Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Siap Hadapi Ketidakpastian Kebijakan Trump

  • Bagikan
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Siap Hadapi Ketidakpastian Kebijakan Trump
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Siap Hadapi Ketidakpastian Kebijakan Trump

MoneyTalk, Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada Rabu (13/11) menyoroti beberapa ketidakpastian yang bisa memengaruhi perekonomian Indonesia akibat kebijakan fiskal yang diambil oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump. Sri Mulyani menyebutkan bahwa kebijakan fiskal Trump yang diperkirakan akan lebih ekspansif dibandingkan dengan pemerintahan Presiden Joe Biden, perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi dinamika ekonomi global, termasuk Indonesia.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintahan Trump, seperti pemotongan pajak korporasi, ekspansi belanja strategis, dan proteksionisme yang lebih agresif dengan menaikkan tarif impor, bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.

“Selama ini kebijakan tarif impor AS terfokus pada China karena neraca perdagangan yang surplus. Namun, kita memprediksi bahwa di bawah kepemimpinan Trump, kebijakan tarif impor akan meluas dan mencakup negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia,” kata Sri Mulyani.

Hal ini berpotensi membuat ekspor Indonesia ke AS menghadapi tarif yang lebih tinggi, yang bisa mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar global. Selain itu, kebijakan proteksionisme ini juga dapat meningkatkan ketegangan perdagangan di tingkat internasional dan memengaruhi stabilitas ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sri Mulyani menambahkan bahwa meskipun ekonomi AS secara umum cukup resilien, dengan pertumbuhan yang masih relatif tinggi, tantangan utama terletak pada kebijakan fiskal yang diambil oleh Trump. Kebijakan tersebut diperkirakan akan menambah defisit anggaran AS, yang berimbas pada lonjakan yield surat utang negara AS (US Treasury), dan berpotensi memperkuat dolar AS. Kenaikan suku bunga yang dihasilkan dari kebijakan fiskal ini juga bisa memperburuk tekanan terhadap mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, situasi geopolitik global yang terus berubah, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan perubahan kebijakan terkait perubahan iklim, juga dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi global. Sri Mulyani memperingatkan bahwa AS di bawah Trump kemungkinan akan lebih fokus pada produksi fosil fuel, yang dapat mempengaruhi harga energi dunia, serta mengubah arah kebijakan terkait mobil listrik dan energi terbarukan.

Meskipun menghadapi ketidakpastian dari kebijakan luar negeri, Sri Mulyani menegaskan bahwa ekonomi Indonesia masih dalam posisi yang relatif kuat dan mampu bertahan. Indonesia berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi di sekitar angka 5% meskipun menghadapi tekanan dari kebijakan moneter global yang ketat.

“Di tengah tantangan ini, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan yang solid, didukung oleh konsumsi domestik yang stabil, investasi yang terus tumbuh, dan sektor manufaktur yang menunjukkan pemulihan,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menyebutkan bahwa sektor-sektor seperti manufaktur, transportasi, dan pertanian masih mencatatkan angka pertumbuhan yang positif. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil juga menjadi salah satu faktor pendukung perekonomian Indonesia. Meski demikian, Indonesia tetap harus berhati-hati dalam mengelola ketidakseimbangan neraca perdagangan dan menjaga agar APBN tetap sehat.

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Sri Mulyani menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang hati-hati dan terukur. Pemerintah Indonesia perlu menjaga agar pengelolaan anggaran negara tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, program sosial, dan pemulihan ekonomi pascapandemi. Pengelolaan APBN yang efektif dan efisien akan menjadi kunci untuk memastikan stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketegangan global dan fluktuasi pasar internasional.

Dengan begitu, meskipun Indonesia akan menghadapi tantangan dari kebijakan ekonomi Presiden Trump, Sri Mulyani yakin bahwa Indonesia dapat bertahan dengan kebijakan fiskal yang prudent dan meningkatkan daya saing produk domestik di pasar internasional.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *