Fufufafa Bakal Jadi Presiden Bila Skenario Ini Terjadi!

  • Bagikan
Fufufafa Bakal Jadi Presiden Bila Skenario Ini Terjadi!
Fufufafa Bakal Jadi Presiden Bila Skenario Ini Terjadi!

MoneyTalk, Jakarta – Dalam sebuah orasi di depan sejumlah aktivis dan masyarakat, seorang tokoh senior mengutarakan pandangan dan kritik pedas mengenai kondisi politik nasional. Orasi ini menyoroti ketidakpuasan para aktivis terhadap perkembangan situasi politik saat ini, khususnya yang melibatkan sejumlah tokoh besar termasuk Prabowo.

Kritik keras juga ditujukan pada potensi “Ufu Papa” atau “pupu Papa” yang akan menjadi presiden jika para aktivis tidak segera bertindak.

Orator menyatakan, para aktivis pernah memberikan dukungan yang besar terhadap Prabowo dalam dua pemilihan presiden sebelumnya, yaitu pada tahun 2014 dan 2019. Pada tahun 2014, mereka mendukung Prabowo secara nyata, sementara pada tahun 2019 dukungan tersebut diwujudkan melalui Ijtima Ulama yang menilai Prabowo sebagai sosok yang pantas memimpin. Namun, menurut tokoh tersebut, kini banyak aktivis merasa bahwa perjuangan mereka tidak dihargai dan malah terabaikan.

“Prabowo dalam hubungan interaktif kepada kita para aktivis, apa kontribusinya? Kita pernah dukung pada tahun 2014 itu nyata, 2019 kita dukung melalui Ijtima Ulama. Sekarang setelah beliau ada di panggung kekuasaan, apa yang kita dapat?” kata sang tokoh.

Ketidakpuasan ini semakin diperparah dengan pandangan bahwa saat ini masih ada ruang besar bagi tokoh-tokoh yang disebut “Ufu Papa” atau “pupu Papa” untuk menduduki posisi presiden. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, karena mereka menilai bahwa jika tokoh seperti itu naik, banyak kepentingan rakyat yang mungkin tidak akan terpenuhi, termasuk dalam hal penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Salah satu kekhawatiran yang diungkapkan adalah potensi suksesi kepemimpinan kepada tokoh muda seperti Gibran. Menurut tokoh tersebut, jika para aktivis hanya berdiam diri dan tidak mengambil langkah lebih nyata, kemungkinan besar Gibran atau tokoh serupa dapat naik menjadi presiden dengan mudah. Hal ini bisa terjadi tanpa aksi “turun ramai-ramai” yang diharapkan oleh sang orator.

Tokoh ini bahkan mengkritik beberapa aktivis yang menyatakan akan “menunggu satu tahun” sebelum bertindak. Ia berpendapat bahwa enam bulan sudah cukup untuk melihat perkembangan politik, dan jika perubahan yang diharapkan tidak tercapai, maka aktivis harus segera melakukan aksi nyata.

Orasi ini juga menyinggung kritik tajam terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang dianggap banyak membuat keputusan yang kontroversial, terutama dalam aspek nepotisme dan hak asasi manusia. Tokoh ini menuding Jokowi telah menciptakan iklim politik yang penuh dengan intervensi dan tumpang-tindih hukum, yang ia sebut sebagai “overlapping konstitusi”.

“Jokowi sudah 10 tahun menjabat, dan sekarang memaksa lewat kaki tangannya untuk menambah periode. Manusia tak tahu malu itu,” seru sang tokoh dengan penuh emosi.

Terlepas dari kritiknya terhadap situasi politik saat ini, orator ini menyampaikan harapan besar kepada Prabowo sebagai pemimpin yang masih bisa diandalkan untuk membawa perubahan. Menurutnya, meskipun banyak aktivis yang mulai merasa kecewa, Prabowo masih dianggap sebagai figur yang paling mendekati harapan rakyat dalam menegakkan amanat UUD 1945, terutama dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Kita berharap Prabowo bisa melaksanakan perintah undang-undang dasar 45 dan hirarki hukum ke bawahnya,” tegas sang tokoh di akhir orasinya, dengan takbir yang disambut oleh hadirin.

Di akhir pidatonya, tokoh tersebut menekankan pentingnya persatuan di antara para aktivis dan tokoh masyarakat. Ia meminta semua pihak untuk tidak terjebak pada kepentingan kelompok atau primordialisme, melainkan fokus pada tujuan bersama. Menurutnya, nepotisme dan kronisme harus dihindari di kalangan aktivis, agar mereka tetap kuat dan solid dalam mengawal demokrasi serta menjaga kepentingan rakyat.

Kesimpulan: Menjaga Integritas Perjuangan dan Menghindari Skenario ‘Ufu Papa’ Menjadi Presiden
Menurut orasi ini, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang benar-benar berkomitmen untuk mengembalikan marwah perjuangan, serta menjaga agar cita-cita bangsa dalam UUD 1945 tetap terwujud. Para aktivis diimbau untuk tidak hanya berdiam diri, tetapi segera mengambil tindakan nyata dalam waktu yang singkat demi menjaga masa depan bangsa.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *