Prabowo Abai, Suku Dayak Berang

  • Bagikan
Prabowo Abai, Suku Dayak Berang
Prabowo Abai, Suku Dayak Berang

MoneyTalk, Jakarta – Keputusan kabinet yang diumumkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan. Salah satu kritik tajam datang dari Ketua Umum Dewan Rakyat Dayak, Bernadus.

Saat dihubungi MoneyTalk, Rabu (16/10), ia menyatakan kekecewaan mendalam atas tidak terwakilinya tokoh-tokoh Dayak di dalam kabinet Prabowo-Gibran. Bagi Bernadus dan masyarakat Dayak, keputusan ini mencerminkan sikap abai dan tidak peduli terhadap kontribusi serta eksistensi masyarakat Dayak dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Bernadus mengatakan, masyarakat Dayak selalu setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan masyarakat Dayak adalah satu-satunya suku yang secara resmi menyatakan sumpah setia kepada NKRI melalui upacara adat.

Sumpah ini adalah simbol komitmen suku Dayak terhadap keutuhan dan persatuan Indonesia. Namun, meskipun telah menunjukkan loyalitas dan kontribusi yang besar, keberadaan masyarakat Dayak seolah dilupakan. Hal ini terlihat dari tidak adanya representasi tokoh Dayak di jajaran kabinet Prabowo-Gibran.

Kontribusi Bumi Dayak yang Tak Ternilai. Bernadus mengingatkan bahwa tanah Dayak selama bertahun-tahun telah menjadi salah satu pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Ia menyoroti berbagai sumber daya alam yang berasal dari Kalimantan, termasuk jutaan kubik hasil tambang dan kayu, yang selama ini diangkut keluar dan dimanfaatkan untuk menopang pembangunan nasional.

“Dari hutan kita diambil kayunya, dari tanah kita diambil batubaranya, dan semua sumber daya ini telah menopang pembangunan bangsa,” ungkap Bernadus.

Menurutnya, kontribusi ini menunjukkan betapa besar peran masyarakat Dayak dalam memperkuat perekonomian negara. Namun, ia mempertanyakan, mengapa setelah semua kontribusi ini, masyarakat Dayak tidak mendapatkan representasi dalam pemerintahan? Ia menilai, keputusan Prabowo-Gibran untuk tidak melibatkan tokoh Dayak dalam kabinet adalah bentuk ketidakpedulian yang merugikan dan mengabaikan aspirasi masyarakat Dayak.

Dukungan Masyarakat Dayak di Pemilu, Selain kontribusi ekonomis, Bernadus juga menekankan bahwa masyarakat Dayak memberikan dukungan politik yang signifikan kepada pasangan Prabowo-Gibran dalam pemilu. Di berbagai TPS di daerah yang mayoritas penduduknya adalah suku Dayak, pasangan Prabowo-Gibran menang telak.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dayak tidak hanya setia secara simbolis, tetapi juga memberikan dukungan konkret melalui suara mereka. “Kami memenangkan mereka di berbagai TPS, tapi apa balasan yang kami dapatkan? Seolah kami ini tidak ada,” ucap Bernadus dengan nada berang.

Ia mempertanyakan apakah hanya melalui gejolak sosial masyarakat Dayak dapat menarik perhatian pemerintah pusat. Ia bahkan mempertimbangkan, apakah perlu masyarakat Dayak meninjau ulang sumpah setia mereka kepada NKRI untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensi dan kontribusi mereka. Ungkapan ini mencerminkan betapa dalamnya rasa kecewa yang dirasakan masyarakat Dayak terhadap ketidakadilan yang mereka alami.

Sebuah Tuntutan untuk Pengakuan dan Keadilan, Dalam wawancaranya, Bernadus menegaskan bahwa masyarakat Dayak tidak menuntut lebih dari yang sudah seharusnya menjadi hak mereka. Ia tidak meminta masyarakat Dayak diperlakukan secara istimewa, tetapi ia berharap agar kontribusi, kesetiaan, dan dukungan mereka terhadap NKRI diakui dan dihargai.

Bernadus menuntut adanya representasi yang adil dalam pemerintahan, termasuk di tingkat kabinet, sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Dayak yang telah berperan besar dalam pembangunan bangsa ini.

Baginya, keputusan kabinet yang mengesampingkan masyarakat Dayak hanyalah salah satu dari banyaknya kebijakan yang mencerminkan kurangnya perhatian terhadap daerah-daerah yang memberikan kontribusi besar namun sering kali diabaikan. Masyarakat Dayak, menurut Bernadus, hanya menginginkan pengakuan bahwa mereka adalah bagian penting dari NKRI, dan bahwa hak-hak mereka diakui serta dihargai dalam setiap kebijakan pemerintah.

Menghadapi Masa Depan dengan Teguh, Di tengah kekecewaan ini, Bernadus berharap agar masyarakat Dayak tetap tegar dan bersatu dalam menghadapi ketidakadilan yang terjadi. Ia juga berharap agar pemerintah pusat, khususnya pasangan Prabowo-Gibran, mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan membuka dialog dengan perwakilan masyarakat Dayak untuk memahami aspirasi dan keinginan mereka.

Pernyataan Bernadus ini harus menjadi peringatan bagi pemerintah bahwa setiap suku dan kelompok masyarakat di Indonesia memiliki hak yang sama untuk didengar, dihargai, dan dilibatkan dalam pembangunan bangsa. Jika pemerintah mengabaikan masyarakat Dayak, dampaknya tidak hanya akan merusak hubungan antara suku Dayak dengan pemerintah, tetapi juga berpotensi menciptakan keresahan sosial yang tidak diinginkan.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *