MoneyTak,Jakarta – Sebagai kaum intelektual dan aktivis pergerakan, kita seharusnya mengapresiasi Presiden Republik Indonesia ke-8, Bapak Prabowo Subianto, atas pemikiran, tulisan, dan pidatonya yang selalu membela kaum lemah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh nyata yang dapat kita dengarkan dan amati.
Presiden Prabowo pernah menegaskan bahwa ia lebih menghormati pedagang asongan dibandingkan kelompok intelektual dan elite. Hal ini disampaikan dalam pidatonya di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) pada 29 Maret 2024.
“Saudara boleh bangga menjadi sarjana, tapi dalam hati saya, saya sangat hormat kepada pedagang kaki lima, tukang ojek online, tukang bakso, petani, buruh tani, pekerja harian, buruh di pelabuhan, dan nelayan yang mempertaruhkan nyawa untuk mencari nafkah bagi istri dan anak mereka. Pedagang kaki lima, setiap hari keluar mendorong gerobak, berkeringat, dan bekerja keras demi mencari makan untuk keluarga mereka. Itulah yang kita hormati. Mereka mulia, mereka jujur, mereka halal,” ungkap Presiden Prabowo.
Kebijakan Penghapusan Utang UMKM
Presiden Prabowo Subianto juga menerbitkan kebijakan yang menghapus utang macet usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai sektor, termasuk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, serta UMKM lainnya seperti mode, kuliner, dan industri kreatif. Penghapusan utang macet ini diresmikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 yang ditandatangani pada 5 November 2024 di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam bukunya Paradoks Indonesia, Presiden Prabowo menekankan pentingnya pemerataan ekonomi yang berkeadilan, termasuk bagi pelaku UMKM. Ia menegaskan bahwa ekonomi tidak boleh didominasi oleh kelompok elite semata. Negara harus hadir untuk mengintervensi guna menjamin keadilan dan kesejahteraan ekonomi rakyat.
“Kita tidak boleh punya pandangan: yang kuat semakin kuat, sementara yang lemah dibiarkan. Pandangan seperti itu bukan Pancasila dan bukan cita-cita para pendiri bangsa,” tulis Prabowo dalam buku tersebut (hlm. 147).
Berdasarkan pidato, kebijakan, dan tulisan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Presiden Prabowo adalah seorang Pancasilais sejati yang selalu berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
Namun, berbeda halnya dengan beberapa tokoh di sekeliling beliau, termasuk Gus Miftah, yang candaan atau tindakannya terkadang terlihat tidak sejalan dengan visi strategis Presiden Prabowo dalam membangun ekonomi yang berkeadilan. Hal ini mencerminkan adanya tantangan internal dalam memastikan semua elemen pendukung Presiden bersikap konsisten dengan arah kebijakan yang telah dirancang.
Tugas kita saat ini adalah bersatu mendukung kebijakan Presiden Prabowo dengan mengawasi kinerja para pembantunya serta perangkat pemerintah dari pusat hingga tingkat desa. Kaum intelektual harus berani bersuara dan memberikan kritik konstruktif selama hal tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta didukung oleh data yang memadai.
Penulis: Zainuddin Arsyad, S.Ip,Ketua Forum Alumni Badan Eksekutif Mahasiswa