Kesalahan Fatal yang Membuat Kamu Jatuh Miskin

  • Bagikan
Kesalahan Fatal yang Membuat Kamu Jatuh Miskin
Kesalahan Fatal yang Membuat Kamu Jatuh Miskin

MoneyTalk, Jakarta – Dalam sebuah narasi yang diunggah pada kanal YouTube-nya, Theo Derick menyampaikan pandangan menarik mengenai faktor-faktor yang menyebabkan orang jatuh miskin, terutama di tengah tren investasi cryptocurrency dan saham yang meroket. Menurutnya, kesalahan utama bukan hanya sekadar investasi yang gagal, namun juga ada aspek manajemen keuangan dan gaya hidup yang kurang diperhatikan. Artikel ini akan membahas kesalahan finansial pada setiap level ekonomi yang tanpa disadari justru membawa banyak orang ke jurang kemiskinan baru.

Kurangnya Surplus dan Kebiasaan Menabung (Level Pendapatan UMR)

Untuk mereka yang memiliki pendapatan mendekati Upah Minimum Regional (UMR), tantangan utama bukan pada pilihan investasi melainkan pada kebiasaan surplus. Kebanyakan orang dengan pendapatan ini kesulitan menyisihkan uang, bukan karena jumlahnya yang terbatas, tetapi karena kebiasaan untuk langsung menghabiskannya. Contohnya, seseorang dengan gaji pas-pasan mungkin merasa gajinya habis untuk cicilan dan kebutuhan sehari-hari, tanpa ada sisa untuk menabung atau investasi.

Solusi: Mulailah dengan kebiasaan menabung sedikit demi sedikit, sekalipun hanya Rp50.000 atau Rp100.000 per bulan. Kebiasaan ini lama-lama akan membantu menciptakan surplus yang berguna di kemudian hari. Mereka yang dapat menjaga surplus kecil akan memiliki landasan finansial lebih baik, dan nantinya berpotensi melangkah ke level keuangan berikutnya.

Kebiasaan Konsumsi yang Berlebihan dan Investasi Serampangan (Level Pendapatan Puluhan Juta)

Ketika seseorang mulai mendapatkan pendapatan puluhan juta rupiah per bulan, biasanya terdapat peningkatan gaya hidup yang mulai terbentuk. Mulai dari kopi mahal, pakaian bermerek, hingga gadget terbaru menjadi bagian dari keseharian. Sayangnya, kebiasaan ini secara bertahap menguras potensi untuk menabung lebih banyak, apalagi jika diperparah dengan keinginan ‘all-in’ dalam investasi tanpa perencanaan matang.

Banyak yang terjebak dalam euforia investasi tanpa memiliki diversifikasi atau pemahaman risiko yang cukup. Mereka mudah tergiur untuk ‘all-in’ pada cryptocurrency atau saham tertentu, berharap hasil fantastis dalam waktu singkat. Nyatanya, ketika investasi tersebut mengalami penurunan tajam, kerugian yang ditanggung bisa sangat besar.

Pada level ini, penting sekali memiliki pemahaman investasi dan kemampuan diversifikasi. Sisihkan pendapatan bulanan dalam beberapa kategori: kebutuhan sehari-hari, tabungan jangka panjang, dan investasi. Pilih investasi yang sesuai dengan profil risiko pribadi, serta hindari ‘all-in’ pada satu aset atau instrumen saja.

Tantangan Naik Kelas, Status Sosial dan Gaya Hidup Mewah (Level Pendapatan Ratusan Juta)

Bagi mereka yang berpenghasilan ratusan juta rupiah per bulan, godaan gaya hidup mewah menjadi tantangan utama. Pada level ini, liburan ke luar negeri, mobil kelas premium, dan jam tangan mahal seringkali menjadi simbol keberhasilan yang ingin dipertahankan. Ironisnya, bagi banyak orang, pengeluaran berlebihan pada aspek ini justru menjadi jebakan.

Kesalahan Umum: Memaksakan gaya hidup yang melebihi kemampuan finansial, ditambah dengan sikap agresif dalam investasi untuk menjaga ‘status sosial’. Sebagian besar kekayaan dihabiskan untuk kepuasan jangka pendek tanpa perencanaan likuiditas yang matang.

Solusi: Pertimbangkan untuk menetapkan alokasi yang tepat antara kebutuhan gaya hidup dan investasi. Miliki dana likuid yang memadai untuk mengatasi ketidakpastian pasar, serta bijak dalam memilih aset yang akan dibeli. Misalnya, mengutamakan aset yang nilainya bisa meningkat, bukan sekadar barang-barang konsumtif yang cepat menyusut nilainya.

Kesalahan Strategi Investasi dan Likuiditas (Level Pendapatan Miliaran)

Pada level pendapatan miliaran per bulan, perencanaan investasi yang salah bisa berakibat fatal. Tantangan utama adalah menjaga likuiditas agar dapat menghadapi risiko volatilitas pasar. Orang kaya yang terjebak dalam kesalahan investasi berisiko tinggi, seperti ‘all-in’ dalam satu instrumen dengan ekspektasi hasil besar, seringkali kehilangan aset dalam jumlah yang signifikan.

Kesalahan Umum: Sikap terlalu percaya diri dengan portofolio besar tanpa pertimbangan diversifikasi likuiditas. Misalnya, menganggap bahwa jumlah kapital besar akan melindungi dari risiko, padahal kenyataannya, pasar bisa sangat fluktuatif dan merugikan jika tidak disiapkan dana likuid yang cukup.

Solusi: Pikirkan untuk membagi investasi dalam beberapa kelas aset yang berbeda dan memiliki cadangan dana likuid di luar portofolio investasi. Likuiditas akan membantu mengatasi kerugian sementara di saat pasar sedang tidak stabil, serta memberikan ruang gerak untuk mengambil peluang di masa depan.

Theo Derick secara tepat menyoroti fenomena “miskin baru” di era ini sebagai dampak dari kesalahan manajemen finansial, investasi, dan gaya hidup yang tidak seimbang pada tiap level ekonomi. Dalam kondisi pasar yang cepat berubah, penting untuk memiliki pondasi keuangan yang kuat, dengan kebiasaan surplus, diversifikasi investasi, dan perencanaan gaya hidup yang realistis. Menurutnya, orang kaya baru bukan sekadar status pendapatan, namun juga melibatkan mentalitas keuangan yang bijak dan kemampuan menghadapi risiko yang matang di tiap level keuangan. (c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *