MoneyTalk, Jakarta – Ridwan Kamil maju ke DKI kalau gak ada Anies. Kalau ada Anies, Ridwan Kamil 1000 persen gak akan berani lawan Anies di DKI. Soal ini, tentu ada kalkulasi politiknya.
Lawan Anies, Ridwan keok. Maka, Anies harus disingkirkan. Ini satu-satunya jalan Ridwan Kamil maju di DKI.
Urusan menyingkirkan, itu ranah Jokowi dan Prabowo. Hanya penguasa yang punya instrumen untuk menyingkirkan lawan. Apa kepentingan kedua presiden ini? Jokowi tak ingin Anies jadi penghalang Gibran di 2029. Selain Jokowi dan Anies memang memiliki sejarah rivalitas yang sulit dicairkan.
Apa kepentingan Prabowo? Prabowo ingin menguasai Jawa Barat. DPT Jawa Barat itu terbesar di Indonesia, yaitu 36 juta. Penguasa butuh basis massa yang besar.
Ridwan Kamil punya elekabilitas tak tertandingi di Jawa Barat. Maka, harus disingkirkan. Caranya? Dorong Ridwan Kamil maju ke Jakarta. Perginya Ridwan Kamil ke Jakarta, ini peluang besar bagi Dedi Mulyadi, kader Gerinda untuk memenangi pilgub Jawa Barat.
Dengan tersingkirnya Anies di Jakarta, kepentingan dua presiden terakomodir. Baik Jokowi maupun Prabowo. Endingnya, Anies pun gagal nyagub di Jakarta.
Semula, Anies dipreteli dengan memisahkannya dari partai-partai pengusung yaitu Nasdem, PKB dan PKS. Tiga partai ini gabung ke KIM untuk mengusung Ridwan Kamil. Tentu, di bawah ancaman. Kecuali PKS, gabung ke KIM karena “deal” tertentu. PKS punya banyak argumentasi politik dan dalil keagamaan untuk mendukung deal politik ini. PKS kaya akan kaidah-kaidah dalam rumusan fiqih siyasah untuk back up argumentasi politiknya.
Tiga partai pengusung Anies akhirnya hengkang, PDIP datang untuk menawarkan usung Anies. Ancaman pun datang kapada PDIP. Tidak kalah besar dari Nasdem dan PKB. Akhirnya, PDIP menyerah. Anies pun gagal nyagub di DKI. DKI sekarang jadi DKJ.
Temen dari Golkar bilang: Anies dibunuh berulangkali. Akhirnya, mati. Setidaknya untuk pilgub DKI 2024.
Kalau anda baca kronologi ini, mungkinkah Anies akan mendukung Ridwan Kamil? Mendukung sosok yang sangat sukses menyingkirkan dirinya? Jawabannya pasti tidak.
Tapi, apakah dukungan Anies ke Pramono Anung itu menguntungkan secara politik bagi Anies? Ini juga menjadi pertanyaan besar.
Teringat apa yang pernah diungkapkan oleh seorang tokoh besar PKS jauh sebelum hiruk pikuk pilgub 2024: “kalau PKS gak usung Anies, dua-duanya akan hancur. Hancur PKS, hancur pula Anies”.
Ungkapan tokoh PKS ini sepertinya mulai menemukan faktanya.
Jakarta, 22 Nopember 2024.
Penulis: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa