JAKARTA, MoneyTalk – Perkembangan teknologi komunikasi dan digitalisasi media membuat industri komunikasi digital semakin kreatif dan inovatif serta dibutuhkan masyarakat ini. Tren penelitian komunikasi digital sedang naik dan populer saat ini, salah satunya penelitian media sosial.
Suara jenama (brand voice) institusi di media sosial
Setelah merumuskan tujuan dan maksud dari pembuatan dan aktivitas institusi di media sosial, langkah selanjutnya adalah menentukan tone atau corak seperti bagaimana yang akan dimainkan dalam konten di media sosial.
Suara jenama institusi pada dasarnya menjadi elemen penting yang juga bisa membedakan dari kompetitor atau dari institusi lainnya. Pembedaan ini dalam perspektif membangun suasana keakraban dengan khalayak terutama dalam berinteraksi di media sosial.
Pemilihan suara jenama sebagai sebuah gaya juga bisa diartikan sebagai bagaimana institusi terutama para pengelola media sosial memilih bahasa (dalam percakapan) pada semua saluran media sosial.
Lalu, apa saja pilihan suara ?
- Lucu
- Penuh keyakinan
- Cerdas
- Energik
- Tenang
- Kekinian
- Riang
- Formal
- Elegan
- Ramah
- Asyik
- Mengedukasi
- Eksklusif
- Sarkas
- Sombong
- Kaku
- Datar
Pilihan-pilihan suara di atas merupakan rumusan dalam menggunakan dan bagaimana konten diunggah serta akan dipersepsikan oleh khalayak. Kenapa dianggap penting ? Selain karena khalayak yang memiliki latar belakang yang berbeda , karakter media sosial yang berbeda pula, pemilihan suara atau bahasa yang digunakan juga menunjukkan bahwa media sosial menjadi lebih akrab dan terkesan lebih “manusiawi” dan tidak kaku.
Tentu saja pilihan formal dan kaku bukan merupakan kesalahan dalam melakukan komunikasi digital, namun di media sosial merupakan saluran untuk berinteraksi dengan khalayak baru memosisikan khalayak tidak sekadar target atau konsumen semata.
Penentuan Khalayak
Penentuan ceruk khalayak merupakan riset yang wajib dilakukan oleh institusi setelah mengetahui bagaimana suara yang akan dimainkan di media sosial. Penentuan ini tentu menyesuaikan dan juga menjadi target sasaran dari publikasi di media sosial.
Khalayak di media sosial selain memiliki jumlah yang terlalu banyak juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Pemilihan ini akan memberikan fokus pada konten apa yang akan diproduksi dan didistribusikan.
Menjadi catatan penting dalam konteks ini bahwa tidak semua khalayak diambil semua sebagai sasaran dari publikasi di media sosial. Langkah ini mengundang berbagai risiko terhadap kekhasan jenama dan juga model interaksi yang akan dilakukan. Terlebih lagi bagi sebuah perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang memang dipakai khusus menurut kategori tertentu. (Rulli Nasrullah, 2021) .
Mari bersama penulis mengajak pembaca untuk semangat menggunakan panduan gaya bermedia sosial dengan baik dan cerdas untuk Indonesia yang lebih baik ke depannya.
Penulis:
Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Manajemen Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Peneliti Komunikasi Digital
Pengamat Media Sosial
Pembicara Internasional
Penulis 19 Buku
www.saktisyahputra.com
References
Rulli Nasrullah. (2021). Manajemen Komunikasi Digital Perencanaan, Aktivitas dan Evaluasi. PrenadaMedia.