Kabarnya CIA Mengkudeta Jokowi Lewat Demo Peringatan Darurat?
MoneyTalk, Jakarta – Pada Minggu, 15 September 2024, sejumlah akun di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) mengunggah klaim bahwa unjuk rasa yang terjadi pada Peringatan Darurat untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi pada 22 Agustus 2024 merupakan bagian dari upaya kudeta yang disponsori oleh Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Isu ini mencuat di tengah suasana politik yang sedang hangat di Indonesia, terutama menjelang akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Klaim ini langsung menuai reaksi dari berbagai pihak, dengan beberapa merespons secara serius sementara yang lain justru menanggapinya sebagai teori konspirasi yang tak berdasar.
Namun, apakah benar aksi demonstrasi tersebut didalangi oleh CIA? Mari kita telaah lebih dalam.
Narasi yang berkembang menyebutkan bahwa aksi demonstrasi pada 22 Agustus lalu yang dipicu oleh keputusan Mahkamah Konstitusi, dikaitkan dengan agenda CIA untuk menggulingkan Jokowi.
Beberapa akun menyebut bahwa motif kudeta ini berkaitan dengan dukungan Jokowi terhadap Palestina dan Tiongkok, yang dianggap berseberangan dengan kepentingan Amerika Serikat. Salah satu narasi yang beredar mengaitkan simbol gerakan “Peringatan Darurat” dengan logo CIA, menciptakan teori konspirasi yang dianggap masuk akal oleh sebagian pihak di media sosial.
Tanggal 1 September, konten yang menghubungkan simbol “Garuda Biru” yang digunakan dalam aksi tersebut dengan bendera CIA kembali mengemuka di X. Konten ini segera menyebar, memicu diskusi yang hangat di kalangan warganet.
Menanggapi klaim ini, Cek Fakta Tempodotco segera melakukan investigasi untuk memverifikasi kebenaran informasi yang beredar. Hasil investigasi mereka menunjukkan bahwa tidak ada bukti kredibel yang mendukung tuduhan bahwa demonstrasi tersebut didukung oleh CIA atau bahwa ada upaya kudeta terhadap pemerintahan Jokowi.
Hasil analisa dari Max Lane, seorang Visiting Senior Fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute, juga menguatkan temuan ini. Dalam artikelnya, Max Lane menyatakan bahwa aksi unjuk rasa yang terjadi pada 22 Agustus 2024 tidak didukung oleh kekuatan politik besar tertentu.
Aksi tersebut lebih merupakan gerakan akar rumput yang dimobilisasi oleh mahasiswa dan elemen masyarakat sipil yang khawatir terhadap kondisi politik di Indonesia. Lane menegaskan bahwa klaim adanya campur tangan asing, terutama dari CIA, tidak memiliki dasar kuat.
Selain itu, dugaan bahwa National Endowment for Democracy (NED), lembaga yang sering dikaitkan dengan campur tangan AS di negara-negara berkembang, terlibat dalam demonstrasi ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Menurut analisis lebih lanjut, sumber informasi yang mengklaim adanya keterlibatan NED berasal dari MintPress News, sebuah situs yang sering mempublikasikan artikel bias dan promosi teori konspirasi. Kredibilitas MintPress News sering dipertanyakan karena transparansi yang minim dan kecenderungannya menyebarkan informasi palsu.
Narasi yang menghubungkan gerakan “Peringatan Darurat” dengan kudeta oleh CIA termasuk dalam pola cocoklogi—sebuah fenomena di mana dua hal yang sebenarnya tidak berhubungan dipaksa untuk dikaitkan melalui asosiasi simbol atau peristiwa tertentu. Teori konspirasi semacam ini sering kali muncul di tengah situasi politik yang penuh ketidakpastian dan ketegangan, di mana masyarakat cenderung mencari penjelasan yang “masuk akal” untuk hal-hal yang terjadi di sekitar mereka.
Aksi pada 22 Agustus tersebut, meskipun besar, tidak menunjukkan adanya keterlibatan serius dari kekuatan politik besar, baik domestik maupun internasional. Mobilisasi massa yang terjadi merupakan hasil dari seruan di media sosial dan kelompok mahasiswa dari berbagai kampus, tanpa afiliasi langsung dengan kelompok politik besar, aliansi masyarakat sipil, atau serikat tertentu.
Isu tentang campur tangan CIA dalam politik Indonesia bukanlah hal baru. Dalam sejarahnya, CIA pernah terlibat dalam berbagai operasi rahasia di Indonesia, termasuk mendukung pemberontakan PRRI/Permesta pada tahun 1950-an. Namun, mengaitkan setiap pergolakan politik di Indonesia dengan campur tangan CIA adalah klaim yang tidak berdasar tanpa bukti kuat. Tuduhan semacam ini sering muncul ketika ada ketidakpuasan terhadap pemerintah atau ketika ketegangan politik meningkat, seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Jokowi saat ini.
Selain itu, persepsi bahwa pemerintah Jokowi terlalu dekat dengan Tiongkok dan kebijakannya yang pro-Palestina sering menjadi bahan kritikan oleh kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan pemerintah. Klaim bahwa Amerika Serikat, melalui CIA, ingin menggulingkan Jokowi karena kebijakan luar negerinya, adalah bentuk narasi yang mencoba memanfaatkan sentimen anti-AS dan pro-Palestina di kalangan masyarakat Indonesia.
Setelah diteliti lebih lanjut, klaim bahwa demonstrasi “Peringatan Darurat” pada 22 Agustus 2024 adalah bagian dari upaya kudeta yang didukung oleh CIA adalah tidak benar dan tidak berdasar. Klaim ini muncul dari teori konspirasi yang berkembang di media sosial dan diperkuat oleh situs-situs yang sering mempublikasikan informasi bias dan tidak kredibel.
Sebagai warga negara yang cerdas, penting untuk selalu memeriksa fakta sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi, terutama di era digital di mana disinformasi dapat dengan mudah menyebar. Seperti yang dikatakan oleh seorang pengguna X, “Jangan lupa cek fakta sebelum share, guys.”
Dengan demikian, isu kudeta oleh CIA ini lebih merupakan sebuah bentuk narasi konspirasi yang tidak didukung oleh bukti kuat, dan bukan bagian dari kenyataan politik di Indonesia saat ini.(c@kra)
Views: 1