Iqbal Anak Jenderal Menentang Ketidakadilan
MoneyTalk, Jakarta – Akbar Faisal Uncensord pada Rabu (28/08) Muhammad Iqbal Ramadhan mengungkapkan pandangannya yang kuat terhadap ketidakadilan yang terjadi di Indonesia, khususnya terkait tindakan aparat selama demonstrasi besar-besaran yang terjadi baru-baru ini. Iqbal, yang dikenal sebagai aktivis muda dengan latar belakang keluarga terpandang, akhirnya memutuskan untuk angkat bicara setelah lama menyembunyikan identitas keluarganya.
Pada awal percakapan, Iqbal mengisahkan bagaimana dirinya ditarik dan dipukul oleh aparat saat menghadiri demonstrasi. Ia menyebut bahwa banyak pihak yang memanfaatkan kedudukan orang tua mereka untuk mendapatkan kekuasaan, sebuah sindiran yang sangat jelas terhadap kondisi politik saat ini. Menurutnya, alasan inilah yang membuatnya memilih untuk menyembunyikan latar belakang keluarganya, termasuk fakta bahwa ia adalah putra dari Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara di era Orde Baru.
Iqbal juga menyinggung peristiwa demo besar-besaran yang dipicu oleh keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 60 dan 70. Menurutnya, peristiwa tersebut tidak hanya melibatkan bentrokan antara mahasiswa dan aparat, tetapi juga memakan korban dari kalangan demonstran. Iqbal mengaku terkejut ketika mengetahui salah satu korban adalah seorang pemuda dengan latar belakang mirip dengannya.
Lebih jauh, Iqbal menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi politik Indonesia saat ini, di mana dinasti kekuasaan semakin kuat. Ia menyoroti bagaimana keputusan MK tersebut, bersama dengan langkah-langkah politik lainnya, memperkuat dinasti kekuasaan yang menurutnya menghambat demokrasi di Indonesia.
Iqbal juga mengkritik keras generasi muda yang, alih-alih menentang status quo, justru melanjutkan warisan dari generasi tua. Ia menggarisbawahi pentingnya anak muda untuk menciptakan sejarah mereka sendiri, bukan hanya menjadi penerus dari kekuasaan yang sudah ada. Iqbal melihat bahwa banyak pemuda, termasuk dirinya, yang berjuang melawan ketidakadilan dan menolak tunduk pada kekuasaan yang tidak adil.
Di akhir wawancara, ketika ditanya bagaimana almarhum ayahnya, Moerdiono, akan bereaksi terhadap sikap kritisnya, Iqbal menjawab dengan tegas bahwa ia yakin ayahnya akan mendukung perjuangannya. “Saya yakin ayah saya akan tetap mendukung saya dan tetap berada di dekat saya. Dan mungkin akan mengatakan, ‘Iqbal, tetap pegang teguh apa yang kau yakini sebagai sebuah kebenaran’,” ujar Iqbal.
Peristiwa ini memberikan gambaran mendalam tentang pergulatan batin dan komitmen Iqbal dalam melawan ketidakadilan, sekaligus membuka mata banyak pihak terhadap kondisi politik Indonesia saat ini.(c@kra)