MoneyTalk, Jakarta – Dalam ajang Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2024, Indonesia melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali menggaungkan potensi besar di sektor minyak dan gas (migas) kepada investor global. Dengan menawarkan peluang investasi di 12 blok migas, pemerintah Indonesia berupaya menarik minat investor untuk mempercepat eksplorasi dan produksi migas guna meningkatkan lifting nasional.
Dalam konferensi tersebut, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Percepatan Infrastruktur Migas, Anggawira, menyatakan bahwa Indonesia serius membuka pintu investasi dengan berbagai insentif menarik, termasuk skema Kontrak Bagi Hasil Gross Split yang baru.
Keterlibatan Indonesia di ajang bergengsi ADIPEC tidak hanya sekadar untuk menunjukkan eksistensi di kancah global, tetapi juga untuk mempromosikan potensi investasi di sektor migas yang masih sangat besar. SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan perusahaan migas nasional turut hadir memamerkan teknologi terkini, infrastruktur, serta kompetensi dalam pengelolaan migas. Partisipasi ini diharapkan mampu menarik lebih banyak investasi asing, terutama pada 12 blok migas yang sudah siap untuk diinvestasikan.
Anggawira menjelaskan bahwa lebih dari belasan perusahaan migas dalam negeri ikut serta dalam pameran ini, menampilkan kemampuan mereka dalam penyediaan jasa, peralatan, dan teknologi migas. Hal ini menjadi kesempatan emas bagi perusahaan lokal untuk merambah pasar global dan membangun jaringan kerjasama internasional.
Tidak hanya terbatas pada sektor migas, Indonesia juga membuka peluang investasi di sektor energi lainnya, terutama yang terkait dengan digitalisasi dan penggunaan Artificial Intelligence (AI) di pusat data (data center). Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, terutama untuk mendukung infrastruktur digital, pemerintah Indonesia menekankan pentingnya investasi di sektor gas, terutama Liquefied Natural Gas (LNG). Dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan, Indonesia diproyeksikan akan memiliki surplus LNG yang signifikan, yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun ekspor.
“Kami melihat tren pertumbuhan investasi di sektor energi, khususnya gas, sangat besar, dengan proyeksi hingga 1,2 triliun dolar di masa mendatang. Ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investor dengan stabilitas politik yang terjaga dan potensi sumber daya alam yang melimpah,” ujar Anggawira.
Guna menarik minat investor, Indonesia menawarkan Kontrak Bagi Hasil Gross Split model baru yang memberikan porsi bagi hasil yang lebih besar, antara 75% hingga 95%, untuk kontraktor. Skema ini dirancang untuk memberikan kepastian dan daya tarik investasi yang lebih baik dibandingkan skema tradisional Cost Recovery. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan berbagai insentif fiskal, termasuk tax holiday, serta jaminan stabilitas investasi.
Langkah-langkah kebijakan ini diharapkan mampu menarik minat investor asing, terutama dari perusahaan besar seperti BP dan PetroChina, yang telah menunjukkan ketertarikannya melalui berbagai joint study bersama Pertamina.
“Kami sudah melihat respons positif dari beberapa KKKS besar, mereka tertarik dengan model kontrak baru dan paket insentif yang kami tawarkan. Bahkan, beberapa perusahaan telah memulai studi bersama untuk mengembangkan potensi wilayah kerja yang ada di Indonesia,” tambah Anggawira.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi sektor migas Indonesia saat ini adalah stagnasi pada level lifting migas yang berada di kisaran 590.000 hingga 600.000 barel per hari (bph). Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan lifting ini hingga 630.000 bph pada tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, SKK Migas bekerja sama dengan KKKS dan Pertamina untuk mengoptimalkan wilayah kerja yang ada serta melakukan restrukturisasi wilayah kerja yang tidak produktif.
“Sekitar 60-70% wilayah kerja migas masih berada di bawah kendali Pertamina. Oleh karena itu, kami berusaha mengembalikan wilayah kerja yang tidak lagi dioptimalkan untuk ditawarkan kembali kepada investor,” jelas Anggawira.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sekaligus mendorong percepatan investasi di sektor migas, yang diharapkan dapat menahan laju penurunan produksi migas dalam negeri.
Dalam upaya mendukung transformasi energi, Indonesia juga fokus pada pengembangan clean energy, khususnya gas alam sebagai sumber energi transisi. Anggawira menekankan pentingnya kolaborasi antara SKK Migas, Pertamina, PGN, dan PLN untuk memastikan pasokan energi yang andal bagi industri, terutama dalam mendukung kebutuhan listrik untuk pusat data dan kawasan industri.
Beberapa wilayah seperti Cikarang dan Batam telah menjadi hotspot bagi investor asing yang tertarik pada proyek berbasis gas. Dengan lokasinya yang strategis dan infrastruktur yang mendukung, kawasan ini diharapkan mampu menarik lebih banyak investasi di masa depan.
Partisipasi Indonesia dalam ADIPEC 2024 menjadi bukti nyata dari upaya pemerintah untuk menarik investasi asing guna mendongkrak sektor migas dan energi. Dengan berbagai kebijakan yang mendukung, seperti skema bagi hasil yang lebih fleksibel dan insentif pajak, Indonesia berusaha memposisikan diri sebagai tujuan investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.
Namun, keberhasilan strategi ini akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dan sektor migas nasional dalam beradaptasi dengan dinamika pasar global serta mengimplementasikan kebijakan yang lebih pro-investasi. Target peningkatan lifting migas dan pengembangan clean energy menjadi indikator utama keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan potensi migas dan gas bumi sebagai tulang punggung perekonomian nasional.(c@kra)
Bagaimana menurut Anda? Apakah strategi baru ini mampu menarik lebih banyak investasi di sektor migas? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar dan jangan lupa untuk membagikan artikel ini.