Caci Maki Tak Henti, Nasib Jokowi Jelang Lengser

0

MoneyTalk, Jakarta – Dalam episode terbaru Terus Terang yang dipandu oleh Prof. Mahfud MD dan ditayangkan di kanal YouTube Mahfud MD Official pada Selasa (24/09), topik hangat mengenai nasib Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang akhir masa jabatannya menjadi sorotan. Pada episode ke-20 ini, Mahfud secara terus terang membahas fenomena kritik dan caci maki yang tak henti dialamatkan kepada Jokowi, baik dari kalangan rakyat biasa, akademisi, hingga politisi, terutama di media sosial.

Mahfud MD memulai diskusi dengan mengungkapkan, meskipun Jokowi telah berhasil membawa banyak perubahan selama 10 tahun kepemimpinannya, di akhir masa jabatannya ia justru menjadi sasaran kritik yang lebih tajam.

“Presiden Jokowi kini menjadi sasaran kritik yang tanpa henti, bahkan keluarganya turut terkena dampak,” ungkap Mahfud.

Ia menyoroti bahwa kritik ini tidak hanya terjadi di dunia maya, tetapi juga merambah ke acara-acara resmi seperti wisuda di kampus. Salah satu contoh yang ia angkat adalah kejadian di sebuah wisuda perguruan tinggi di Garut, Jawa Barat. Seorang wakil wisudawan mencemooh Jokowi dan keluarganya di hadapan para hadirin.

“Kampus seharusnya menjadi tempat yang berwibawa, bukan tempat untuk melontarkan caci maki terhadap seorang presiden,” ujar Mahfud dengan nada prihatin.

Kritik Tajam dan Rusaknya Demokrasi

Lebih lanjut Mahfud menjelaskan bahwa meningkatnya kritik terhadap Jokowi bukan hanya disebabkan oleh kekecewaan politik. Akan tetapi, juga karena kerusakan sistem demokrasi dan konstitusi yang semakin parah. Menurutnya, meskipun Jokowi membawa banyak prestasi, cara ia memperkuat kekuasaan dianggap terlalu berlebihan. Hal tersebut akhirnya menimbulkan resistensi dari masyarakat.

“Jokowi seolah-olah menjadi raja, dan setiap ucapannya dianggap sebagai kebenaran mutlak. Ini yang menimbulkan kritik tajam,” tutur Mahfud.

Ia juga membandingkan situasi ini dengan masa pemerintahan presiden-presiden sebelumnya seperti Soeharto, Megawati, SBY, dan Gus Dur. Menurut Mahfud, meskipun mereka juga mendapat kritik, tidak ada yang sampai dicaci secara personal seperti yang dialami Jokowi saat ini.

Klaim Puasa Daud dan Wacana Pengunduran Diri Jokowi

Dalam acara tersebut, muncul pula klaim bahwa Jokowi menjalankan puasa Daud selama 18 tahun. Mahfud menanggapi klaim ini dengan skeptis. Ia mengatakan, berdasarkan pengalamannya selama bepergian bersama Jokowi ke berbagai pertemuan internasional, Jokowi terlihat makan seperti biasa. Mahfud menekankan bahwa meskipun Jokowi mungkin memiliki kesalehan pribadi, klaim tersebut tidak akurat.

Selain itu, Mahfud juga mengungkapkan bahwa beberapa tokoh masyarakat, termasuk Eros Jarot dan Bambang Harimurti, sempat mengusulkan agar Jokowi mundur sebelum masa jabatannya berakhir. Namun, menurut Mahfud, secara hukum, impeachment tidak mungkin dilakukan karena dukungan politik Jokowi di DPR masih kuat, dan waktu yang tersisa hanya sekitar enam minggu. Usulan pengunduran diri Jokowi pun dianggap lebih realistis, tetapi tetap sebatas wacana.

Kritik Nepotisme dan Masa Depan Demokrasi

Kritik lainnya yang diangkat dalam diskusi tersebut adalah terkait dugaan nepotisme, terutama mengenai peran putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Mahfud menyatakan bahwa beberapa pihak bahkan mempertimbangkan untuk menunda pelantikan Gibran sebagai kepala daerah. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa menimbulkan dampak negatif pada pemerintahan berikutnya.

Tak hanya itu, Mahfud juga menyoroti kemungkinan adanya upaya untuk membongkar kasus-kasus hukum yang melibatkan keluarga Jokowi setelah pergantian presiden. Namun, ia menegaskan bahwa proses hukum harus berjalan tanpa campur tangan politik.

Dalam diskusi tersebut, Mahfud turut menyoroti pentingnya pemilihan Ketua Mahkamah Agung (MA) yang akan berlangsung pada 16 Oktober 2024. Menurutnya, proses ini sangat strategis karena MA memegang peranan penting dalam menjaga supremasi hukum di Indonesia, dan integritasnya harus dijaga dari pengaruh politik.

Menjelang Akhir Pemerintahan Jokowi

Mahfud MD menutup acara dengan memberikan refleksi tentang nasib Jokowi di penghujung masa jabatannya. Ia menekankan, meskipun banyak kritik yang dilontarkan, Jokowi tetaplah seorang pemimpin yang telah memberikan banyak kontribusi. Ada banyak pelajaran yang harus diambil dari masa pemerintahannya, termasuk pentingnya menjaga demokrasi dan supremasi hukum.

“Pasca Jokowi, kita harus memperbaiki kerusakan dalam sistem demokrasi dan membangun kembali forum akademik yang beradab. Kampus harus menjadi tempat diskusi yang penuh wibawa, bukan ajang caci maki,” tegas Mahfud.

Dalam episode Terus Terang kali ini, Mahfud MD memberikan pandangan yang mendalam tentang fenomena kritik dan caci maki yang diterima Jokowi menjelang akhir masa jabatannya. Meskipun banyak kritik dan tantangan yang harus dihadapi, Mahfud berharap transisi ke pemerintahan baru, yang akan dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, berjalan lancar dan demokrasi Indonesia bisa diperbaiki ke arah yang lebih baik.(c@kra)

Leave A Reply

Your email address will not be published.