Indonesia-China Makin Mesra di Era Jokowi, Apa Untungnya buat Indonesia?
MoneyTalk, Jakarta – Kerja sama antara Indonesia dan China semakin erat selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hubungan bilateral ini terus meningkat, dengan berbagai perjanjian yang saling menguntungkan, salah satunya adalah kemitraan strategis komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership) yang dimulai pada 2013. Sebelumnya, sejak 2005, kedua negara hanya memiliki kemitraan strategis, yang menandai transisi dari sekadar “teman” menjadi “sahabat”. Dalam konteks diplomatik ini, Indonesia dan China tidak hanya fokus pada perdagangan dan investasi, tetapi juga memperkuat hubungan di sektor budaya dan pendidikan.
Duta Besar Indonesia untuk China, Jauhari Oratmangun, dalam wawancara dengan Nalar TV Indonesia pada Senin, 23 September 2024, mengungkapkan bahwa kedekatan personal antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat hubungan kedua negara. “Hubungan yang baik antar pemimpin membuat semua hubungan lainnya menjadi lebih baik,” ujar Jauhari. Bahkan selama pandemi COVID-19, kedua pemimpin berkomunikasi secara intensif hingga enam kali, guna memastikan kelancaran kerja sama di bidang kesehatan, termasuk distribusi vaksin dan peralatan medis.
Pada tahun 2023, China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, dengan nilai perdagangan hampir mencapai 139 miliar dolar AS—nyaris dua kali lipat dari nilai perdagangan saat Jauhari pertama kali ditempatkan di China. Tidak hanya itu, investasi dari China ke Indonesia juga mengalami lonjakan signifikan, dari sekitar 2 miliar dolar AS, meningkat menjadi lebih dari 7 miliar dolar AS pada tahun 2023. Investasi ini mencakup berbagai sektor strategis, termasuk pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.
Salah satu proyek yang paling menonjol adalah pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Indonesia, yang kaya akan nikel—komponen utama dalam pembuatan baterai—menarik minat besar dari investor China untuk mendirikan pabrik baterai dan fasilitas produksi kendaraan listrik di dalam negeri.
Selain aspek ekonomi, hubungan sosial dan budaya juga menjadi salah satu pilar penting dalam kerangka kemitraan strategis ini. Jauhari menekankan pentingnya hubungan antar-masyarakat (people-to-people relations) sebagai dasar yang kuat dalam mengatasi setiap tantangan. Pertukaran pelajar antara kedua negara terus meningkat, dengan semakin banyak pelajar Indonesia yang melanjutkan studi di universitas-universitas ternama di China.
Pertukaran budaya ini juga didukung oleh peningkatan jumlah turis China ke Indonesia. Sebelum pandemi, turis China menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam sektor pariwisata Indonesia. Setelah pembatasan akibat pandemi mereda, jumlah turis China yang berkunjung ke Indonesia diproyeksikan mencapai lebih dari satu juta pengunjung pada tahun ini.
Di balik hubungan yang semakin mesra, terdapat tantangan yang masih harus dihadapi oleh Indonesia, yaitu bagaimana memaksimalkan potensi ekspor ke China. Produk Indonesia, seperti makanan dan minuman, produk kreatif, alas kaki, dan sarang burung walet telah cukup kompetitif di pasar China. Indonesia menguasai lebih dari 72% pangsa pasar sarang burung walet di China, dan ada potensi besar untuk meningkatkan pangsa pasar produk lainnya.
Salah satu sektor yang memiliki peluang besar adalah kopi. Budaya minum kopi yang semakin populer di kalangan generasi muda China membuka peluang besar bagi pengusaha kopi Indonesia untuk menembus pasar ini. Promosi produk kopi Indonesia sudah mulai dilakukan di beberapa kota besar China, seperti Shanghai dan Guangzhou.
Memasuki tahun 2025, hubungan bilateral Indonesia-China akan memasuki babak penting, dengan peringatan 75 tahun kerja sama diplomatik. Salah satu fokus utama pemerintah Indonesia adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi digital, yang kini menyumbang sekitar 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China. Indonesia masih berada di angka 4-5%, tetapi dengan potensi besar untuk berkembang. Prediksi menunjukkan bahwa ekonomi digital di ASEAN akan mencapai 250 miliar dolar AS pada tahun 2025, dengan Indonesia menyumbang lebih dari 150 miliar dolar AS.
Selain digitalisasi, kerja sama dalam sektor ekonomi hijau juga menjadi prioritas utama, mengingat Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah dan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada 2060. Investasi di sektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
Hubungan di bidang kesehatan juga berkembang pesat. Indonesia membuka peluang bagi investor China untuk berpartisipasi dalam pengembangan infrastruktur kesehatan, termasuk pembangunan rumah sakit, alat kesehatan, dan obat-obatan. Pekan lalu, 30 calon investor dari China datang untuk meninjau potensi sektor kesehatan di Indonesia, menandakan minat yang besar dalam pengembangan sektor ini.
Dalam sektor pariwisata, promosi pariwisata berkualitas diharapkan dapat menarik lebih banyak turis dari China, yang berpotensi memberikan dampak positif pada pertumbuhan PDB Indonesia. Sebelum pandemi, lebih dari dua juta turis China mengunjungi Indonesia setiap tahun, dan angka ini diproyeksikan terus meningkat.
Hubungan erat Indonesia-China di era Presiden Jokowi jelas membawa banyak manfaat bagi Indonesia. Peningkatan perdagangan, investasi, dan hubungan budaya menciptakan fondasi yang kuat untuk kerja sama yang lebih mendalam di masa depan. Tantangan utama yang perlu dihadapi adalah bagaimana Indonesia dapat terus meningkatkan nilai tambah dari ekspornya dan menarik lebih banyak investasi berkualitas tinggi. Dengan hubungan yang semakin mesra, peluang untuk meraih manfaat jangka panjang terbuka lebar, baik untuk pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Melalui kerja sama strategis ini, Indonesia dapat terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, mencapai target ambisius seperti Indonesia Emas 2045, dan memperkuat posisinya di panggung internasional.(c@kra)