Apel Akbar Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi memperburuk Citra Jokowi
MoneyTalk,Jakarta – Mus Gaber Ketua Padepokan Hukum Indonesia menanggapi terkait Apel akbar Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi di Tugu Proklamasi, yang direncanakan pada (22/09), menyatakan berpotensi menimbulkan beberapa dampak negatif, baik secara sosial, politik, maupun keamanan. Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin timbul.
Mus gaber mengingatkan Polarisasi Sosial dan Politik, Kehadiran massa besar yang memproklamirkan diri sebagai “pasukan berani mati” dapat memperburuk polarisasi di masyarakat. Sikap yang militan dan cenderung konfrontatif terhadap pihak-pihak yang dianggap berseberangan dapat memicu ketegangan dan konflik sosial, terutama di tengah suasana politik yang sudah terbelah pasca Pilpres 2024.
Selain itu adanya Potensi Kekerasan dan Ketegangan Keamanan, Kegiatan dengan jumlah massa yang besar berpotensi memicu insiden kekerasan atau bentrokan, baik dengan kelompok yang berseberangan, aparat keamanan, maupun masyarakat umum. Situasi ini bisa menjadi lebih rawan jika terjadi provokasi atau tindakan tidak terkontrol dari peserta apel.
Potensi lainnya dapat Mengganggu Ketertiban Umum Apel akbar yang melibatkan ribuan orang di pusat kota Jakarta, khususnya di sekitar Tugu Proklamasi, dapat mengganggu ketertiban umum, lalu lintas, dan aktivitas masyarakat. Penutupan jalan, kerumunan massa, dan pengamanan yang diperketat bisa menyebabkan kemacetan, mengganggu kegiatan ekonomi, dan menyulitkan mobilitas warga.
Secara psikologis dapat Menciptakan Iklim Ketakutan, Adanya kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai “pasukan berani mati” dan mengklaim siap membela Jokowi dengan cara apa pun dapat menciptakan iklim ketakutan di masyarakat. Hal ini berpotensi membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan enggan mengekspresikan pendapat atau pandangan yang berbeda karena takut akan intimidasi atau kekerasan.
Memburuknya Citra Demokrasi, Aksi yang dilakukan dengan menunjukkan kekuatan massa yang bersifat militan dan tidak toleran terhadap oposisi atau kritik dapat merusak citra demokrasi Indonesia di mata internasional. Hal ini dapat memberikan kesan bahwa demokrasi di Indonesia semakin melemah dan tidak menghormati perbedaan pendapat.
Memperburuk Hubungan Antar Kelompok, Kegiatan ini dapat memperburuk hubungan antara pendukung pemerintah dan kelompok oposisi atau masyarakat yang kritis terhadap pemerintahan Jokowi. Sikap yang agresif dan retorika yang provokatif dari kelompok ini bisa memperdalam perpecahan dan menurunkan kualitas dialog politik yang sehat.
Respon Berlebihan dari Aparat Keamanan, Kehadiran kelompok besar dengan tujuan “melindungi” Jokowi bisa memicu respons yang keras dari aparat keamanan jika terjadi ketegangan. Hal ini bisa mengakibatkan bentrokan yang memperburuk situasi keamanan.
Menimbulkan Kesan Ada Ancaman Nyata Terhadap Pemerintah, Kegiatan ini bisa memberikan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ada ancaman serius terhadap Jokowi dan pemerintahannya. Hal ini bisa digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjustifikasi tindakan represif atau pembatasan kebebasan sipil atas nama stabilitas dan keamanan.
Secara keseluruhan, apel akbar ini bisa memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap stabilitas sosial dan politik di Indonesia, terutama jika tidak dikelola dengan baik dan terjadi tindakan provokatif atau kekerasan tutup Mus Gaber.
Sebelumnya Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi berencana mengadakan apel akbar di Tugu Proklamasi, Jakarta, pada Ahad, 22 September 2024. Apel ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya dari berbagai ancaman yang dianggap berusaha menggulingkan kekuasaan.
Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi, Sukodigdo Wardoyo, dalam pernyataannya kepada wartawan pada Rabu (04/09). “Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Jakarta,” ungkapnya.
Sukodigdo menegaskan bahwa pihaknya telah mengajukan surat pemberitahuan dan izin kepada aparat kepolisian terkait pelaksanaan apel akbar tersebut. “Kami selalu mematuhi prosedur dan konstitusi ketika akan melakukan berbagai kegiatan termasuk apel akbar,” tegas Sukodigdo.
Ia juga menyebutkan bahwa target peserta apel akbar ini adalah sekitar 20 ribu orang yang memiliki militansi tinggi. “Anggota kami bukan kaleng-kaleng dan jelas mempunyai ideologi Pancasila dan pembela Jokowi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Sukodigdo menyinggung adanya situasi yang tidak kondusif yang disebabkan oleh mantan orang-orang terdekat Jokowi yang disebutnya ingin memperburuk kondisi bangsa. “Orang-orang terdekat Jokowi sakit hati karena kalah di Pilpres 2024 dan terus memprovokasi rakyat,” kata Sukodigdo.
Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya mereka untuk menunjukkan dukungan penuh kepada Jokowi dan memastikan stabilitas pemerintahan di tengah berbagai ancama.