Anies Dan Politik Identitas 

0

Jakarta,MoneyTalk – Anis Baswedan, bagi saya memang putra terbaik bangsa. Beliau dengan sekuat tenaga berseluncur dalam gelanggang politik. Sedari Rektor kampus, mentri sampai Gubernur Ibu Kota Negara di Jakarta.

Tidak dipungkiri memang Anis Baswedan mampu mengambil panggung-panggung Nasional. Walaupun dengan berbagai cara. Salah satunya dengan politik identitas.

Dalam buku Sejarah Sosial Pendidikan Islam dengan penerbit Guepedia (2022) disebutkan identitas atau jati diri adalah pengakuan terhadap seorang individu atau suatu kelompok tertentu yang menjadi satu kesatuan menyeluruh yang ditandai dengan masuk atau terlibat dalam satu kelompok atau golongan tertentu. Politik identitas biasa digunakan sebagai satu cara di mana anggota masyarakat berjuang dengan tujuan untuk memperoleh pengakuan publik atas unsur budaya atau identitas mereka.

Sedangkan pada buku bertajuk Politik Identitas Etnis (2002) karya Abdillah mendefinisikan politik identitas sebagai politik yang dasar utama kajiannya dilakukan untuk merangkul kesamaan atas dasar persamaan-persamaan tertentu, mulai dari etnis, agama, hingga jenis kelamin. Lain halnya dalam buku Stanford Encyclopedia of Philosophy (2007) karya Cressida Heyes yang mengartikan politik identitas sebagai suatu jenis aktivitas politik yang dikaji secara teoritik berdasarkan pada pengalaman-pengalaman persamaan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh golongan tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa politik identitas adalah suatu politik yang didasarkan unuk merangkul kesamaan atas dasar persamaan-persamaan dari suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk memperoleh pengakuan atas identitas kelompoknya atau meninggikan derajat dan martabat golongan.

Yang menjadi masalah adalah Menurut Muhtadi (2019) adanya fenomena politik identitas dengan populisme agama akan menjadi ranjau bagi demokrasi negara ketika digunakan oleh pemimpin yang tidak cakap. Politik identitas akan menggiring opini publik bahwa orang yang tidak beridentitas sama dengan mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ini tentu saja menyebabkan kaum minoritas akan kehilangan hak yang sama dalam pemerintahan negara, khususnya dalam ranah pemilu maupun pemilihan. Serta dikhawatirkan secara lambat laun akan mencederai demokrasi.

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta lalu (2017) sudah cukup menjadi tamparan keras bagi kita semua tentang terjadinya aktivitas politik Identitas. Dan ini sudah menjadi pembelajaran bagi kita semua. Yang katanya setiap warga negara dilindungi secara hak politik ternyata tidak. Pak Basuki atau yang disapa Ahok, sudah tidak lagi terlihat sebagai warga negara. Akhirnya, kontestasi yang terjadi hanya persoalan kebencian dan rasisme.

Politik Identitas sudah sangat melekat sekali kepada Bapak Anis Baswedan. Mau bagaimana pun beliau bersolek, sebanyak apapun masuk ke tempat peribadatan, juga sesering apapun merubah dirinya seakan-akan dan seolah-olah milik bersama ini sangat susah sekali. Karena masyarakat indonesia sudah sangat jelas melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di pilkada DKI Jakarta yang lalu.

Tentunya, saya sedang tidak ingin memperdebatkan persoalan Politik Identitas. Akan tetapi, persitiwa itu sangat teringat sekali dalam memori sejarah dan susah untuk disembuhkan. Betul memang, bahwa semua orang mempunyai identitas politik. Tentunya, identitas politik dan politik identitas berbeda. Tidak serta merta bisa dianggap ini sama. (MT)

Oleh :
Teguh Pati Ajidarma
(Tim Kaderisasi Nasional PB PMII)

Leave A Reply

Your email address will not be published.