MoneyTalk, Jakarta – Dalam perkembangan politik terbaru, terjadi gesekan serius di pemerintahan yang mengundang perhatian luas masyarakat. Presiden Prabowo Subianto dilaporkan menginstruksikan pencopotan Menteri Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP), Maruarar Sirait, setelah serangkaian kontroversi yang memuncak pada insiden tidak ditampilkannya foto Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam acara Rakornas Pusat dan Daerah. Kejadian ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk netizen dan anggota DPR.
Kejadian ini bermula saat Rakornas Pusat dan Daerah, di mana Maruarar Sirait, Menteri PKP, dianggap dengan sengaja tidak mencantumkan foto Gibran Rakabuming Raka dalam materi pidatonya. Hal ini dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap simbol negara dan langsung memicu kemarahan netizen. Dalam komentar yang membanjiri media sosial, banyak netizen meminta agar Maruarar segera dicopot dari jabatannya.
Namun, yang mengejutkan, Gibran menunjukkan kedewasaan dan ketenangan luar biasa dalam menyikapi insiden tersebut. Ia tidak memberikan komentar yang memanaskan suasana, bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan, meskipun tekanan publik sangat besar. Ketika diminta pendapatnya, Gibran hanya menanggapi secara santai dan tidak menuntut permintaan maaf terbuka dari Maruarar.
Pada rapat penanganan erupsi Gunung Lewotobi yang diadakan di Kantor BNPB Jakarta pada 12 November 2024, Maruarar Sirait tampak hadir dengan ekspresi yang berbeda. Kamera menangkap momen di mana wajah Maruarar terlihat pucat dan tertunduk ketika bertemu dengan Gibran. Gesturnya yang menunjukkan ketidaknyamanan dan malu tersebut diinterpretasikan oleh banyak pihak sebagai sinyal bahwa ia menyadari kesalahan yang dilakukannya.
Rapat tersebut dihadiri oleh sejumlah menteri, dan mayoritas menunjukkan raut wajah ceria. Namun, hanya Maruarar yang terlihat tegang dan canggung. Perhatian publik semakin tertuju pada interaksi dingin antara Maruarar dan Gibran. Wajah tertunduk Maruarar menjadi sorotan utama di berbagai media, memicu spekulasi tentang ketegangan yang semakin meningkat di antara keduanya.
Dukungan terhadap Gibran mengalir deras. Netizen memuji ketenangan dan kedewasaannya dalam menangani situasi. Sementara itu, anggota DPR, termasuk Syarif dari Komisi V, mengkritik tindakan Maruarar dan memperingatkan bahwa insiden ini berpotensi menjadi masalah serius jika tidak segera diselesaikan. Peringatan itu menyoroti pentingnya menjaga kesatuan simbolik presiden dan wakil presiden, sebagaimana diatur dalam Pasal 6A UUD 1945 yang menekankan bahwa keduanya adalah satu kesatuan kepemimpinan.
Setelah peristiwa ini, Presiden Prabowo dikabarkan segera mengambil langkah tegas. Pencopotan Maruarar Sirait dipertimbangkan sebagai upaya untuk menjaga stabilitas dan menghormati hierarki pemerintahan. Instruksi Prabowo yang dilaporkan datang setelah kunjungan kerjanya ke empat negara ini menunjukkan bahwa ia memprioritaskan integritas dan solidaritas dalam kabinetnya.
Keputusan tersebut membuat posisi Maruarar semakin genting. Banyak pengamat politik menilai bahwa tindakan Prabowo merupakan langkah untuk memastikan setiap menteri dalam kabinetnya memahami dan menghormati tata krama simbol-simbol kenegaraan.
Pencopotan Maruarar Sirait memiliki implikasi luas terhadap stabilitas politik nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Prabowo tidak segan-segan mengambil langkah tegas terhadap pelanggaran yang mengancam keharmonisan internal. Peristiwa ini juga menggarisbawahi pentingnya menjaga hubungan baik dan rasa saling menghargai antara presiden dan wakil presiden.
Bagi masyarakat, keputusan ini adalah bukti bahwa suara publik tetap didengar, terutama ketika menyangkut isu-isu yang mempengaruhi simbol negara. Di sisi lain, hal ini menjadi peringatan bagi para menteri untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara.(c@kra)