telah berhasil membangun gurita bisnis yang mendunia, menjadikannya salah satu pemain utama dalam dunia investasi global. Lalu, apakah ambisi Indonesia ini bisa menyaingi Temasek, atau justru akan mengalami tantangan besar seperti 1MDB di Malaysia?
Didirikan pada 25 Juni 1974, Temasek Holdings Private Limited adalah perusahaan investasi milik negara Singapura yang telah mengukir sejarah panjang kesuksesan di dunia investasi global. Di tahun 2024, Temasek tercatat mengelola portofolio senilai 4,5 kuadriliun rupiah (sekitar 4.520 triliun rupiah). Nilai ini bahkan lebih besar dari APBN Indonesia, menunjukkan betapa masifnya aset yang dikelola oleh perusahaan ini.
Temasek memiliki portofolio investasi yang tersebar di berbagai sektor dan wilayah. Mereka berinvestasi di telekomunikasi, transportasi, teknologi, hingga keuangan, dengan kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan besar seperti Telkomsel, Grab, Gojek, Tokopedia, bahkan raksasa global seperti Alibaba, Tencent, BlackRock, dan MasterCard. Gurita bisnis ini membuat Temasek menjadi salah satu Sovereign Wealth Fund (SWF) yang paling dihormati di dunia.
Menariknya, meskipun Temasek tidak memiliki kantor di Indonesia, mereka tetap aktif berinvestasi di dalam negeri, terutama di sektor teknologi dan telekomunikasi. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi, sekaligus menunjukkan kemampuan Temasek dalam mendiversifikasi investasinya di berbagai negara tanpa harus memiliki kehadiran fisik di setiap pasar.
Melihat kesuksesan Temasek, Prabowo Subianto berencana membentuk DANANTARA (Daya Anagata Nusantara), sebuah perusahaan investasi milik negara yang akan bertindak sebagai SWF baru Indonesia. DANANTARA diharapkan mampu mengelola aset pemerintah secara lebih profesional, transparan, dan akuntabel, serupa dengan apa yang dilakukan oleh Temasek.
Tujuannya adalah memisahkan pengelolaan aset negara dari campur tangan pemerintah, menghindari potensi konflik kepentingan antara regulator dan pelaku bisnis. Dengan adanya DANANTARA, aset-aset milik pemerintah yang selama ini tersebar di berbagai kementerian dan daerah akan disatukan untuk dikelola secara terpusat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk investasi yang lebih strategis baik di dalam maupun luar negeri.
Namun, membentuk sebuah perusahaan investasi global yang sukses bukanlah perkara mudah. Indonesia sudah memiliki SWF, yaitu Indonesia Investment Authority (INA), yang dibentuk pada era Presiden Jokowi. Meskipun INA telah melakukan investasi di beberapa proyek besar seperti Tol Trans Sumatera, Pertamina Geothermal Energy, dan jalan tol di Jawa, nilainya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan Temasek. Hingga kini, total investasi yang dikelola INA baru mencapai 50 triliun rupiah, sangat jauh dibandingkan portofolio Temasek yang mencapai kuadriliunan rupiah.
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan perusahaan investasi berkelas dunia, tetapi ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Sejarah menunjukkan bahwa tidak semua negara sukses dalam menjalankan SWF mereka. Contohnya adalah 1MDB di Malaysia yang terjebak dalam skandal korupsi besar, berujung pada kerugian triliunan rupiah dan rusaknya reputasi negara. Oleh karena itu, transparansi, tata kelola yang baik, dan integritas adalah hal-hal yang wajib dimiliki oleh DANANTARA untuk memastikan keberhasilannya.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal sumber daya alam dan populasi yang besar. Dengan mengoptimalkan investasi dalam sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, infrastruktur, dan teknologi, DANANTARA bisa menjadi katalisator untuk pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus pemain global yang kompetitif.
Dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki, Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun sebuah perusahaan investasi yang bisa bersaing di kancah global. Namun, hal ini memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk memastikan bahwa tata kelola yang baik diterapkan sejak awal pembentukan DANANTARA.
Visi Prabowo untuk menciptakan SWF kelas dunia ini harus dibarengi dengan strategi yang tepat agar tidak terjerumus pada kasus yang sama seperti 1MDB. Selain itu, belajar dari pengalaman Temasek, Indonesia perlu fokus pada diversifikasi portofolio, transparansi dalam pengelolaan, serta kemampuan untuk mengambil keputusan investasi yang tepat di pasar global.
Jika semua ini dapat diwujudkan, bukan tidak mungkin DANANTARA akan menjadi “gurita bisnis” baru yang menggerakkan ekonomi Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi, mengubah Indonesia menjadi pemain global di bidang investasi seperti halnya Temasek bagi Singapura.(c@kra)