JAKARTA, MoneyTalk – PT United Tractors Tbk (”Perseroan”) mengumumkan laporan keuangan konsolidasian sampai triwulan pertama tahun 2023.
Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp34,9 triliun atau naik sebesar 25% dari Rp28,0 triliun pada periode yang sama di tahun 2022.
Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih Perseroan meningkat 23% menjadi Rp5,3 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp4,3 triliun.
Masing-masing segmen usaha, yaitu: Kontraktor Penambangan, Mesin Konstruksi, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas, Industri Konstruksi, dan Energi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 33%, 31%, 30%, 5%, 1%, dan kurang dari 1% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Segmen Usaha Mesin Konstruksi
Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 6% menjadi 1.791 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 1.694 unit. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar alat berat sebesar 32%. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga mengalami peningkatan sebesar 24% menjadi Rp3,0 triliun.
Penjualan Scania mengalami peningkatan dari dari 62 unit menjadi 218 unit, sedangkan penjualan produk UD Trucks turun dari 127 unit menjadi 89 unit. Penurunan penjualan UD Trucks disebabkan oleh adanya kendala pasokan produk dari prinsipal. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi meningkat sebesar 10% menjadi Rp10,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Segmen Usaha Kontraktor Penambangan
Segmen usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Maret 2023, Kontraktor Penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp11,7 triliun, naik 38% dari Rp8,5 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 12% dari 24 juta ton menjadi 27 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 19% dari 207 juta bcm menjadi 246 juta bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 9,2x meningkat dari 8,7x.
Segmen Usaha Pertambangan Batu Bara
Segmen usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). TTA mengoperasikan dua tambang batu bara termal: PT Asmin Bara Bronang (ABB) and PT Telen Orbit Prima (TOP), serta satu tambang batu bara metalurgi: PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM).
Sampai dengan bulan Maret 2023 total penjualan batu bara mencapai 3,0 juta ton, termasuk 0,7 juta ton batu bara metalurgi, atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan pertama tahun 2022. Didorong dengan meningkatnya rata-rata harga jual batu bara, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara meningkat sebesar 39% menjadi Rp10,5 triliun dari Rp7,6 triliun di periode yang sama pada tahun 2022.
Segmen Usaha Pertambangan Emas
Segmen usaha Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatera Utara.
Sampai dengan bulan Maret 2023, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 59 ribu ons, turun 21% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 sebesar 74 ribu ons. Penurunan penjualan emas tahun ini dimaksudkan agar PTAR dapat fokus pada rencana jangka panjang dan untuk meningkatkan keberlanjutan tambang. Pendapatan bersih segmen usaha Pertambangan Emas turun 14% dari Rp2,0 triliun menjadi Rp1,7 triliun.
Segmen Usaha Industri Konstruksi
Segmen usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Maret 2023, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp345 miliar, naik 26% dari Rp274 miliar pada periode yang sama tahun 2022. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp30 miliar, lebih tinggi dibandingkan rugi bersih sebesar Rp25 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan kerugian di ACSET terutama disebabkan oleh biaya pembiayaan yang lebih tinggi.
Segmen Usaha Energi
Sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, Perseroan telah menetapkan bisnis Energi Baru dan Terbarukan sebagai salah satu strategi transisi Perseroan. Untuk mempercepat pengembangan EBT, pada akhir tahun 2021 seluruh bisnis energi dalam grup dikonsolidasikan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN). Sampai dengan bulan Maret 2023, EPN telah memasang Rooftop Solar PV mencapai 6,2 MWp di group UT dan Astra.
Perseroan saat ini mengoperasikan satu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah, dan dalam proses membangun pembangkit listrik tenaga minihidro lainnya yakni PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatra. PLTM Besai Kemu yang memiliki kapasitas sebesar 7 MW diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023. Selain itu, Perseroan juga menargetkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga minihidro di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.
Pada bulan Agustus 2022, Perseroan melalui anak usaha melakukan investasi pada PT Arkora Hydro Tbk (Arkora) dengan kepemilikan saham sebesar 31,49%. Arkora saat ini mengoperasikan dua PLTM, yaitu PLTM Cikopo 2 di Jawa Barat dengan kapasitas 7,4 MW dan PLTM Tomasa 10 MW di Sulawesi Tengah.
Arkora juga sedang membangun dua PLTM, yaitu PLTM Koro Yaentu berkapasitas 10 MW dan PLTM Kukusan 2 berkapasitas 5,4 MW yang masing-masing diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023 dan 2025. Setelah kedua PLTM ini beroperasi nanti, Arkora akan memiliki pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 32,8 MW.
Perseroan juga berencana melakukan pengembangan proyek energi terbarukan lainnya seperti solar PV, geothermal, wind power dan waste-to-energy. Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi Perseroan untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan.