Elektabilitas Lemah, Pramono – Rano, Gaet Artis
MoneyTalk, Jakarta – Pengamat politik Adi Prayitno mengomentari strategi pasangan Pramono Anung dan Rano Karno yang menggandeng sejumlah artis sebagai bagian dari tim sukses mereka untuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Dalam tayangan Prime Time News di Metro TV, Jumat (06/09). Adi menyebutkan bahwa langkah ini tampak sebagai upaya untuk menggaet pemilih di Jakarta melalui popularitas para artis.
Menurut Adi Prayitno, langkah Pramono dan Rano Karno ini menunjukkan keyakinan bahwa menggandeng artis-artis populer seperti Cak Lontong, Once Mekel, dan beberapa figur publik lainnya akan mampu mengarahkan pengikut mereka untuk memberikan dukungan politik.
Harapannya adalah dengan popularitas mereka, para fans atau pengikut akan mendukung pasangan calon yang diusung, dan menekankan bahwa hal ini merupakan strategi komunikasi politik yang lebih mengedepankan pendekatan yang santai dan tidak konfrontatif,ujar Adi
Dan strategi tersebut tidak selalu efektif. bahwa pemilih, khususnya di Jakarta, lebih cenderung memilih calon berdasarkan rekam jejak, visi, misi, dan komitmen politik yang jelas.
Kalau strategi menggandeng artis ini tidak bisa melahirkan kreativitas yang berdampak signifikan, maka tidak akan berpengaruh pada elektabilitas secara keseluruhan,” tegas Adi
Peran Cak Lontong sebagai ketua tim sukses Pramono – Rano tidak pernah berkompetisi dalam politik elektoral atau tidak memiliki pengalaman sebagai pejabat publik, dan hal ini diragukan memenangkan pertarungan. Jelas Adi.
Tapi keberadaan Cak Lontong tak lebih hanya mengedepankan Kampanye santai dan jenaka untuk menarik pemilih muda dan milenial di Jakarta,Jelas Adi.
Namun, efektivitas strategi ini masih perlu dibuktikan. Contoh kasus pemilihan sebelumnya di mana strategi menggandeng artis dan influencer tidak selalu berhasil mendongkrak elektabilitas pasangan calon.
Popularitas artis tidak bisa serta-merta ditransfer menjadi suara pemilih. Kerja-kerja penetrasi yang meyakinkan adalah kunci, dan yang harus dilakukan adalah langsung menyapa masyarakat di Jakarta,” tambah Adi
Selain itu, ada juga strategi Pramono – Rano dengan menonjolkan identitas lokal, khususnya etnis Betawi yang menjadi mayoritas di Jakarta. Misalnya, kehadiran Rano Karno sebagai sosok yang identik dengan budaya Betawi diharapkan mampu menarik pemilih etnis Betawi.
Mendatangi tempat syuting Si Doel, ini menunjukkan pesan politik untuk menegaskan bahwa Pramono dan Rano memiliki warna kebetawian,” paparnya.
Namun, Adi tetap skeptis terhadap dampak signifikan dari strategi ini. Dan menekankan bahwa yang paling penting adalah bagaimana Pramono dan Rano mampu meyakinkan para pemilih dengan program dan visi-misi yang jelas dan konkret.
Misalnya, kalau mereka berani membuat kontrak politik yang jelas, seperti menyelesaikan masalah banjir atau kemacetan dalam dua tahun, itu akan jauh lebih efektif,” ujar Adi.
Di akhir analisisnya, menekankan bahwa pasangan Pramono dan Rano perlu lebih banyak figur yang berpengalaman dalam politik untuk mengoptimalkan peluang mereka di Pilkada Jakarta.
Artis dan influencer saja tidak cukup. Mereka perlu melibatkan orang-orang yang benar-benar memiliki pengalaman dan kredibilitas dalam politik untuk menarik pemilih,” pungkasnya.
Diskusi ini menunjukkan bahwa meski langkah menggandeng artis dianggap menarik, tantangan utama tetap ada pada bagaimana pasangan calon mampu menyampaikan gagasan dan komitmen politik yang relevan dengan harapan masyarakat Jakarta.(c@kra)