MoneyTalk, Jakarta – Anies Rasyid Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, menghadapi kenyataan pahit setelah gagal maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Kegagalan ini menandai akhir dari perjalanan politik yang penuh dinamika bagi Anies, yang selama ini dikenal sebagai salah satu figur politik dengan elektabilitas tinggi.
Dalam refleksi yang ditulis oleh Sugiyanto (SGY)-Emik, yang diterima oleh MoneyTalk.id pada Sabtu (31/08), disebutkan bahwa meski nama besar Anies Baswedan dikenal luas, ternyata hal tersebut tidak cukup untuk menggerakkan partai politik (parpol) untuk mengusungnya. Bahkan, elektabilitas yang selalu tinggi pun tidak mampu meyakinkan parpol-parpol untuk memberikan dukungan kepada Anies.
Dalam tulisannya, Sugiyanto juga menyebut adanya rumor bahwa Anies sempat menolak tawaran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk maju di Pilkada Jawa Barat. Namun, Anies dikabarkan lebih memilih Pilkada Jakarta, mungkin karena kedekatannya dengan Istana yang dianggap bisa menjadi batu loncatan untuk Pilpres 2029.
Sugiyanto juga mengingatkan publik tentang peran besar Prabowo Subianto pada Pilkada 2017. Saat itu, Prabowo, sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, dengan ikhlas memberikan dukungan penuh kepada Anies untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Prabowo dan Gerindra berjuang total untuk memenangkan Anies, dan hasilnya adalah kemenangan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Namun, dalam kontestasi Pilpres Februari 2024, Anies yang berbekal pengalaman sebagai mantan Gubernur, justru berhadapan langsung dengan Prabowo Subianto, sosok yang telah berjasa besar dalam karier politiknya. Dalam berbagai kesempatan, termasuk saat debat Pilpres, Anies melontarkan kritik tajam kepada Prabowo, termasuk memberikan penilaian rendah atas kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Kritik tajam tersebut menimbulkan pertanyaan besar di kalangan publik. Mengapa Anies bisa bersikap begitu kepada Prabowo? Apakah ini balasan atas dukungan yang telah diberikan Prabowo padanya di masa lalu?
Sugiyanto melihat kegagalan Anies untuk maju di Pilkada Jakarta 2024 ini sebagai sebuah cerminan bahwa kebaikan hati Prabowo Subianto, yang telah memberikan tiket emas kepada Anies pada Pilkada 2017, tidak mendapatkan balasan yang sepadan. Sugiyanto menilai, dalam politik, kebaikan tidak selalu mendapat imbalan, dan alam semesta seolah mencatat semua peristiwa ini sebagai pelajaran berharga.
Tulisan ini menjadi renungan bagi Anies Baswedan untuk merenungi perjalanan politiknya, terutama terkait hubungan dan sikapnya terhadap Prabowo Subianto, sosok yang pernah membesarkan namanya di panggung politik nasional. (c@kra)