Mega Pilih Pram, Jokowi dan Prabowo Kecele
MoneyTalk, Jakarta – Pengamat politik Alifurahman mengungkapkan analisisnya mengenai strategi politik yang dilakukan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Dalam tayangan di SewordTV yang dikutip pada Minggu (01/09) oleh MoneyTalk.id, Alifurahman menyebutkan bahwa strategi Megawati terkait pemilihan calon gubernur DKI Jakarta dari PDIP, yaitu Pramono Anung, merupakan langkah politik yang “cantik” dan sulit dihindari oleh Jokowi dan Prabowo.
“Elektabilitas sangat penting, tetapi jika melihat realitas, ada kecenderungan bahwa calon Presiden selanjutnya tidak menginginkan adanya ‘matahari kembar’, tidak menginginkan orang yang bisa menandingi elektabilitasnya,” ujar Alifurahman.
Dalam analisisnya, Alifurahman menilai bahwa banyak pihak mempertanyakan mengapa PDIP mengusung nama Pramono Anung sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, bukan nama-nama yang lebih populer seperti Ridwan Kamil atau Ahok, yang memiliki elektabilitas tinggi.
Menurutnya, langkah ini bisa saja dimaksudkan untuk menghindari adanya tokoh yang dapat menandingi pengaruh politik dari calon presiden yang didukung PDIP ke depannya.
“Langkah ini mungkin tampak seperti perjuangan formal saja, seolah PDIP tidak benar-benar ingin menang di DKI Jakarta,” tambahnya.
Alifurahman juga menyoroti fenomena meningkatnya popularitas Pramono Anung di berbagai platform sosial media, termasuk Google Trends dan YouTube.
Pramono Anung yang sebelumnya jarang menjadi pusat perhatian, kini menjadi sosok yang banyak dicari publik karena keputusan PDIP mengusungnya. Alifurahman menyebut ini sebagai langkah yang sangat jitu dalam menciptakan buzz di kalangan masyarakat yang ingin tahu lebih dalam mengenai sosok Pramono.
Lebih lanjut, Alifurahman mengaitkan situasi ini dengan perjanjian Batu Tulis antara Megawati dan Prabowo Subianto, serta bagaimana sejarah panjang hubungan kedua tokoh ini memberikan dampak politik yang signifikan. Pramono Anung, dengan sejarah politik yang panjang di PDIP dan rekam jejak sebagai Sekjen dan Wakil Sekjen, kini menjadi sorotan.
Sementara itu, Ridwan Kamil yang lebih dikenal di sosial media, dinilai Alifurahman tidak lagi memiliki daya tarik yang sama dibandingkan dengan Pramono.
“Kita bisa melihat perbedaan ketertarikan publik dari jumlah penayangan di YouTube. Pramono lebih banyak mendapat perhatian dibandingkan Ridwan Kamil,” ujarnya.
Alifurahman juga menyoroti adanya operasi politik yang ditujukan untuk mengurangi panggung politik Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, dan tokoh-tokoh lain yang dekat dengan Gibran seperti Diko dan Marcel.
Menurutnya, ini merupakan bagian dari strategi besar untuk mencegah munculnya kekuatan politik baru yang dapat menjadi tantangan di masa depan.
“Dugaan saya kuat ada operasi khusus untuk menyingkirkan orang-orang yang terkait dengan Gibran, termasuk mereka yang diprediksi bisa mendukung Gibran di 2029,” tegas Alifurahman.
Pandangan Alifurahman ini memberikan gambaran bagaimana strategi politik yang dilakukan Megawati melalui PDIP dapat mempengaruhi peta politik nasional dan mempertahankan dominasi politik partai tersebut dalam menghadapi pemilihan di masa depan.(c@kra)