Lombok, MoneyTalk — Kematian anggota TNI AU berpangkat Lettu Kes Ida Bagus Dody kini menjadi perhatian publik, terutama setelah ditemukan sejumlah kejanggalan dari hasil autopsi jasadnya.
Lanud Medan sebelumnya menyebut bahwa anggota Kopasgat TNI AU tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri. Namun, pihak keluarga mendapati fakta berbeda berdasarkan hasil autopsi, yang justru menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan sebelum korban meninggal dunia.
“Awalnya dari Medan pelaporannya dibilang gantung diri. Namun pas jenazah sampai ke Mataram ada beberapa kejanggalan. Kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan, dibuktikan hasil otopsi memang ada tanda-tanda kekerasan terhadap almarhum sebelum kematian,” jelas Tara, istri almarhum.
Dengan dukungan hasil forensik dan data patologi anatomi, keluarga berharap agar Lanud Medan mengungkapkan fakta sesungguhnya, termasuk siapa yang diduga terlibat dalam kematian tersebut.
Kecurigaan bertambah saat pihak keluarga diberitahu bahwa pakaian terakhir yang dikenakan almarhum saat ditemukan telah dinyatakan hilang di rumah sakit Lanud Medan. Selain itu, pihak keluarga juga melihat langsung adanya luka memar di area mata dan pelipis kanan jenazah.
Hasil autopsi menunjukkan korban tewas akibat kekerasan benda tumpul, mati lemas, lalu digantung. Luka hematoma juga ditemukan di kepala, mata, serta luka lecet di tangan dan memar di bagian punggung. Dokter forensik pun menyatakan terdapat tanda-tanda perlawanan dari korban.
“Penyerahan hasil autopsi dihadiri saya, penyidik POM Lanud Bizam. Dan saat itu, dokter forensik menyatakan siap di BAP. Tapi sampai sekarang, kami tidak dikabari perkembangan hasil penyelidikannya. Kami selaku keluarga tidak pernah diminta keterangan,” ujar Dayu, kakak kandung almarhum.
Tokoh NTB Serukan Keterbukaan Penyelidikan
Kematian putra daerah NTB tersebut juga menarik perhatian tokoh berpengaruh Puri Agung Pamotan Cakranegara, Anak Agung (AA) Made Jelantik Baharyang Wangsa. Pada Kamis, 12 Juni 2025, ia bersama rombongan tokoh Hindu Lombok mendatangi kediaman keluarga almarhum. Hadir dalam rombongan tersebut di antaranya pakar hukum I Gusti Putu Ekadana, Ketua Majelis Agung Windu Sesukertaning Jagat Lombok I Gede Gunawan Wibisana, perwakilan Puskor Hindunesia IM. Putu Sudiartha H., dan tokoh pemuda.
AA Made Jelantik mengajak seluruh tokoh Hindu dan masyarakat NTB untuk bersatu mendorong pengungkapan kasus kematian ini agar pihak keluarga memperoleh keadilan yang seharusnya.
“Dari awal saya mengetahui kasus ini, kematian almarhum menurut saya nggak masuk akal. Mari kita bersama-sama menuntut keadilan, jangan sampai karena militer dianggap berat,” tegas AA Made Jelantik.
Mosi Tidak Percaya kepada Lanud Medan
Kekecewaan terhadap penanganan kasus oleh Lanud Medan semakin besar. Para tokoh Hindu Lombok pun menyuarakan mosi tidak percaya atas proses penyelidikan yang dinilai tidak transparan dan penuh kejanggalan.
“AA Made Jelantik sebagai raja umat Hindu pun menilai bahwa belum ada kepastian kematiannya disebabkan bunuh diri. Penyebab kematian inilah yang kita kejar untuk kita tangani bersama-sama. Dan Puri akan turun tangan menunjuk siapa pun tokoh-tokoh baik pengacara serta tokoh masyarakatnya,” kata I Gusti Putu Ekadana.
Ia menilai Lanud Medan bertindak ceroboh dengan langsung menyimpulkan kematian sebagai bunuh diri tanpa terlebih dahulu melakukan autopsi. Hilangnya pakaian korban hingga surat penolakan autopsi yang muncul secara tiba-tiba semakin menambah kecurigaan.
“Soal upaya autopsi, kayak dijejali begitu saja dengan adanya surat penolakan, dalam keadaan panik terus dibiarkan, di mana akan ditemui keadilan. Omong kosong penyelidikan itu jika pakaian yang dikenakan hilang begitu saja,” tegasnya.
Atas dasar itu, para tokoh Hindu Lombok mendesak agar Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) segera mengambil alih proses penyelidikan.
“Kami tidak percaya lagi Lanud Medan, karena cara penyelidikannya sudah amburadul dan konyol. Besok kami akan bersurat resmi supaya kasus ini diambil alih Kasau,” tutupnya.




