Percepat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ada 3 Langkah yang Bisa Diambil

  • Bagikan
Percepat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ada 3 Langkah yang Bisa Diambil
Percepat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ada 3 Langkah yang Bisa Diambil

MoneyTalk, Jakarta – Mardigu Wowiek, pengamat ekonomi dan sosial yang dikenal dengan pandangan yang tajam dan kontroversial, dalam kanal YouTube-nya pada Kamis (31/10), membahas dua paradigma besar dalam tata kelola ekonomi: sosialisme elitis dan market-driven economy.

Menurutnya, sosialisme elitis adalah model yang mengandalkan kekuatan pemerintah dalam mengendalikan ekonomi, sementara market force menekankan peran pasar dan swasta dalam menentukan arah ekonomi. Dalam video ini, ia membandingkan pendekatan Amerika yang sangat mengutamakan pasar bebas, dengan perubahan besar yang dilakukan oleh Tiongkok setelah era Mao Zedong yang beralih dari sosialisme elitis ke kapitalisme yang lebih terbuka. Di akhir, Mardigu mengungkapkan harapannya agar Indonesia berani mengambil langkah tegas dalam melawan korupsi dan mempermudah pelaku usaha untuk berkembang.

Sosialisme Elitis vs Market Force, Perdebatan Arah Ekonomi

Mardigu menyoroti konsep sosialisme elitis sebagai bentuk pemerintahan yang memberikan wewenang besar kepada pemerintah dalam mengatur ekonomi, dengan peran kuat dari sektor pemerintah yang mengendalikan jalannya perekonomian. Menurut Mardigu, model ini menitikberatkan pada kontrol pemerintah yang sentral dalam menentukan prioritas, proyek-proyek besar, dan aturan ekonomi lainnya. Ia mencatat bahwa model ini pernah diterapkan di beberapa negara, termasuk Indonesia, yang memiliki sejarah intervensi pemerintah dalam ekonomi.

Sebaliknya, market-driven economy, atau ekonomi yang didorong oleh pasar, memiliki pendekatan yang lebih terbuka, di mana peran pemerintah minimal. Pasar dan swasta yang menentukan arah ekonomi. Mardigu menganggap ini sebagai pendekatan yang lebih mengutamakan efisiensi dan daya saing, dengan peluang lebih besar bagi mereka yang kreatif dan kuat untuk sukses. Dalam hal ini, Amerika Serikat menjadi contoh yang menonjol.

Amerika Serikat dan Filosofi Pasar Bebas, Kisah Keberhasilan atau Kompetisi yang Brutal?

Mardigu menyebutkan bahwa Amerika sejak tahun 1850-an telah mengandalkan market force sebagai penentu kebijakan ekonomi. Konsep pasar bebas, atau free market, mengizinkan kekuatan pasar untuk memutuskan siapa yang akan sukses dan kaya. Mereka yang unggul, menurut Mardigu, adalah mereka yang pintar dan tangguh.

Di sisi lain, ia juga menyoroti sifat keras dari ekonomi pasar bebas Amerika, meskipun memupuk persaingan dan inovasi, juga menciptakan lingkungan yang sulit bagi pelaku usaha kecil. Mardigu menyebut bahwa Amerika tidak pernah memiliki kebijakan proteksi bagi UMKM atau usaha kecil yang kurang berdaya. Dalam pasar bebas ini, hanya mereka yang berdaya saing tinggi yang mampu bertahan dan sukses, sementara mereka yang lemah akan tersisih.

Dari Sosialisme Elitis ke Kapitalisme Akar Rumput

Mardigu kemudian mengalihkan perhatian ke Tiongkok. Pada masa Mao Zedong, China dikenal sebagai negara sosialis elitis dengan kontrol ketat dari pemerintah terhadap ekonomi. Semua proyek besar dicanangkan dari atas, dan kebijakan ekonomi sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Sayangnya, hal ini justru menimbulkan kesulitan besar bagi masyarakat, termasuk krisis pangan pada 1960-an hingga 1970-an yang menyebabkan kelaparan berkepanjangan.

Namun, pada era Deng Xiaoping, mulai 1978, kebijakan ekonomi China beralih ke arah yang lebih kapitalistik. China mulai meniru strategi ekonomi Amerika dengan memberikan kebebasan lebih kepada pelaku usaha kecil dan sektor swasta. Kebijakan ini terbukti berhasil, dan China mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Mardigu menjelaskan bahwa pemerintah membiarkan pelaku UMKM berkembang, bahkan membebaskan mereka meniru produk dari negara Barat. Ini, katanya, merupakan langkah pragmatis yang berhasil membuat ekonomi China meledak dalam waktu singkat.

Pelajaran bagi Indonesia, Merampingkan Proyek Pemerintah dan Meningkatkan Kebebasan Ekonomi. Menurut Mardigu, Indonesia harus mengambil pelajaran dari pendekatan kedua negara ini. Ada tiga langkah utama yang ia sebutkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia:

Kurangi Proyek Pemerintah: Membatasi proyek pemerintah hanya untuk sektor-sektor yang krusial.

Permudah Peredaran Uang: Ia mengusulkan kebijakan negative interest, di mana bunga deposito rendah bahkan negatif sehingga mendorong peredaran uang dalam ekonomi.

Bebaskan Pelaku Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah perlu mempermudah izin dan memangkas aturan yang menghambat, terutama di sektor UMKM.

Tindakan Tegas terhadap Korupsi, Harapan untuk Reformasi Ekonomi Di penghujung pembahasan, Mardigu menyampaikan harapan besar kepada pemerintahan Prabowo untuk memberantas korupsi dengan serius. Ia menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas, termasuk hukuman mati bagi koruptor dan penyitaan aset koruptor untuk menumbuhkan kepercayaan asing serta mendukung kemajuan UMKM. Dalam pandangannya, korupsi menjadi hambatan besar bagi investor asing dan pengusaha lokal untuk berkembang, dan penanganan yang tegas akan memberikan kesempatan besar bagi perekonomian Indonesia.

Mardigu Wowiek menawarkan narasi yang tajam dan menginspirasi tentang perubahan arah ekonomi Indonesia menuju kebijakan yang lebih mengandalkan market force, mendukung usaha kecil, dan memberantas korupsi.

Di mata Mardigu, reformasi ini tidak hanya diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk membangun fondasi yang lebih kuat dan adil bagi generasi mendatang.

Tantangan terbesar bagi Indonesia, menurut Mardigu, bukan hanya pada kebijakan ekonomi, tetapi juga pada keberanian untuk melakukan perubahan mendasar dan melawan korupsi di semua lini pemerintahan.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *