Para Teroris Indonesia Memang Beda

0

MoneyTalk, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan bahwa paparan ideologi radikalisme dan terorisme di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan negara lain. Sekretaris Utama BNPT, Bangbang Surono, menyoroti perbedaan ini dengan merujuk pada kasus serangan teror di Surabaya pada 2018 yang melibatkan satu keluarga dalam waktu yang berdekatan.

“Serangan tersebut merupakan yang pertama melibatkan keluarga sebagai pelaku. Ini hanya terjadi di Indonesia, di luar negeri tidak ada,” kata Bangbang dalam Forum Tematik Bakohumas BNPT yang diadakan secara daring di Jakarta pada Kamis (5/9) pukul 10.27 WIB.

Bangbang menjelaskan bahwa perubahan strategi dan modus operandi kelompok teroris kini menargetkan perempuan, anak-anak, dan remaja. “Jika dulu perempuan hanya mendukung atau sebagai pendukung aksi yang dilakukan oleh laki-laki dewasa, seperti suami atau ayah mereka, kini peran mereka lebih aktif,” tambahnya. Serangan di Surabaya menjadi bukti peningkatan keterlibatan perempuan dan anak-anak dalam aksi terorisme.

BNPT bersama Humas PT dalam forum tersebut menekankan pentingnya peran semua pihak dalam menyampaikan informasi yang benar dan memerangi berita bohong atau hoaks. “Kami minta tolong kepada seluruh warga negara, karena penanggulangan terorisme bukan hanya kewajiban BNPT, tetapi juga kewajiban seluruh warga negara Indonesia,” tegas Bangbang.

Bangbang juga menekankan bahwa bangsa Indonesia harus bersatu menghadapi ancaman ini. “Orang luar tidak senang bangsa Indonesia bersatu. Mereka menggunakan berbagai cara, termasuk menggunakan isu agama, untuk memecah belah kita,” ujarnya. Ia juga mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak mudah terprovokasi dengan propaganda yang dibalut strategi tertentu.

Menurut data yang dikemukakan BNPT, ada tiga kelompok rentan terhadap radikalisasi: perempuan, anak-anak, dan remaja. Hasil riset dari Setara Institute menyatakan bahwa 24,2% pelajar SMA di Indonesia adalah intoleran pasif. “Intoleransi adalah pintu gerbang menuju ekstremisme dan terorisme,” jelas Bangbang.

Melalui forum ini, BNPT berharap agar publik lebih sadar akan bahaya radikalisme dan terorisme, terutama yang melibatkan perempuan, anak, dan remaja, serta memperkuat solidaritas nasional untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan NKRI dari Sabang sampai Merauke.(c@kra)

Leave A Reply

Your email address will not be published.