MoneyTalk,Jakarta – Apakah Indonesia bisa bubar? Amit-amit jabang bayi. Namun andai dihubungkan dengan teori sejarah perkembangan sosiologi dan antropologi atau sejarah bangsa-bangsa secara holistik yakni perspektif atau pendekatan yang mempelajari manusia dan budayanya secara menyeluruh.
Maka diantaranya Ibnu Khaldun (1332-1406 M), menyampaikan sejarah sosiologi antropogi dalam kitabnya yang fenomenal Muqaddimah sebagai “catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia”.
Menarik tuk disimak bahwa mayoritas sejarawan Muslim, termasuk Ibnu Khaldun mempercayai bahwa filsafat moral (tentu saja yang berlandaskan Islam) adalah bukan hanya sekedar unsur belaka, tetapi juga dianggap “ruh” sejarah. Sejarah adalah bagian dari ilmu pengetahuan (Scientific History), ini merupakan suatu terobosan ilmiah yang belum ada di masa itu.
Soal kehancuran sebuah negara, Ibnu Khaldun menyatakan dengan mengutip sumber ilmu, Al Quran. Sejarah asal kehancuran negara dan peradaban negara (bangsa) karena faktor kecongkakan, hedonisme.
Sehingga negara bubar bukan khayalan atau fiksi dalam novel dan komik. Karena banyak negara tengelam dalam dasar sejarah. Hanya sedikit negara yang mampu bertahan lama, Dan memang banyak orang yang alpa dengan menganggap eksistensi negara itu sebuah kenyataan kekal dan final.
Ibnu Khaldun mempelajari tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu seperti kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan, tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain. Dan sebagai akibatnya, kemudian timbul kerajaan-kerajaan dan negara dengan tingkatan bermacam kegiatan dan kedudukan orang. Baik itu untuk mencapai kemajuan kehidupannya, atau kemunduran karena perpecahan? berbagai macam ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan umumnya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri. Ingat zaman raja raja di tanah Jawi yang daling berperang? Timor Timur masuk berintegrasi ke Indonesia lalu terlepaskan? Dan termasuk adanya sejarah pemberontakan atau revolusi dan invasi dan atau agresi sehingga berakibat ada yang hancur dan sebaliknya ada yang memperluas dominasi.
Kekinian bagimana sejarah membuktikan dengan Yugoslavia, Uni Sovyet dan lain lain peristiwa kehancuran sebuah negara.
Bagi Ibnu Khaldun, sejarah terbangun dari dua sisi, sisi luar (material, lahiriah) dan sisi dalam (sisi batiniah, filosofinya). Sisi luarnya sejarah menjelaskan kondisi tentang makhluk Tuhan (umat manusia), menguraikan hal ihwalnya, perluasan wilayah dan perputaran kekuasaan di berbagai negeri.
Sisi dalam, atau bisa juga dikatakan sisi batiniah sejarah merupakan tinjauan, kajian, dan analisis tentang berbagai kejadian dan elemen-elemennya, ilmu yang mendalami tentang berbagai peristiwa dan sebab-akibatnya, serta filsafat moralnya antisipasi terhadap kehancuran dengan kata-kata hikmahnya adalah Jas Merah sesuai filosofi Bung Karno.
Dengan demikian, Ibnu Khaldun termasuk sejarawan yang mensyaratkan tinjauan peristiwa, analisis, pola-pola dan sebab-akibatnya sebagai syarat ilmu dalam penulisan sejarah.
Menarik termasuk Ibnu Khaldun mempercayai bahwa filsafat moral (berlandaskan Islam) adalah bukan hanya sekedar unsur belaka, tetapi juga dianggap “ruh” sejarah.
Maka, hal tersebut mengingatkan pada pemikiran George Frederick Hegel (abad 17-18), filsuf idealisme Jerman, yang membagi sejarah ke dalam tiga jenis. Sejarah asli, sejarah reflektif dan sejarah filsafati.
Ibnu Khaldun jelas dalam bukunya meyakini bahwa kehidupan manusia akan selalu mengalami proses dan perubahan. Ini adalah sebuah sunnatullah, di mana bukan hanya orang Muslim saja yang percaya tapi juga kepercayaan yang diterima semua keyakinan, ideologi dan agama. Salah satunya karena ada sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia, termasuk sejarah Fir’aun dan kekuatannya yang amat dahsyat lalu hancur.
Dan tentu saja umat Islam memahami itu semua dari tuntunan wahyu ilahi kitab suci Al-Qur’an, bahwa sejak awal kehidupan manusia hingga hari kiamat senantiasa terjadi siklus masa kejayaan dan kehancuran dari masyarakat bangsa (kaum) berikut peradaban atau karya yang ada, sesuai Firman Allah;
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami per gilirkan di antara manusia (QS Ali Imran:140).
Di Eropa, usaha-usaha untuk menjadikan sejarah sebagai “suatu disiplin yang ilmiah” baru dipopulerkan abad 19 oleh sejarawan Jerman, Hegel dan Leopold von Ranke, jika dikomparasi dengan pemikiran dan bukti karya dan masa kehidupan Ibnu Khaldun pada abad 13-14 ?
Sebagai contoh yang umum bagi kita, adalah penulisan sejarah yang dihubung-hubungkan dengan rasa nasionalisme, persatuan Indonesia, sejarah kemerdekaan atau dengan “spirit Islam” pada masa keemasan dunia Islam pada abad tempoe doeloe lalu terpuruk kala kepemimpinan Kemal Attaturk .
Lalu pendek kisah, terkait negara bubar ? Patut disimpulkan merupakan hal yang tidak mustahil. Terlebih sosok pemimpin jahat model Jokowi lalu dibela pula? Kemudian fase kepemimpinan turun kepada anaknya yang lulus capres karena kecurangan Jokowi, walau analogi sama namun berbeda, negeri dan raja babilonia hancur karena Nabi Ibrahim melawan. Sebaiknya Indonesia bisa hancur karena tidak berani melawan Jokowi? Maka amit amit jabang bayi, jangan sampai Gibran memimpin negeri ini, jika tak ingin Indonesia hancur terpecah belah.
Penulis :Damai Hari Lubis,Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukjm dan Politik)