Kecaman MSBI terhadap Skandal Anulir Gol Persibo: Sebuah Tamparan bagi Sepakbola Indonesia

  • Bagikan

MoneyTalk,Jakarta – Keputusan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) untuk menganulir gol sah Persibo Bojonegoro dalam laga melawan Deltras FC bukan sekadar kesalahan teknis—ini adalah tamparan keras bagi wajah sepakbola Indonesia yang sudah kusut dengan berbagai masalah integritas.

Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI) dengan tegas mengecam langkah absurd ini sebagai preseden berbahaya yang mengancam kredibilitas kompetisi domestik dan melemahkan kepercayaan publik terhadap institusi sepakbola nasional.

Keputusan yang Mencoreng Prinsip Fair Play

Dalam aturan sepakbola yang diakui FIFA, keputusan wasit di lapangan adalah final dan tidak dapat diubah oleh pihak di luar pertandingan, kecuali melalui teknologi seperti VAR yang jelas tidak digunakan dalam laga ini. Mengapa tiba-tiba PSSI dan PT LIB merasa punya otoritas lebih tinggi dari wasit di lapangan? Ini bukan lagi soal kompetisi, tapi soal bagaimana sepakbola Indonesia kerap dijadikan panggung bagi kepentingan tertentu yang jauh dari semangat sportivitas.

Kasus Serupa di Dunia: Pelajaran yang Tak Pernah Dipetik

Sejarah sepakbola telah mencatat insiden serupa yang menjadi noda hitam dalam olahraga ini. Contoh paling terkenal adalah laga kontroversial di Serie A Italia tahun 2000-an, di mana Juventus terlibat dalam skandal “Calciopoli” yang menyebabkan degradasi karena keterlibatan pejabat federasi dalam pengaturan keputusan wasit.

Sementara itu, di Indonesia, insiden final Piala AFF U-19 tahun 2013 antara Indonesia dan Vietnam sempat menimbulkan kegaduhan serupa ketika keputusan kontroversial merugikan tim Indonesia. Namun, alih-alih belajar dari pengalaman, PSSI tampaknya masih nyaman bermain dalam zona abu-abu yang sama.

Dampak Jangka Panjang: Ekosistem Sepakbola yang Dirusak dari Dalam

Anulirnya gol yang sudah disahkan wasit bukan hanya menciptakan ketidakadilan di atas lapangan, tetapi juga mencoreng kredibilitas kompetisi yang seharusnya berlandaskan pada profesionalisme dan aturan baku FIFA. Keputusan ini berpotensi memicu efek domino—dari ketidakpercayaan sponsor, menurunnya minat penonton, hingga potensi sanksi dari FIFA jika klub atau suporter yang dirugikan melaporkan ke badan sepakbola dunia. Apakah PSSI dan PT LIB siap menerima dampak lebih besar hanya demi kepentingan sesaat?

Sindiran Keras untuk PSSI: Regulator atau Penonton?

PSSI, yang seharusnya menjadi regulator yang tegas dan adil, justru terlihat seperti penonton pasif dalam drama sepakbola nasional. Ketika slogan “Fair Play” dan “Respect” hanya menjadi tempelan di papan reklame stadion, maka jelas ada yang salah dalam tata kelola sepakbola kita. PSSI harus segera mengambil tindakan konkret dengan memastikan bahwa aturan kompetisi dijalankan secara konsisten dan tidak tunduk pada tekanan dari pihak manapun, termasuk mereka yang duduk di kursi empuk jabatan.

Tuntutan MSBI: Kembalikan Integritas Sepakbola Indonesia

Masyarakat Sepakbola Indonesia menuntut beberapa langkah tegas untuk memulihkan marwah sepakbola nasional:

1. Evaluasi dan transparansi atas seluruh proses pengambilan keputusan terkait pertandingan Persibo vs Deltras.

2. Penegakan aturan FIFA secara ketat tanpa intervensi yang merugikan prinsip keadilan.

3. Peningkatan kualitas pengawasan dan penggunaan teknologi dalam pertandingan demi menghindari kontroversi serupa.

4. PSSI sebagai pemangku kepentingan utama harus berhenti menjadi pengamat dan mulai menjadi pelaksana kebijakan yang adil.

Jika kasus ini dibiarkan begitu saja, maka jangan heran jika kepercayaan publik terhadap sepakbola nasional semakin tergerus dan stadion semakin sepi. Sebab, sepakbola yang kehilangan keadilan bukan lagi olahraga, melainkan sekadar pertunjukan sirkus bagi mereka yang berkuasa di belakang layar.

Sepakbola adalah olahraga rakyat, dan setiap keputusan yang diambil dengan cara yang tidak sportif adalah pengkhianatan terhadap jutaan suporter yang berharap pada sepakbola yang bersih dan jujur. MSBI akan terus mengawal kasus ini hingga keadilan ditegakkan, karena di sepakbola, kejujuran adalah harga mati.

Untuk PSSI, ini bukan soal rivalitas dua klub, ini soal masa depan sepakbola kita. Jangan biarkan keputusan absurd ini menjadi warisan yang kita sesali di masa depan.

Penulis : Sarman El Hakim Ketua MSBI

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *