Mengatasi Kemiskinan Berbasis RT, Mengurangi Ketergantungan

  • Bagikan
Mengatasi Kemiskinan Berbasis RT, Mengurangi Ketergantungan
Mengatasi Kemiskinan Berbasis RT, Mengurangi Ketergantungan

MoneyTalk, Jakarta – Dalam sebuah pernyataan tertulis yang diterima oleh MoneyTalk pada Senin (21/10), Girarda, Alumni YISC Al Azhar, menyoroti pernyataan Presiden yang baru dilantik terkait masalah kemiskinan.

Meskipun Indonesia sudah menjadi bagian dari G20, Presiden mengakui masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Pernyataan ini mencerminkan tekad pemerintah untuk bekerja demi kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan diri sendiri, kerabat, atau golongan tertentu. Girarda menegaskan, tujuan mulia ini harus diwujudkan melalui tindakan nyata yang terukur oleh para menteri dan jajaran di bawahnya.

Girarda menekankan pentingnya fokus dalam menjalankan program-program pemerintah tanpa mencari popularitas atau pencitraan yang berlebihan. Menurutnya, pengentasan kemiskinan harus berangkat dari data yang valid dan tanpa manipulasi. Data yang tidak akurat hanya akan menghasilkan kebijakan yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, validitas data menjadi dasar utama untuk merancang program yang efektif.

Setiap kebijakan dan program pengentasan kemiskinan, menurut Girarda, harus memiliki target kuantitatif dan kualitatif yang jelas, dengan rentang waktu yang spesifik serta anggaran yang terukur. Dengan demikian, proses pelaksanaannya dapat dipantau secara berkelanjutan dan dilakukan tindakan korektif apabila ditemukan ketidaksesuaian dengan rencana.

Salah satu pendekatan yang diajukan oleh Girarda adalah program pengentasan kemiskinan berbasis RT (Rukun Tetangga). Menurutnya, masyarakat di tingkat RT lebih memahami kondisi ekonomi warganya, sehingga mereka dapat mengidentifikasi siapa yang benar-benar membutuhkan bantuan. Di samping itu, seluruh warga dapat berpartisipasi aktif dalam membantu mengentaskan kemiskinan, sehingga tercipta solidaritas sosial yang kuat.

Program berbasis RT ini diharapkan mampu menggantikan model bantuan tunai langsung (BLT) yang dinilai kurang mendidik dan malah menimbulkan ketergantungan. Model BLT, meskipun memberikan bantuan cepat, sering kali tidak memotivasi masyarakat miskin untuk mandiri. Dengan melibatkan mereka dalam kelompok binaan di tingkat RT, mereka dapat memperoleh keterampilan, modal, dan akses pasar, yang pada akhirnya akan membantu mereka lepas dari kemiskinan secara berkelanjutan.

Salah satu penyebab kemiskinan yang disoroti Girarda adalah kurangnya akses informasi di kalangan masyarakat miskin. Banyak dari mereka yang tidak menyadari potensi ekonomi di sekitarnya. Ia mencontohkan bahwa pasir laut atau sapu lidi, yang mungkin dianggap tidak berharga di Indonesia, justru memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar ekspor. Dengan adanya akses informasi yang lebih baik, masyarakat miskin dapat melihat peluang ekonomi yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan informasi pasar kepada kelompok-kelompok binaan di tingkat RT, serta memberikan bimbingan teknis, akses modal, dan bantuan pemasaran. Jika kelompok binaan ini sudah mampu mandiri, mereka dapat dilepas untuk berkembang sendiri, sehingga mendorong mereka menjadi pelaku ekonomi yang tangguh.

Girarda juga menekankan pentingnya memutus rantai kemiskinan agar tidak diturunkan dari generasi ke generasi. Anak-anak dari keluarga miskin harus didorong untuk meningkatkan status sosial mereka dan lepas dari kemiskinan yang dialami orang tua mereka. Pendidikan menjadi kunci utama dalam mengangkat anak-anak ini dari keterpurukan ekonomi. Dengan memberikan akses pendidikan yang berkualitas dan kesempatan yang setara, pemerintah dapat membantu mereka memutus lingkaran kemiskinan.

Pernyataan Girarda Alumni YISC Al Azhar ini memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana pengentasan kemiskinan di Indonesia seharusnya dilakukan. Pengentasan kemiskinan bukan hanya soal memberikan bantuan langsung, tetapi juga soal memberdayakan masyarakat miskin agar mampu mandiri secara ekonomi. Program berbasis RT dengan fokus pada validitas data, akses informasi, serta dukungan teknis dan finansial dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam jangka panjang.

Pemerintah harus serius menerjemahkan visi dan misi Presiden dalam program-program yang terukur dan berkelanjutan, serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam prosesnya. Rantai kemiskinan harus diputus, sehingga generasi mendatang tidak lagi terjebak dalam siklus yang sama.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *