BPJS Kesehatan: Mengurai Tantangan Layanan dan Filosofi Kebangsaan

  • Bagikan
BPJS Kesehatan: Mengurai Tantangan Layanan dan Filosofi Kebangsaan
BPJS Kesehatan: Mengurai Tantangan Layanan dan Filosofi Kebangsaan

MoneyTalk, Jakarta – Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, dalam wawancaranya di podcast Merdekadotcom mengungkap berbagai sisi layanan BPJS, dari tantangan anggaran hingga filosofi gotong royong yang diusung. Ghufron menyoroti berbagai isu krusial seperti penanganan penyakit berat, standar layanan, dan stigma layanan BPJS yang sempat dianggap berbeda kelas dibanding layanan kesehatan lainnya. Dalam artikel ini kita akan mendalami perspektif Ghufron terhadap tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan, pentingnya layanan setara, serta upayanya membangun semangat gotong royong yang menjadi nilai dasar JKN.

Memahami Tantangan Klaim Katastropik di BPJS

BPJS Kesehatan dengan konsep asuransi kesehatan nasional berbasis gotong royong, memiliki beban klaim yang signifikan. Terutama dari kasus-kasus penyakit katastropik seperti kanker, jantung, stroke, dan gagal ginjal. Ghufron menjelaskan bahwa jenis penyakit tersebut membutuhkan biaya yang besar dan berdampak pada anggaran BPJS. Di samping itu, meningkatnya jumlah klaim dari masyarakat menjadi sinyal adanya kebutuhan akan penguatan layanan preventif dan edukasi kesehatan agar masyarakat lebih memahami cara menjaga kesehatan.

Program Standar Kris, Menjawab Tantangan Layanan Tanpa Kelas

Ghufron mengungkap rencana BPJS untuk menerapkan sistem rawat inap kelas standar (KRIS), sesuai dengan Perpres No. 59 yang menetapkan evaluasi reguler setiap dua tahun. Meskipun sering disalahartikan sebagai penghapusan kelas perawatan, KRIS lebih bertujuan menyetarakan layanan bagi seluruh lapisan peserta BPJS. Ghufron menegaskan, “BPJS Kesehatan berkomitmen menyediakan layanan tanpa diskriminasi,” mengacu pada pengalaman pasien BPJS yang sebelumnya harus menerima perawatan di area yang kurang layak.

Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meski belum dapat diimplementasikan sepenuhnya hingga 2025. Ghufron menekankan, “Penting bagi kita untuk memberikan pelayanan yang setara dan bermartabat bagi seluruh peserta BPJS.”

Gotong Royong dalam Makna BPJS, Filosofi yang Luhur

Bagi Ghufron, keberadaan BPJS tidak sekadar soal asuransi kesehatan, tetapi adalah manifestasi nilai luhur gotong royong. Dengan gotong royong, BPJS Kesehatan memungkinkan setiap peserta untuk saling membantu. “Coba cari nilai kebangsaan yang lain yang bisa menyaingi semangat gotong royong BPJS,” ujar Ghufron. Menurutnya, hanya dengan semangat kolektif inilah BPJS Kesehatan dapat membantu masyarakat, terutama mereka yang tidak mampu.

Program ini juga menjadi kebanggaan bangsa, bahkan menarik perhatian dunia internasional. “BPJS Kesehatan menjadi rujukan berbagai negara,” ujarnya, membuktikan bahwa konsep JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tidak hanya bermanfaat di dalam negeri tetapi juga dilihat sebagai model inovatif dalam sistem kesehatan global.

Upaya Sosialisasi dan Edukasi Publik

Tingginya klaim yang diterima BPJS Kesehatan tak hanya menjadi tanggung jawab pembayaran, tetapi juga memerlukan pendekatan preventif. BPJS Kesehatan telah mengintensifkan sosialisasi kesehatan untuk mendorong masyarakat menjaga pola hidup sehat. Tim humas BPJS rutin memberikan edukasi kesehatan, mengingatkan pentingnya pencegahan agar beban layanan kesehatan tidak melulu fokus pada pengobatan. “Kami ingin masyarakat hidup sehat, bukan demi untung BPJS, tetapi untuk kesehatan nasional,” kata Ghufron.

Layanan BPJS, Keuangan dan Komitmen Pelayanan

Sebagai lembaga non-profit, BPJS Kesehatan menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan antara layanan maksimal dengan keterbatasan anggaran. Ghufron menyoroti bahwa BPJS Kesehatan tidak boleh mengalami defisit, karena bisa mengganggu layanan kepada masyarakat. Ia juga menyinggung pentingnya penyesuaian iuran dan manfaat yang direncanakan dilakukan setiap dua tahun.

Ghufron menyampaikan bahwa iuran terakhir kali naik pada tahun 2020, dan meski seharusnya telah ada penyesuaian, pemerintah menunda kenaikan hingga 2025. “Presiden Jokowi sudah menegaskan untuk tidak menaikkan iuran hingga pemilu selesai,” ujarnya.

Menghadapi Stigma dan Berupaya Mengubah Persepsi

BPJS Kesehatan sering kali mengalami tantangan persepsi. Beberapa fasilitas kesehatan sebelumnya mengelompokkan pasien BPJS pada ruang yang berbeda, bahkan di basement. Ghufron menceritakan bahwa BPJS kini menindak tegas diskriminasi tersebut dengan memberi ultimatum kepada fasilitas kesehatan yang belum berbenah. “Dalam 2 bulan, rumah sakit yang melakukan diskriminasi kita evaluasi kontraknya. Mereka sekarang sudah melayani pasien BPJS dengan lebih baik,” tegasnya.

Mengawal Akses Layanan Kesehatan yang Adil dan Bermartabat

Melalui BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti berupaya memelihara semangat gotong royong untuk menjaga kesehatan masyarakat. Dengan kebijakan yang proaktif, sosialisasi preventif, dan standar layanan yang setara, BPJS Kesehatan bukan sekadar layanan asuransi, melainkan wujud kebanggaan nasional. Ghufron berharap agar program ini tetap berkelanjutan sebagai salah satu capaian monumental yang mempromosikan nilai-nilai luhur bangsa.

BPJS Kesehatan hadir sebagai bentuk tanggung jawab bersama, sebuah gotong royong bagi kesehatan masyarakat Indonesia.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *