Optimalisasi Sumber Daya dan Teknologi Hijau, Komitmen Harita Nickel Dukung Keberlanjutan

  • Bagikan
Optimalisasi Sumber Daya dan Teknologi Hijau, Komitmen Harita Nickel Dukung Keberlanjutan

MoneyTalk, Jakarta — Dalam upaya mengatasi tantangan perubahan iklim dan mendukung keberlanjutan, sektor pertambangan di Indonesia semakin aktif bertransformasi menuju praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Harita Nickel, salah satu pemain utama di sektor ini, terus memperkuat komitmennya terhadap implementasi teknologi hijau dan optimalisasi sumber daya.

Deputi Head HSE Harita Nickel, Iwan Syahroni, mengungkapkan bahwa perusahaan telah melakukan investasi besar dalam hilirisasi nikel dan inisiatif keberlanjutan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi sumber daya yang ada, sekaligus meminimalkan dampak lingkungan.

“Komitmen kami terhadap sustainability termasuk memanfaatkan bahan-bahan yang sebelumnya dibuang untuk diolah menjadi baterai, serta meningkatkan penggunaan biodiesel,” ujar Iwan Syahroni dalam sebuah seminar yang diadakan pada Sabtu (09/11/2024).

Harita Nickel telah merancang strategi inovatif untuk mengolah limbah nikel yang selama ini dianggap sebagai sisa produksi menjadi bahan baku yang bernilai tinggi. Salah satu inovasi utamanya adalah pemanfaatan slag (limbah hasil peleburan nikel) untuk produksi bahan baterai. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya mengurangi limbah tambang tetapi juga berkontribusi pada pengembangan industri baterai yang sedang berkembang pesat, terutama dalam mendukung kendaraan listrik (EV).

Iwan menjelaskan, inisiatif ini sejalan dengan tren global yang semakin berfokus pada ekonomi sirkular, di mana limbah dari satu proses produksi dapat diubah menjadi bahan baku untuk industri lain.

“Dengan memanfaatkan slag untuk bahan baterai, kami tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendukung industri kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Selain hilirisasi nikel, Harita Nickel juga telah mengambil langkah signifikan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil melalui penggunaan biodiesel. Saat ini, perusahaan telah menerapkan biodiesel B30 pada berbagai operasionalnya, dengan rencana untuk meningkatkannya menjadi B40 dalam waktu dekat.

Biodiesel B30 dan B40 merupakan campuran bahan bakar yang terdiri dari 30% hingga 40% biofuel berbasis minyak nabati, yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dibandingkan dengan solar konvensional.

“Kami percaya bahwa peningkatan penggunaan biodiesel tidak hanya mendukung target net zero emission nasional tetapi juga membantu kami mengurangi jejak karbon operasional,” kata Iwan.

Sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060, Harita Nickel berupaya menjadi pelopor dalam adopsi teknologi hijau di sektor pertambangan. Selain memanfaatkan bahan baku alternatif dan biodiesel, perusahaan juga mempertimbangkan investasi pada teknologi carbon capture and storage (CCS) untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dioksida dari proses produksi.

Dengan adopsi teknologi CCS, Harita Nickel berharap dapat menangkap emisi yang tidak dapat dihindari selama proses penambangan dan peleburan, sehingga mendukung ambisi jangka panjang perusahaan dalam mencapai emisi nol bersih.

Kolaborasi dengan Stakeholders untuk Keberlanjutan

Tidak hanya bergerak sendiri, Harita Nickel juga menjalin kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders, termasuk pemerintah, institusi riset, dan komunitas lokal. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempercepat implementasi inisiatif keberlanjutan yang lebih luas.

Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), Harita Nickel turut serta dalam program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas sekitar tambang, serta inisiatif pelestarian lingkungan seperti reforestasi di lahan bekas tambang.

“Kami percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” tambah Iwan.

Masa Depan Sektor Pertambangan Hijau, Meskipun sudah banyak inisiatif yang dilakukan, sektor pertambangan tetap menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan keberlanjutan penuh. Tantangan tersebut meliputi regulasi yang ketat, kebutuhan akan investasi besar untuk teknologi hijau, serta tekanan dari stakeholders untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Namun demikian, Harita Nickel optimis bahwa dengan inovasi yang berkelanjutan, dukungan teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, sektor pertambangan di Indonesia dapat bertransformasi menuju praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.

Transformasi industri pertambangan menuju keberlanjutan adalah langkah penting yang tidak bisa diabaikan. Komitmen Harita Nickel dalam mengoptimalkan sumber daya dan memanfaatkan teknologi hijau menunjukkan bahwa industri ini bisa menjadi bagian dari solusi untuk tantangan lingkungan global. Dengan terus berinovasi dan berkolaborasi, perusahaan berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan di Indonesia. (c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *