MoneyTalk, Jakarta – Perputaran Uang di Lebaran 2025 ini berkurang antara Rp 20 T hingga 25 T. Pinjaman Online dan Pay Latter naik sekitar 26 % dibandingkan bulan bulan sebelumnya.
Dan Gudang Garam alami penurunan laba bersih sekitar 81,5 % dari Rp 5,3 T menjadi Rp 980 milyar. Ini memberi gambaran penerimaan negara dari sektor Cukai Rokok berpotensi turun drastis.
Utang Luar Negeri tembus Rp 8.326 Trilyun atau sekitar 500 Milyar USD. Utang jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 800 T dengan rincian 700 T untuk SBN jatuh tempo dam 100 T untuk Pinjaman.
Surat Berharga Negara atau SBN yang di keluarkan negara sebesar Rp 70 Trilyun namun SBN tersebut dominan di beli sendiri oleh Bank Indonesia.
Penerimaan Pajak hingga bulan Febuari defisit 31% dari target penerimaan.
Sejak awal 2024 hingga bulan Maret 2025 di perkirakan ada sekitar 290.000 pekerja yag di PHK atau rata rata 19,300 orang perbulan atau 643 orang perhari atau 26 orang per Jam.
Asumsi Nilai tukar USD ke Rupiah dalam APBN 2025 adalah sebesar Rp 16.100,- sementara nilai tukar USD sempat tembus ke Rp 17.242,- Rupiah minggu ini di tutup di angka Rp 16.860 atau Rp 760 lebih tinggi dari asumsi APBN.
Dalam satu bulan terakhir IHSG anjlok sampai 11,7%. Itu memaksa OJK untuk bebaskan Buyback tanpa RUPS. Kebijakan OJK belum mampu memulihkan IHSG ke angka 7.600. Hingga penutupan akhir pekan ini IHSG hanya naik dari 6.100 menjadi 6.250
Dana asing yang sudah keluar dari Indonesia dalam 3 bulan terakhir di perkirakan di kisaran Rp 34,8 Trilyun.
Pemangkasan anggaran atau Efisiensi total sebesar Rp 306 T akan berdampak negatif pada banyak sektor seperti infrastruktur, lapangan kerja, PHK, hunian Hotel, Pendidikan, belanja dll
Goldman Sachs (Lembaga Investasi New York) menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight pada pertengahan Maret. Penetapan peringkat ini menggerus kepercayaan investor bursa global.
Dari 2024 hingga hari ini sudah 20 Bank Perkreditan Rakyat mengalami kebangkrutan dan tutup. Sementara ada 838 Kantor Cabang berbagai Bank yang juga di tutup. Jika rata rata tiap kantor mempekerjakan 5 orang maka diperkirakan setidaknya ada 4.190 pekerja Perbankan yang terdampak.
Defisit APBN Januari ke Maret sebesar Rp 104 Trilyun.
Pembentukan Danantara dengan regulasi dan komposisi Pengurusnya berpotensi menggerus kepercayaan publik terlebih saat dimana Indonesia sedang menempati posisi ke 99 dalam Indeks Korupsi Dunia.
Hingga jelang Lebaran ada 1.994 orang Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang menjabat kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan pendamping MBG yang selama 3 bulan belum di bayar oleh negara.
Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan penurunan signifikan pada sektor belanja non-esensial, dengan porsi belanja hiburan, olahraga, dan rekreasi turun dari 7,7% menjadi 6,5%, sementara belanja supermarket meningkat ke 15,9%. Lembaga Populix melakukan Riset belanja jelang lebaran dengan penurunan yang cukup signifikan, belanja Fashion turun 23%, Perabot Rumah tangga turun 17% dan Elektronik turun 9%. Dari data tersebur terbaca bahwa Rakyat mengurangi pembelian barang diluar kebutuhan Primer.
Penghapusan kuota Impor bisa berpotensi akan memukul sektor sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Tekstil. Potensi PHK massal bisa segera terjadi setelah regulasi di keluarkan.
Penghapusan TKDN di ganti dengan Insentif tidak berpengaruh signifikan pada peningkatan pendapatan negara namun disisi lain hilangnya TKDN yang sudah mencapai rata rata 40% akan membuat negara asing bisa ekspor utuh dan itu bisa membunuh industri pendukung TKDN yg sedang tumbuh antara lain, otomotif, elektronik dll.
Laporan Bloomberg, orang kaya Indonesia banyak alihkan aset ke emas dan real estate di luar negeri. Di samping itu, kripto hingga stablecoin USDT menjadi investasi pilihan orang kelas menengah atas Indonesia. Pergeseran dan pemindahan asset besar besaran ini diduga dipengaruhi kekhawatiran pada situasi ekonomi dan politik Indonesia.
Pada 21 Maret, Dewan Guru Besar UGM dalam diskusinya mengemuka potensi terjadinya Desindustrialisasi besar besaran yang nampak dari fenomena tutupnya industri manufacture dan PHK Massal yang terus terjadi.
Penulis : M. Sopiyan,Presidium PENA 98