Jakarta,MoneyTalk – Setelah Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI menangkap super tanker berbendera Iran MT Arman 114, Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad diyakini pada Kamis (13/7/2023) sekitar pukul 11.15 WIB mendatangi kantor Bakamla.
Ia dikabarkan bertemu Kepala Bakamla Laksamana Madya TNI Aan Kurnia. Namun, belum diketahui detail pembicaraan mereka.
Kepala Badan Keamanan Laut RI (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia ketika dikonfirmasi Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) pada Kamis (13/7/2023) sore, tak memberikan keterangan apa pun.
“Konfirmasi tertulis yang kami kirimkan melalui pesan Whatsapp sampai saat ini tidak dijawab. Awalnya sempat ada pesan masuk kepada kami dari Kepala Bakamla. Namun buru-buru dihapus pesannya,” ungkap Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, Kamis (13/7/2023) malam.
Menurut Yusri, kedatangan Dubes Iran ke Bakamla menguatkan fakta bahwa minyak mentah dalam super tanker MT Arman itu berasal dari negara Iran, sebab sudah pasti semua kilang di Singapura menolaknya.
Yusri lantas mengingatkan peristiwa tertangkapnya tanker berbendera Iran MT Horse di perairan Kalimantan pada 24 Januari 2021 silam. Tak lama setelah itu seorang intelijen Iran bernama Ghassem Saberi Gilchalan ditangkap di Bandara Soekarno Hatta. Dari sana diketahui ia ditugasi membantu masalah MT Horse. Tangker itu akhirnya lepas.
“Yang paling penting jangan sampai kita lupa, MT Horse kala ditangkap sedang membawa kargo 1,8 juta barrel minyak mentah,” ungkap Yusri.
Berkaca dari kasus MT Horse, Yusri menilai patut diduga keras memang ada permainan melibatkan trader menyelundupkan minyak asal Iran ke Indonesia.
“Kejanggalan kembali terlihat di kasus MT Arman. Pertamina membantah kargo muatan tangker itu pesanan mereka. Tapi jangan lupa, Kilang Pertamina Internasional pada Januari lalu pernah menyatakan akan mengurangi pembelian minyak mentah dari Saudi Aramco,” beber Yusri.
Selain itu, Yusri juga menyoroti kegiatan pemindahan muatan atau transhipment dari MT Arman ke MT STinos, tanker berbendera Kamerun.
“Kami mendapat informasi yang patut dipercaya bahwa MT STinos ternyata seharusnya sudah scrap sejak 10 tahun lalu. Informan kami sampai menjuluki tanker ini sebagai kapal hantu, karena harusnya memang sudah tidak ada,” ungkap Yusri.
Tak kalah heran, Yusri mengaku tak habis pikir atas lolosnya MT STinos ke perairan Natuna ke laut Cina Selatan. “Padahal ada operasi bersama coast guard atau penjaga pantai Indonesia dan Malaysia, bahkan tingkat ASEAN pun ada. Mestinya tidak sulit membekuk MT STinos ini,” kata Yusri.
Meski demikian, kata Yusri, prinsipnya pihaknya mendukung Bakamla mengusut tuntas siapa yang terlibat, termasuk bekerja sama dengan Coast Guard Asean mengejar tanker MT STinos berbendera Kamerun itu.
Selain itu, Yusri juga menyatakan ia tidak sependapat dengan salah seorang wartawan senior yang mengatakan akibat penangkapan oleh Bakamla ini akan membuat kelangkaan BBM Pertamina di dalam negeri.
“Itu pendapat ngawur. Sebab, pembelian crude Pertamina kilang itu sudah terencana dan sudah ada OE ( Owner Estimate) sesuai “crude assay” harga minyak mentah pada saat deal atau tanda tangan kontrak,” kata Yusri.
Yusri membeberkan, kemungkinan ada yang mencoba-coba memainkan pasokan minyak mentah asal Iran itu karena embargo Amerika Serikat terhadap Iran sehingga bisa mendapat diskon besar hingga USD 25 perbarel.
“Nah cuan besar ini mungkin mau atur kongkalikong diduga dengan bagian pengadaan minyak mentah di Kilang,” beber Yusri.
Lebih lanjut Yusri mengatakan, jika nanti hasil penyidikan tim Bakamla terbukti bahwa minyak mentah dalam tanker MT Arman itu tujuannya kilang Pertamina, maka yang bertanggungjawab adalah Direktur Optimasi Feedstock & Produk PT Kilang Pertamina Internasional Sani Dinar Saifudin, Dirut PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Adityawarman dan Dirrektur Utama Pertamina Holding Nicke Widyawati.
“Kita harapkan semua pihak mendukung dan mengawal Bakamla bisa mengusut tuntas percobaan penyeludupan ini, agar terbongkar sindikatnya. Meskipun kita mencurigai sebelumnya bisa saja sudah pernah lolos praktek ini. Maka sudah tugas BPK RI atau BPKP melakukan audit investigasi proses pengadaan minyak mentah dan BBM Pertamina,” kata Yusri.
Yusri menegaskan, kita tidak kasus permainan minyak haram ” Zatapi Crude” pada 18 tahun lalu terjadi di Pertamina terulang lagi(*)